Yendi Widya Kota Bengkulu Bunga Rafflesia Bunga Raflesia Kawan Kawan Kawan Yendi ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH WILUJENG SUMPING

Minggu, 30 Mei 2010

Buah Kesabaran Seorang Ibu

Belajar dari sebuah pengalaman kehidupan. Mengingat memori sebuah kenangan empat puluh tahun silam. Ujian kehidupan yang menghantarkan aku pada kedewasaan dan kerelaan. Ibu dan ayah adalah orang yang paling banyak aku ambil pelajaran dari beliau.

Empat puluh tahun membesarkan delapan anak berdua dengan penuh keikhlasan dan rasa kasih sayang. Beliau-beliau memulai semua ini, mengawali kehidupan baru ini, tanpa bantuan sanak family, dengan petunjuk Allah.

Ke manakah para awak akan dibimbing menuju tujuan kehidupan? Begitulah do’a ibu-ayahku. Beliau-beliau sangat khawatir dengan kehidupan delapan anaknya, aku, empat kakak dan ketiga adikku. Mungkin bukan suatu hal yang mustahil untuk merasakan kebimbangan.
Apakah gerangan yang akan terjadi jikalau anak-anakku berpisah semua?Akhirnya, berkat petunjuk Allah, ibu dan ayahku tersadar dan beliau mengambil sikap akan menghidupi keluarga dan melabuhkan kapal kehidupan keluarga dengan berdua, tentu dengan tekad dan bismillah.

Apa yang terjadi dengan kehidupan keluargaku kemudian? Kehidupan keluargaku berjalan apa adanya, layaknya kehidupan keluarga lain, hanya yang membedakan. Aku tahu ibu dan ayahku terlalu letih menanggung beban kehidupan keluarga kami, tapi apa mau dikata inilah kehidupan, dan saat itu kakak yang pertama pun masih sekolah dibangku kuliah.

Adik terkecil pun saat itu baru berumur 2 tahun. Sedang aku baru berusia 9 tahun. Terus siapa yang membantu melabuhkan bahtera keluarga, jika kalau bukan ibu dan ayah yang berjuang berdua. Subhanallah, perjuangan dua orang ibu dan ayahku selama empat puluh tahun silam, membawa atsar sendiri bagi keluargaku. Beliau begitu ikhlas dan sabar membesarkan kedelapan anaknya berdua.

Bukanlah sesuatu yang mustahil, jika beliau membanggakan kami di tengah masyarakat. Aku dapat menamatkan pendidikan Magister Manajemen universitas negeri Bengkulu di kota Bengkulu (perantauan).


Apa mau di kata memang takdir yang mengatakan kami seperti ini?Kedelapan anaknya berhasil dan sukses serta menjadi anak yang sholeh sholihah, menjadi kebangaan beliau. Berkat kesabaran ibu dan auahlah, kami bisa menjadi seperti ini. Terima kasih ibu dan ayah, do’a mu yang selalu kami nantikan. Walau kami tahu, engkau hanya seorang guru SD.

Tidak ada komentar: