Yendi Widya Kota Bengkulu Bunga Rafflesia Bunga Raflesia Kawan Kawan Kawan Yendi ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH WILUJENG SUMPING

Sabtu, 30 April 2011

HARUS HATI-HATI DENGAN SUKABUMI!


Oleh : Akang YM.Erlangga

“Wees voor zichtig met Soekaboemi, want an kleine A komt van Soekaboemi, wordt an grote A in Bandoeng” (Harus hati-hati dengan Sukabumi, sebab A kecil yang datang dari Sukabumi, bisa menjadi A besar di Bandung). Begitulah ungkapan yang cukup terkenal di jaman Kolonial Belanda dulu. Ungkapan ini memberi gambaran betapa posisi Sukabumi dalam konstelasi politik regional dan nasional sangatlah diperhitungkan kala itu. Tercatat sejumlah aktivis pergerakan nasional yang pernah tinggal di Sukabumi; baik yang menetap permanen sebagai orang bebas seperti dr. Cipto Mangunkusumo, maupun sebagai orang buangan Belanda seperti Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Dalam hal ini Hatta dan Syahrir tinggal di Sukabumi antara bulan Pebruari sampai Maret 1942, setelah sebelumnya mereka mengalami masa pembuangan di Banda Neira.
Banyaknya tokoh nasional dan orang-orang politik yang dibuang dan tinggal di Sukabumi tentunya telah berpengaruh terhadap pembentukan nasionalisme dan patriotisme masyarakat Sukabumi. Pertempuran heroik Bojongkokosan pada tanggal 9 Desember 1945 (selanjutnya diperingati sebagai Hari Juang Siliwangi) adalah salah satu ciri betapa nasionalisme yang kental dan jiwa patriotis yang militan telah tertanam begitu kuat dalam jiwa masyarakat Sukabumi. Barangkali bermula dari watak dan karakter masyarakat Sukabumi itulah, maka tidak berlebihan bila Pemerintah Kolonial Belanda sangat menaruh kecurigaan sekaligus kewaspadaan terhadap isu dan gerakan yang berasal dari Sukabumi seperti yang diungkapkan dalam kalimat di awal tulisan ini.

Soekaboemi Tempo Doeloe Dalam terminologi Bahasa Sunda, secara etimologis Sukabumi berasal dari kata “suka-bumen” yang bermakna senang bertempat tinggal. Konon menurut mitologi para leluhur, mereka yang sudah datang ke Sukabumi biasanya akan betah menetap di Sukabumi dan tidak berupaya untuk pindah ke daerah lain. Ungkapan para leluhur ini sedikit banyak ternyata dapat dibuktikan. Seperti halnya Bandung, Soekaboemi tempo doeloe juga merupakan surga dan incaran orang-orang Belanda dan Eropa (Preanger Planters) untuk bertempat tinggal sekaligus membuka perkebunan-perkebunan besar di daerah Sukabumi Selatan. Sampai awal tahun empat puluhan menjelang keruntuhan kolonialisme Belanda di Indonesia, tercatat puluhan perusahaan perkebunan besar di Sukabumi seperti teh, kina, dan karet. Sekolah-sekolah juga mulai dibuka antara lain MULO, Wilhelmina School, SD Zending, Chinese School, Sekolah Pertanian dan Politieschool (kini menjadi Sekolah Pembentukan Perwira Polri).
Dengan iklimnya yang sejuk dan nyaman berada di ketinggian rata-rata 600 dpl, serta topografi alamnya yang landai dan elok, kiranya tidaklah berlebihan jika orang-orang Belanda memilih Sukabumi sebagai tempat tinggalnya, disamping tentunya karena alasan posisi Sukabumi yang sangat strategis berada di jalur perlintasan dua kota besar, Jakarta dan Bandung. Bekas hunian orang Belanda ini dapat kita telusuri dari banyaknya bangunan dan gedung peninggalan Belanda di Sukabumi yang hingga kini relatif masih terawat rapi. Karena alasan banyak bermukimnya para Preanger Planters inilah dan dalam rangka memberikan pelayanan yang istimewa kepada mereka, selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda menetapkan Sukabumi sebagai gemeente (Kota Praja) sejak tanggal 1 April 1914 yang hingga saat ini diperingati sebagai Hari Jadi Kota Sukabumi. Kelahiran Kota Sukabumi sebagai daerah otonom tampaknya memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan kelahiran kota-kota lain di Indonesia. Jika kota lain biasanya lahir karena adanya proses pemekaran dari kabupaten induk sehingga usia kota tersebut selalu lebih muda dari usia kabupaten induknya. Namun Kota Sukabumi malahan lebih dulu berdiri dibandingkan dengan “saudara kandungnya” kabupaten Sukabumi yang baru lahir pada tanggal 1 Oktober 1945, satu setengah bulan setelah Republik Indonesia merdeka. Jauh sebelum gemeente Sukabumi terbentuk, Kota dan Kabupaten Sukabumi merupakan bagian dari Kabupaten Cianjur yang waktu itu masuk dalam wilayah Karesidenan Priangan sekaligus menjadi ibukotanya. Akibat meletusnya Gunung Gede yang memorakporandakan Kota Cianjur, maka pada tahun 1864 Pemerintah Kolonial Belanda berinisiatif memindahkan Ibukota Karesidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung. Selanjutnya pada tahun 1926 Pemerintah Kolonial Belanda melakukan reorganisasi pemerintahan dengan mengintegrasikan wilayah Kabupaten Cianjur, Kota Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi menjadi bagian dari wilayah Karesidenan Bogor. Kini memasuki usianya yang ke-97 tahun, Kota Sukabumi tentunya semakin dihadapkan pada berbagai permasalahan dan tantangan yang cukup kompleks. Namun demikian dengan mengusung visi “Terwujudnya Kota Sukabumi sebagai pusat pelayanan jasa berkualitas bidang pendidikan, kesehatan dan perdagangan di Jawa Barat berlandaskan iman dan taqwa”, Kota Sukabumi terus bertekad untuk mewujudkan Sukabumi Cerdas, Sehat dan Sejahtera.

