Yendi Widya Kota Bengkulu Bunga Rafflesia Bunga Raflesia Kawan Kawan Kawan Yendi ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH WILUJENG SUMPING

Senin, 31 Mei 2010

10 Masalah Utama dalam Pernikahan



Pernikahan adalah sebuah institusi. Ketika argumen demi argumen mulai merupakan sebagian besar bentuk komunikasi yang Anda dan dia langsungkan di rumah maupun di luar rumah, tak heran jika Anda dan pasangan mulai merasakan adanya keresahan dalam rumah tangga.

Tak ada satu pernikahan di dunia ini yang sempurna. Bahkan kebanyakan penyebab ketidaksempurnaannya pun sama. Daftar masalah utama dalam sebuah pernikahan tak begitu panjang, dan kebanyakan di antaranya masih bisa diatasi. Apa sajakah permasalahan yang paling sering mengganggu pernikahan? Berikut 10 di antaranya yang ditemui oleh situs askmen.com:

10. Frekuensi seks
Kebanyakan pasangan yang sudah menikah secara periodik berhenti berhubungan intim karena beberapa hal, di antaranya; penolakan, kelelahan, stres, dan lainnya. Ironisnya, melakukan hubungan seksual adalah cara yang menyenangkan untuk melepaskan stres yang menghambat Anda untuk melakukan hubungan seks. Jika kekurangan aktivitas bercinta menambah stres, maka hal tersebut adalah inti masalahnya.

9. Pembagian peran dalam rumah tangga
Zaman dulu, pada saat orangtua kita masih menjadi pasangan baru menikah, mungkin saja masih berada dalam stigma, pria harus bekerja mencari nafkah sementara wanitanya di rumah dan mengurus rumah. Padahal, pada kenyataannya, pria pun seharusnya juga memiliki tugas kerja di rumah juga.

8. Tidak merawat diri
Hal ini sering terjadi terutama pada wanita, meski pada pria pun tak sedikit terjadi. Ada banyak penyebabnya. Cobalah untuk menghargai tubuh Anda dengan selalu merawatnya.

7. Tak ingin memiliki anak
Banyak pria dan wanita melihat pernikahan adalah sebuah konsekuensi pernikahan. Keputusan untuk memiliki anak atau tidak merupakan sebuah keputusan yang besar. Wajar jika seseorang merasa tak siap untuk memiliki anak.

6. Perbedaan dalam mendidik anak
Ketika Anda sudah memiliki keturunan, akan ada perbedaan antara Anda dan pasangan dalam keinginan cara mendidik anak. Usahakan untuk berada dalam koridor yang sama dengan pasangan untuk hal mendidik anak agar si anak tidak bingung harus mengikuti peraturan siapa. Namun, secara umum, asalkan orangtuanya selalu menyayanginya, anak akan tumbuh baik.

5. Ketidakmampuan untuk memiliki keturunan
Ketidaksuburan masih dipandang sebagai hal yang tabu di masyarakat kita. Padahal, hal tersebut bukanlah salah siapa-siapa. Tak seperti permasalahan lainnya yang ada dalam daftar ini, hal yang satu ini tak bisa diubah. Akan lebih baik jika sebuah pasangan sudah membicarakan hal seputar anak dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi di sekitarnya sebelum berupaya untuk memiliki anak agar lebih mudah untuk menghadapi apa pun yang ada di depan.

4. Mertua dan ipar
Anda pasti sudah sering mendengar, bahwa mertua bisa jadi pengganggu yang menyebabkan runyamnya sebuah rumah tangga. Begitu halnya dengan ulah ipar. Bisa jadi karena perbedaan cara pandang, norma, dan nilai yang berbeda bisa membuat kita menilai keluarga si pasangan sedikit di luar batas kewajaran. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mentolerir kebiasaan dan adab mertua atau ipar yang amat bertolak belakang tersebut. Tentunya dibutuhkan kesepakatan dengan pasangan pula untuk menjalaninya.

3. Stres seputar rumah
Menikah bisa berarti memiliki tempat tinggal sendiri. Bisa dengan membeli rumah baru atau menyewa tempat tinggal. Dengan tinggal di tempat sendiri berarti akan ada stres dan tekanan baru. Yang pertama, membeli rumah itu tidak murah, selain harus membayar cicilan, harus memikirkan pula pajak bangunan, dan biaya perawatannya. Sebelum memutuskan untuk membeli rumah, pikirkan apakah Anda benar-benar sanggup membiayainya.

2. Stres finansial
Sumber permasalahan finansial bisa datang dari banyak hal. Hal finansial bisa jadi merupakan masalah terutama yang diributkan pasangan. Satu cara untuk menyelesaikannya adalah dengan membicarakannya. Jujurlah dengan pasangan mengenai masalah keuangan yang dihadapi dan seberapa banyak aset yang dimiliki. Jangan pula menutupi pengeluaran yang telah dilakukan.

1. B-O-S-A-N
Melalui setiap saat bersama orang yang sama seumur hidup bisa jadi hal yang menakutkan untuk sebagian besar orang. Tak heran jika salah satu dari Anda atau malah keduanya mengalami kebosanan. Sudah bisa dipastikan, dalam sebuah pernikahan pasti akan terbentur dengan rasa bosan. Namun, jangan pandang kebosanan akan rutinitas menjadi suatu momok. Lakukan sesuatu untuk membuatnya kembali bergairah. Misal, travelling bersama, atau melakukan kegiatan bersama pasangan, atau mencoba hal-hal baru dalam kehidupan bercinta.

Minggu, 30 Mei 2010

Buah Kesabaran Seorang Ibu

Belajar dari sebuah pengalaman kehidupan. Mengingat memori sebuah kenangan empat puluh tahun silam. Ujian kehidupan yang menghantarkan aku pada kedewasaan dan kerelaan. Ibu dan ayah adalah orang yang paling banyak aku ambil pelajaran dari beliau.

Empat puluh tahun membesarkan delapan anak berdua dengan penuh keikhlasan dan rasa kasih sayang. Beliau-beliau memulai semua ini, mengawali kehidupan baru ini, tanpa bantuan sanak family, dengan petunjuk Allah.

Ke manakah para awak akan dibimbing menuju tujuan kehidupan? Begitulah do’a ibu-ayahku. Beliau-beliau sangat khawatir dengan kehidupan delapan anaknya, aku, empat kakak dan ketiga adikku. Mungkin bukan suatu hal yang mustahil untuk merasakan kebimbangan.
Apakah gerangan yang akan terjadi jikalau anak-anakku berpisah semua?Akhirnya, berkat petunjuk Allah, ibu dan ayahku tersadar dan beliau mengambil sikap akan menghidupi keluarga dan melabuhkan kapal kehidupan keluarga dengan berdua, tentu dengan tekad dan bismillah.

Apa yang terjadi dengan kehidupan keluargaku kemudian? Kehidupan keluargaku berjalan apa adanya, layaknya kehidupan keluarga lain, hanya yang membedakan. Aku tahu ibu dan ayahku terlalu letih menanggung beban kehidupan keluarga kami, tapi apa mau dikata inilah kehidupan, dan saat itu kakak yang pertama pun masih sekolah dibangku kuliah.

Adik terkecil pun saat itu baru berumur 2 tahun. Sedang aku baru berusia 9 tahun. Terus siapa yang membantu melabuhkan bahtera keluarga, jika kalau bukan ibu dan ayah yang berjuang berdua. Subhanallah, perjuangan dua orang ibu dan ayahku selama empat puluh tahun silam, membawa atsar sendiri bagi keluargaku. Beliau begitu ikhlas dan sabar membesarkan kedelapan anaknya berdua.

Bukanlah sesuatu yang mustahil, jika beliau membanggakan kami di tengah masyarakat. Aku dapat menamatkan pendidikan Magister Manajemen universitas negeri Bengkulu di kota Bengkulu (perantauan).


Apa mau di kata memang takdir yang mengatakan kami seperti ini?Kedelapan anaknya berhasil dan sukses serta menjadi anak yang sholeh sholihah, menjadi kebangaan beliau. Berkat kesabaran ibu dan auahlah, kami bisa menjadi seperti ini. Terima kasih ibu dan ayah, do’a mu yang selalu kami nantikan. Walau kami tahu, engkau hanya seorang guru SD.