Kota Sukabumi Kini Seiring dinamika yang terjadi, Kota Sukabumi yang diawal kelahirannya hanya seputaran wilayah pusat inti kota lama sekitar Gunungparang dan Cikole, kini secara administratif wilayahnya telah berkembang menjadi 4.800,23 hektar dengan jumlah penduduk sekitar 299.247 jiwa (sensus penduduk 2010). Struktur perekonomian kota pun mengalami perubahan cukup berarti. Saat Gemeente Sukabumi dibentuk tahun 1914 perekonomian masyarakat lebih bertumpu pada sektor jasa pertanian dan perkebunan. Kini kontribusi terbesarnya disumbang oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan share terhadap perekonomian sekitar 43 persen. Hal inilah sesungguhnya yang menjadi dasar argumentasi perumusan visi kota yang lebih bertumpu pada pengembangan sektor jasa perdagangan karena secara faktual merupakan base sector, dikolaborasikan dengan pengembangan jasa pendidikan dan kesehatan yang sudah menjadi dasar kebutuhan masyarakat sesuai amanat konstitusi. Untuk memotret keberhasilan pembangunan daerah, dewasa ini lazim digunakan parameter Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dari catatan BPS diketahui bahwa IPM Kota Sukabumi pada tahun 2009 adalah sebesar 74,79 poin lebih tinggi dari rata-rata IPM Jawa Barat sebesar 71,64 poin. Posisi ini sekaligus menempatkan Kota sukabumi pada peringkat ketujuh dari 26 Kota dan Kabupaten di Jawa Barat.
Bila kita teliti lebih seksama, diketahui bahwa dari tiga indikator keberhasilan pembangunan yakni indeks pendidikan, kesehatan dan daya beli (kesejahteraan), nampaknya aspek daya beli masyarakat harus mendapatkan perhatian yang lebih khusus. Dalam jangka pendek solusi efektifnya adalah dengan mendesain APBD agar lebih
bersifat pro poor, pro job dan pro growth. APBD dalam konteks ini harus diorientasikan pada penciptaan program yang mampu mengurangi angka kemiskinan, penciptaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Namun dalam jangka panjang upaya serius dan mendasar harus mulai kita bangun melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu hal yang penting dalam konteks kesejahteraan masyarakat adalah dengan menumbuhkan kreatifitas dan jiwa entrepreneurship masyarakat terutama di kalangan generasi muda. Barangkali harus sudah mulai dipikirkan bagaimana agar sistem pendidikan di negara kita agar mampu mendorong siswa menjadi lebih kreatif dan mempunyai jiwa kewirausahaan yang tangguh. Epilog Sebuah bangsa akan maju pesat perekonomiannya manakala kreativitas dan jiwa-jiwa entrepreneurship telah tumbuh dengan baik pada bangsa yang bersangkutan. Kita tentunya merasa prihatin sebab “syahwat entrepreneurship” bangsa kita sangatlah lemah, hal ini berbanding terbalik dengan “syahwat politik” bangsa ini yang kelewat besar.
Dewasa ini kita hanya memiliki 400 ribu entrepreneur saja atau sekitar 0,18 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Padahal menurut catatan Ir. Ciputra sedikitnya dibutuhkan 2 persen entrepreneur dari keseluruhan jumlah penduduk sebagai daya ungkit agar sebuah bangsa dapat maju dan sejahtera. Untuk kasus Indonesia sedikitnya dibutuhkan 4,7 juta entrepreneur dengan asumsi jumlah penduduk sebesar 235 juta jiwa, sedangkan untuk kasus Kota Sukabumi paling tidak 6.000 entrepreneur dengan asumsi penduduk Kota Sukabumi sebanyak 300 ribu jiwa. Gerakan inilah sesungguhnya yang harus terus digelorakan secara nasional dan juga oleh setiap daerah, termasuk Kota Sukabumi. Saatnya kini mengaplikasikan jiwa nasionalisme dan patriotisme masyarakat Sukabumi ke medan laga yang lebih kontemporer: berjuang dan berusaha mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan berpijak pada kaki sendiri. Dirgahayu Kota Sukabumi.

Rabu, 20 April 2011

Riwayat Singkat "RADEN AJENG KARTINI"





Raden Ajeng Kartini dilahirkan di jepang pada tanggal 21 April 1879, jadi bertepatan 127 tahun yang lalu. Beliau adalah Putri dari seorang Bupati Jepara pada waktu itu, yaitu Raden Mas Adipati Sastrodiningrat. Dan merupakan cucu dari Bupati Demak, yaitu Tjondronegoro. Pada waktu itu kelahiran Raden Ajeng Kartini, nasib kaum wanita penuh dengan kegelapan, kehampaan, dari segala harapan, ketiadaan dalam segala perjuangan, dan tidak lebih dari perabot kaum laki-laki belaka, dan bertugas tidak lain dari yang telah ditentukan secara alamiah, yaitu mengurus dan mengatur rumah tangga saja, kaum wanita telah dirampas dan diinjak-injak harkat dan martabatnya sebagai manusia.


Daya berpikir kaum wanita tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya, kaum wanita tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya untuk melebihi dari apa yang diterimanya dari alam. Karena kaum wanita tidak berdiri kesempatan untuk belajar membaca, menulis dan sebagainya. Dengan kata lain kaum wanita hanya mempunyai kewajiban tetapi tidak mempunyai hak sama sekali.


Raden Ajeng Kartini yang telah meningkat dewasa pada waktu itu, tidak dapat melihat kenyataan ini meskipun beliau dilahirkan didalam lingkungan ditengah-tengah kebangsawanan atau keningratan yang pada waktu itu mempunyai taraf kehidupan sosial yang sangat berbeda dengan masyarakat banyak yang hidup didalam lingkungan kehidupan adat yang sangat mengekang kebebasan tetapi beliau tidak segan-segan turun kebawah bergaul dengan masyarakat biasa, untuk mengembangkan ide dan cita-citanya yang hendak merombak status sosial kaum wanita, dan cara-cara kehidupan dalam masyarakat dengan semboyan : "Kita harus membuat sejarah, kita mesti menentukan masa depan kita yang sesuai dengan keperluan serta kebutuhan kita sebagai kaum wanita dan harus mendapat pendidikan yang cukup seperti halnya kaum laki-laki".


Dengan melanggar segala aturan-aturan adat pada saat itu, Raden Ajeng Kartini mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya yang setara dengan pendidikan kaum penjajah belanda pada waktu itu, beliau sempat mempelajari kegiatan-kegiatan kewanitaan lainnya.


Dengan pengetahuan serta pengalaman yang didapatnya, Raden Ajeng Kartini secara berangsur-angsur dan setahap demi setahap tapi pasti berusaha menambah kehidupan yang layak bagi seorang kaum wanita.


Perkawinan Raden Ajeng Kartini pada tahun 1903 dengan Raden Adipati Joyoningrat Bupati Rembang mengharuskan beliau mengikuti suami, dan di daerah inilah beliau dengan gigih meningkatkan kegiatannya dalam dunia pendidikan. Peranan Suami, dalam usaha Raden Ajeng Kartini Meningkatkan perjuangan sangat menentukan pula karena dengan dorongan dan bantuan suaminyalah beliau dapat mendirikan sekolah kepandaian putri dan disanalah beliau mengajarkan tentang kegiatan wanita, seperti belajar jahit menjahit serta kepandaian putri lainnya.


Usaha-usaha Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan kecerdasan untuk bangsa indonesia dan kaum wanita, khususnya melalui sarana-sarana pendidikan dengan tidak memandang tingkat dan derajat, apakah itu bangsawan atau rakyat biasa. Semuanya mempunyai hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja karya-karya beliau, persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum wanita tidak boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan rakyat untuk berpikir, tidak akan maju jika kaum wanita ketinggalan.


Inilah perjuangan Raden Ajeng Kartini yang telah berhasil menampakkan kaum wanita ditempat yang layak, yang mengangkat derajat wanita dari tempat gelap ketempat yang terang benderang. sesuai dengan karya tulis beliau yang terkenal, yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang".


Raden Ajeng Kartini meninggal dunia dalam usia 25 tahun, beliau pergi meninggalkan Bangsa Indonesia dalam usia yang relatif muda, yang masih penuh dengan cita-cita perjuangan dan daya kreasi yang melimpah.


Tetapi perjuangan serta cita-cita beliau tetap berkumandang dan berkembang, terbukti dalam masa pembangunan sekarang ini tidak sedikit kaum wanita yang memegang peranan penting, baik dalam pemerintahan dalam bidang swasta sesuai dengan profesi masing-masing.


Demikianlah pengungkapan kembali sejarah perjuangan Raden Ajeng Kartini, semoga peringatan kali ini membawa manfaat dan membulatkan tekad kita bersama dalam membangun masyarakat, bangsa dan negara yang sangat kita cintai ini, dan kita dapat memetik buahnya serta butir-butir perjuangan beliau demi kelanjutan perjuangan bangsa indonesia umumnya dan perjuangan wanita khususnya.


Akhirnya kami ucapkan banyak terima kasih atas segala perhatian Bapak-bapak dan Ibu-ibu, saya sudahi dengan wabillah hitaufiq walhidayah wassalamualaikum Wr.Wb.

Selasa, 19 April 2011

SEJARAH MASJID DEMAK









Masjid Agung Demak adalah sebuah mesjid yang tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak.

Bangunan yang terbuat dari kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor), sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520.
A. Selayang Pandang

Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat memercayai masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.

Masjid Agung Demak didirikan dalam tiga tahap. Tahap pembangunan pertama adalah pada tahun 1466. Ketika itu masjid ini masih berupa bangunan Pondok Pesantren Glagahwangi di bawah asuhan Sunan Ampel. Pada tahun 1477, masjid ini dibangun kembali sebagai masjid Kadipaten Glagahwangi Demak. Pada tahun 1478, ketika Raden Fatah diangkat sebagai Sultan I Demak, masjid ini direnovasi dengan penambahan tiga trap. Raden Fatah bersama Walisongo memimpin proses pembangunan masjid ini dengan dibantu masyarakat sekitar. Para wali saling membagi tugasnya masing-masing. Secara umum, para wali menggarap soko guru yang menjadi tiang utama penyangga masjid. Namun, ada empat wali yang secara khusus memimpin pembuatan soko guru lainnya, yaitu: Sunan Bonang memimpin membuat soko guru di bagian barat laut; Sunan Kalijaga membuat soko guru di bagian timur laut; Sunan Ampel membuat soko guru di bagian tenggara; dan Sunan Gunungjati membuat soko guru di sebelah barat daya.


B. Keistimewaan

Luas keseluruhan bangunan utama Masjid Agung Demak adalah 31 x 31 m2. Di samping bangunan utama, juga terdapat serambi masjid yang berukuran 31 x 15 m dengan panjang keliling 35 x 2,35 m; bedug dengan ukuran 3,5 x 2,5 m; dan tatak rambat dengan ukuran 25 x 3 m. Serambi masjid berbentuk bangunan yang terbuka. Bangunan masjid ditopang dengan 128 soko, yang empat di antaranya merupakan soko guru sebagai penyangga utamanya. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.

Masjid ini memiliki keistimewaan berupa arsitektur khas ala Nusantara. Masjid ini menggunakan atap limas bersusun tiga yang berbentuk segitiga sama kaki. Atap limas ini berbeda dengan umumnya atap masjid di Timur Tengah yang lebih terbiasa dengan bentuk kubah. Ternyata model atap limas bersusun tiga ini mempunyai makna, yaitu bahwa seorang beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya: iman, Islam, dan ihsan. Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.

Bentuk bangunan masjid banyak menggunakan bahan dari kayu. Dengan bahan ini, pembuatan bentuk bulat dengan lengkung-lengkungan akan lebih mudah. Interior bagian dalam masjid juga menggunakan bahan dari kayu dengan ukir-ukiran yang begitu indah.

Bentuk bangunan masjid yang unik tersebut ternyata hasil kreativitas masyarakat pada saat itu. Di samping banyak mengadopsi perkembangan arsitektur lokal ketika itu, kondisi iklim tropis (di antaranya berupa ketersediaan kayu) juga mempengaruhi proses pembangunan masjid. Arsitektur bangunan lokal yang berkembang pada saat itu, seperti joglo, memaksimalkan bentuk limas dengan ragam variasinya.

Masjid Agung Demak berada di tengah kota dan menghadap ke alun-alun yang luas. Secara umum, pembangunan kota-kota di Pulau Jawa banyak kemiripannya, yaitu suatu bentuk satu-kesatuan antara bangunan masjid, keraton, dan alun-alun yang berada di tengahnya. Pembangunan model ini diawali oleh Dinasti Demak Bintoro. Diperkirakan, bekas Keraton Demak ini berada di sebelah selatan Masjid Agung dan alun-alun.

Di lingkungan Masjid Agung Demak ini terdapat sejumlah benda-benda peninggalan bersejarah, seperti Saka Tatal, Dhampar Kencana, Saka Majapahit, dan Maksurah. Di samping itu, di lingkungan masjid juga terdapat komplek makam sultan-sultan Demak dan para abdinya, yang terbagi atas empat bagian:

* Makam Kasepuhan, yang terdiri atas 18 makam, antara lain makam Sultan Demak I (Raden Fatah) beserta istri-istri dan putra-putranya, yaitu Sultan Demak II (Raden Pati Unus) dan Pangeran Sedo Lepen (Raden Surowiyoto), serta makam putra Raden Fatah, Adipati Terung (Raden Husain).

* Makam Kaneman, yang terdiri atas 24 makam, antara lain makam Sultan Demak III (Raden Trenggono), makam istrinya, dan makam putranya, Sunan Prawoto (Raden Hariyo Bagus Mukmin).

* Makam di sebelah barat Lasepuhan dan Kaneman, yang terdiri atas makam Pangeran Arya Penangsang, Pangeran Jipang, Pangeran Arya Jenar, Pangeran Jaran Panoleh.
* Makam lainnya, seperti makam Syekh Maulana Maghribi, Pangeran Benowo, dan Singo Yudo.


C. Arsitektur

Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit.

Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.

D. Lokasi

Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.


E. Akses

Letak masjid yang berada di tengah kota memudahkan bagi pengunjung untuk menuju lokasi, baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
(Akang, Demak 17 April 2011)

Jumat, 15 April 2011

Spiritnya, Mencapai Asas Kepatutan












SEPENINGGAL SISKS Paku Buwono X, Keraton Surakarta Hadiningrat tidak habis riwayatnya. Berdirinya Keraton Kulon adalah simbol sekaligus bukti berlanjutnya keraton setelah usia 200 tahun. Dan wafatnya SISKS Paku Buwono XII, 11 Juni 2004, juga bukan tanda berakhirnya peninggalan sejarah dinasti Mataram itu, walau yang disebut demikian sebenarnya tinggal sisa-sisa bangunan dan kehidupan beberapa gelintir komunitas adatnya. Walaupun demikian, mereka tetaplah bagian dari monumen keraton kulon.

Antara monumen hidup dan keberadaan sejumlah sarana pendukung kehidupan mereka merupakan fakta yang harus dilihat dan dicermati. Terlebih bila sebagai monumen hidup mereka masih aktif, bahkan agresif menjalankan berbagai aktivitas budayanya. Sambil berjalan menembus ruang dan waktu, mereka melakukan aktualisasi diri dan penyesuaian-penyesuaian, seiring perubahan zaman.

Fakta adanya sarana pendukung kehidupan mereka bisa dihitung mulai dari bangunan fisik kompleks keraton, yang sesuai dengan Kepres No 23/ 1988, batasnya mulai dari pintu masuk Gladag hingga Gapura Gading. Fakta sejarah dan keputusan presiden itu menunjuk Masjid Agung adalah satu di antara aset yang berada di dalam wilayah kompleks situs peninggalan sejarah, yang dilindungi UU Cagar Budaya No 5 Tahun 1990.

Menyebutkan satu per satu bagian demi bagian bangunan di kompleks keraton itu tentu akan melelahkan. Tetapi sebagai gambaran, fakta eksistensi keraton secara fisik sesuai keputusan presiden itu adalah Gapura Gladag beserta landscape, kompleks Alun-alun Lor berikut sejumlah bangunan pendukung di sekitarnya, termasuk Masjid Agung, kompleks Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, termasuk Sitinggil Lor.

Masuk kawasan tembok Baluwarti, diawali dari pintu masuk atau lawang gapit yang bernama Kori Brajanala Lor yang disambung dengan halaman Kamandungan. Di situ ada beberapa bangunan pendukung, termasuk topengan (teras), bangsal, dan klinik. Melalui Kori Kamandungan, barulah mendapati bangunan inti Pendapa Sasana Sewaka dan pendukung di sekitarnya, termasuk kompleks Museum Art Gallery dan Keraton Kulon.

Di luar bangunan inti, tetapi masih dalam tembok Baluwarti, ada lebih belasan bangunan besar yang dulu dipinjamkan kepada para pangeran putra atau anak-anak SISKS Paku Buwono X. Bangunan itu, di antaranya kompleks Pendapa Sasanamulya atau lojen, ndalem Suryohamijayan, Purwodiningratan, Mloyokusuman, dan Suryobratan.

Selain Masjid Suranatan sebagai fasilitas umum, ada banyak permukiman sentana, abdi dalem, dan masyarakat umum yang memanfaatkan ndalem-ndalem yang berukuran besar, antik, dan berlandscape cukup cantik serta luas. Di bagian selatan di luar Kori Brajanala Kidul, ada Sitinggil Kidul dan kompleks Alun-alun Kidul yang luas nan lapang karena kosong tanpa bangunan, kecuali dua kandang gerbong kereta peninggalan SISKS Paku Buwono X.

Gapura Gading memang menjadi pintu masuk, sekaligus batas wilayah Keraton di ujung selatan. Tetapi Kori Butulan Kulon dan Butulan Wetan merupakan batas permukiman di dalam Baluwarti di ujung timur dan barat. Di luar batas tembok atau wilayah keraton, masih banyak ndalem serupa berukuran besar, seperti Hadiwijayan dan Kusumabratan. Menurut GRAy Koes Moertiyah, selaku Pengageng Sasana Wilapa, beberapa rumah itu masuk wilayah ''abu-abu''.

Dibantu suaminya, KP Edy Wirabhumi, selaku pimpinan tim inventarisasi aset keraton, melakukan tugas sesuai dengan yang diterima dari almarhum SISKS Paku Buwono XII pada tahun 2001.

Selasa, 05 April 2011

SAMAGAHA ABDI TEH PARA WARGI


Samagaha

Tresna kacida rongkahna. ninggal rindat nu mawa tibelat,
reret nu mantak nyeredet, dilak nu salawasna kapicangcam,
teuteup seukeut nu nembus kana ieu jajantung.
Samagaha tresna dina ieu kahirupan.......
Mindingan asih anu geus dua windu dina ngojayan sagara tresna.
Asih anu geus ngabukti ku ayana buah ati titipan Gusti.

Enya........
Ukur patamorgana dina ieu teuteupan
Moal bisa kapibanda nu saenyana, sanajan duriat kacida rongkahna.
Ukur harepan nu bakal katangsu, ukur lengkah nu bakal mawa salah.

Hampura geulis.........
Akang ngumbar sawangan lain diri anjeun,
Geus micinta nu lain kuduna.
Samagaha moekan urang dina lalayaran mapay sagara kahirupan.Hampura, mun ieu diri katangsu.
Kota Bengkulu, 5 April 2011
Akang Rustandi

Jumat, 01 April 2011

Nabi Muhammad SAW Pendidik Ideal

Profil Rasulullah
Panalungtikan ngeunaan Rasulullah minangka pendidik ideal jadi bahasan anu penting pikeun diaji. Hal eta dumasar posisi pendidik dina seuseuhanana aya di barisan panghareupna. Tanpa eksistensi pendidik, proses pendidikan henteu boga harti nanaon. Pikeun ngawujudkeun pendidik profesional dumasar ruh Islam, urang kudu nyawang kahirupan atawa profil Rasulullah minangka pendidik ideal, lantaran hakekat diutusna Rasulullah ka ieu dunya minangka uswat al-hasanat jeung rahmatii-alamin. Sakabeh sunnah Rasulullah jadi pituduh utama sanggeus Al-Qur'an pikeun mangrupa-rupa aspek kahirupan manusa utamana aspek pendidikan.

Kahananana minangka pendidik mangrupa sumber konsep pendidikan anu bebeneranana geus meunang rekomendasi ti Allah SWT. Rasulullah SAW minangka pendidik Islam anu munggaran jeung pangutamana. Proses transformasi elmu pangaweruh, internalisasi ajen-inajen spiritualisme jeung bingbingan emosional anu dipilampahna bisa disebutkeun minangka mukjizat anu luar biasa, sarta manusa saha bae moal bisa ngalakukeun hal anu sarua.

Hasil pendidikan Islam dina zaman Rasulullah kaciri tina kamampuh mu¬rid-muridna (para sahabat) anu luar biasa. Misilna: Umar ibn Khattab ahli hukum dan pamarentahan, Abu Hurairah ahli hadis, Salman al-Farisi ahli studi banding agama (Majusi, Yahudi, Nasrani, jeung Islam), atuh Ali Ibn Abi Thalib ahli hukum jeung tafsir AI-Quran. Sarta murid ti para sa¬habat Rasulullah nya eta para tabiin, rea anu jadi ahli dina rupa-rupa widang ilmu pangaweruh kayaning sain, teknologi, astronomi, filsafat, anu nganteurkeun Islam ka zaman kaemasan ¬utamana dina awal kakawasaan dinasti Abbasiyyah.

Gambaran sarta pola pendidikan Islam zaman Rasulullah SAW boh mangsa Makkah jeung Madinah mangrupa sajarah baheula anu perlu diungkab deui, pikeun bahan studi banding, sumber gagasan, gambaran strategi anu nyukseskeun proses pendidikan Islam. Pola pendidikan zaman Rasullah SAW, henteu bisa leupas tina metode, evaluasi, materi, kurikulum, pendidik, peserta didik, lembaga, dasar, tujuan jeung lian-lianna deui anu aya patalina jeung proses pendidikan Islam, boh sacara teoretis atawa praktis.

Kondisi Politik Sosiokultural Awal Islam

Ceuk Ahmad M. Saefuddin, "Sangkan urang nyaho misi Muham¬mad SAW minangka pendidik sarta rahmatal lil alamin, kudu nitenan sajarah ngeunaan kaayaan masarakat samemeh Nabi Muhammad dibabarkeun, nepi ka bakal jentre wujud anu sabenerna tina eta rahmat teh. Ku kituna urang perlu ngungkab sajarah dumasar sumber Al Quran jeung tafsirna, sarta sawatara katerangan tina hadis, para sahabat, kitab-kitab, jeung buku-buku anu disusun ku para ahli sajarah.” (Taha al-lsmail, Tarikh Muhammad Teladan Perilaku Umat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996)

Gambaran dunya politik samemeh pertengahan abad ka-6 Masehi, jadi bukti yen dunya aya dina kaayaan poek tur parna ku rupa-rupa takhayul anu ngaruksak kahirupan spiritual manusa. Kasarakahan jeung tirani geus ngaruksak kasejahteraan moral, panindesan geus ngalumpuhkeun mayoritas penduduk. Bangsa-bangsa anu baheula kungsi merdeka jeung produktif ku peradaban-peradaban kuno di dunya, saperti: Siria, Tunisia, jeung Mesir kiwari teu bisa menyat deui dina kakawasaan ajag Romawi. Sawatara kitu peradaban Babylonia anu ancur lantaran dominasi Persia anu sarua tirani, ngan diidinan hirup sacara marginal (pas-pasan), sedengkeun sakabeh kakayaan nagri, taneuh subur antara dua walungan (Eufrat jeung Tigris) disedot pikeun ngeusian perbendaharaan para kaisar Persia katut anak buahna. Di lingkungan imperium Romawi, kaom elite anu ngabogaan budak anu rea sarta harta banda anu ngaleuya bari jeung bebas tina pajak. Sedengkeun kaom pribumi kudu mayar pajak bari dibere kawajiban anu kaleuleuwihi boh sacara fisik atawa finansil.

Sawatara kitu, kondisi sosiokultural saditinggalkeunana ku Nabi Isa, ajaran agama Allah anu disyiarkeunana beuki lila beuki luntur sarta cahayana beuki surem. Manusa lambat laun ngajauhan jeung nyimpang tina ajaran agama anu bener, dibawa ku hawa nafsuna kana jurang kahinaan tur kanistaan. Kamanusaan arahna mengkol kana sipat sato galak, anu kuat nindes anu lemah, anu beunghar meres nu miskin, panguasa nyiksa bawahanana, balukarna sistem kakulawargaan robah jadi mumusuhan, persatuan jadi perpecahan, rasa asih robah jadi bengis, ngawula ka Allah jadi ngawula ka sasama manusa, berhala, seuneu, sato, kai jeung batu. Hal ieu kaalaman ku masarakat ahli kitab (Yahudi jeung Nasrani) jeung masarakat musrik. Tah kitu gambaran dunya lima ratus taun sanggeus kalahiran Nabi Isa boh anu kajadian di Eropa, Afrika, Persia jeung Asia. Leuwih-leuwih anu kajadian di Arab dina zaman jahiliah, hiji pajamanan anu poek-mongkleng lantaran katutupan ku kabodoan jeung kaprimitifan.

Mun jiwa ujug-ujug bae mikahayang nyeuseup kabagjaan dunya atawa milampah sabagian tradisi anu lain pujieun, pitulung ti Allah bakal datang pikeun ngawatesanan antara diri anjeunna sareng kasenangan tea. Sabda Rasulullah SAW anu diriwayatkeun ku Ibnu Atsir, “Henteu kapikir ku kuring hiji kahayang pikeun nurutan kabiasaan anu sok dipigawe ku kaom jahiliyah iwal ti dua kali. Tapi geus kitu Allah ngahalangan antara diri kuring jeung eta kahayang. Tah sanggeus kitu mah kuring teu boga kahayang saeutik oge dugi ka Allah maparin kamulyaan dina risalah-Na. Hiji peuting kuring nyarita ka hiji pamuda nu bareng ngangon domba di tegalan di Makkah, “Kuring nyuhunkeun tulung pangawaskeun domba, lantaran rek indit ka Makkah geusan ruang-riung jeung para pamuda di ditu,” “Mangga”, tembalna. Nya kuring indit. Di gigireun imah nu pangheulana kaliwatan kadenge sora genjring ditabeuh. ”Aya naon ieu teh ?” kuring nanya. Jawabna, ”Pesta pernikahanana Fulan ka Fulanah.” Kuring milu diuk bari nongton anu keur jaroged. Tapi aneh, Allah nutupan ceuli kuring nepi ka harita keneh kuring sare, sarta kakara hudang isukna pabeubeurang sanggeus karasa panasna panonpoe. Kuring balik deui ka tegalan nemonan babaturan angon, manehna nanyakeun naon anu kaalaman ku kuring. Kuring nyaritakeun lalampahan sapeuting eta. Peuting saterusna kajadian anu sarua kaalaman ku kuring, nya ti harita kuring teu hayang deui milampah hal-hal anu goreng.” (kasohehan ieu hadits dijadikeun debat. Al-Hakim nganggap soheh, sedengkeun Ibn Katsir nganggap doif).

Allah Mahabijaksana. Pikeun calon panutan ummat, Muhammad bin Abdullah ti anggalna keneh geus disiapkeun kalawan dijaga tina sikep-sikep jahiliah. Lantaran ahlakna anu pantes dipuji, pinuh ku ajen-ajen humanisme jeung spiritualisme, di tengah-tengah ummat anu geus teu boga rasa kamanusaan, Muhammad bin Abdullah masih bisa meunang gelar penghargaan anu luhur, nyaeta al-Amiin.

Muhammad bin Abdullah teguh mertahankan tradisi Nabi Ibrahim, ulet dina neangan bebeneran anu hakiki, ngajauhkeun “din” tina raramean jeung sikep hedonisme ku jalan kontemplasi (nyorangan) di guha Hira.

Wahyu anu Munggaran

Taun 610 M tanggal 17 Ramadhan turun wahyu munggaran surat al-'Alaq ayat 1-5, anu jadi awal pendidikan Islam di Mekkah. “Baca! Kalawan nyebut asma Pangeran anu geus nyiptakeun. Anjeunna geus nyiptakeun manusa tina sakumpulan getih. Pek baca, jeung Pangeran Nu Maha Murah anu mere pangajaran ka manusa make tulisan, mere pangajaran ka manusa ngeunaan naon-naon anu henteu dipikayaho samemehna”

Turunna wahyu anu munggaran teh hiji tanda yen Muhammad geus resmi jadi Rasul anu mawa risalah-risalah Ilahi anu bakal mawa manusa kana jalan kapinteran jeung kasampurnaan. Muhammad SAW geus ngabongkar kabiadaban jeung kajahiliahan ka masarakat anu mibanda kamanusaan jeung peradaban.*****

Asal – Usul Palabuanratu/Nyi Roro Kidul


(Anis Jatisunda, diropea ku Asep Idjuddin)

Carita dibuka ku catetan sajarah runtagna karajaan PAJAJARAN, nurutkeun sumber bahan, pantun Bogor-Arkais, nu mangrupa peperenian AKI UYUT BAJU RAMBENG nu puseurna di Gunung Kendeng. Harita basa PAKUAN PAJAJARAN digempur ku Surasowan (Banten) dina mangsa sakakala BAHLA (9), CAI (4), SAGARA (4) NGUMPUL (1) - taun 1449 Saka=taun 1527 M. Kacatet dina sajarah dina mangsa kakawasaan Prabu SURAWISESA, atawa RATU SANGHYANG – ku Portugis disebut Ratu Samiam, (1521-1535 M).

Tegesna kajadian gempuran teh 6 taun sabada SRI BADUGA MAHARAJA/Prabu Siliwangi, PUPUS .Eta teh gempuran/serangan nu ka tilu kalina dina taun eta.PAJAJARAN ngalaman kaancuran, sabab sajaba pasukan Islam Banten dibantuan ku pasukan Demak jeung Cirebon, harita aya saurang urut gegeden Pajajaran nu hianat, muka lawang gintung/pintu gerbang ti jero (dua kali gempuran samemehna musuh teu bisa asup, sabab lawang gintung teu bisa dibuka ti luar).

Raja jeung kulawarga katut wadyabala nu satia kapaksa nyingkah ngungsi nyalametkeun diri,ngorolos ti Pakuan(Pusat Pamarentahan) sabab karaton ludes diduruk musuh. Dina waktu ngungsi, disatengahing jalan rombongan paburencay jadi opat kolompok:

1. Kolompok Raja jeung pangiringna, nu mangrupa kolompok panglobana, nyungsi ka wewengkon TEGAL BULEUD (SUkabumi kidul ayeuna), tadina rek meuntas ka NUSALARANG (pulo nu ayeuna diaku ku Ustrali, jadi Chrismast Island).Hanjakal teu jadi sabab parahu jeung loba alat nu ruksak dibabuk ku badai laut kidul.Sakolompok di antarana ayan nu balik deui ka wewengkon urut karaton(Bogor sabudeureunana), aya nu ka wetan (hipotetif ngadegkeun karajaan leutik di Sancang-Garut), sawareh aya nu ka kulon(ujung kulon) jeung sabagian leutik aya nu milu ka Raja, terus Hyang (tapa nepi ka maot).
2. Kolompok anu dipingpin ku 3 gegedug BAREUSAN PANGANGINAN (pasukan husus panjaga Pakuan/pengawal istana) nya eta ; DEMANG HAURTANGTU, PUUN BULUH PANUNJANG, JEUNG GURU ALAS LINTANG KENDESAN. Ahirna ngadegkeun kolompok masrakat nu disebut PANGER PANGANGINAN, sumebar di wewengkon Bogor kaler, pusatna di Kampung URUS desa KIARA PANDAK kacamatan CIGUDEG Kabupaten Bogor,di wewengkon kabupaten Lebak Beulah kidul jeung kidul-kulon, kiwari pusatna di kampong CITOREK kacamatan BAYAH, jeung di Sukabumi Kidul pusatna di kampong CIPTARASA kacamatan CISOLOK. Najan aya di tilu wilayah kabupaten nu beda, tapi sitem PATRONASE boga fungsi sabage TRIUMVIRAT (pamingpin kolegial/marentah bareng) nu teu bisa dipisahkeun, kadieunakeun maranehna nyebut masyarakatna KESATUAN BANTEN KIDUL.
3. Kolompok nu dipingpin ku Prabu Anom/Yuwaraja/putra mahkota RAHYANG SANTANG ARIA CAKRABUANA (lain Kean Santang),nu ngungsi ka Beulah kulon, kiwari turunana (sacara hipotetif) jadi PUUN jeung masrakat TANGTU PARAHYANG nu pusatna di kampong CIBEO desa KANEKES kacamatan LEUWIDAMAR kabupaten LEBAK.
4. Kolompok nu pangsaeutikna ngan 3-an, nya eta NYI PUTRI PURNAMASARI (Putri bungsu raja Pajajaran ti istri nu ka 7) jeung salakina RAHYANG KUMBANG BAGUS SETRA, diaping ku saurang Puragabaya (Kopasus), nu ngaran RAKEAN KALANG SUNDA. Di antara 4 kolompok tadi,kolompok ka 4 ieu nu jadi bibit-buit cikal-bakal ngadegna PALABUAN RATU.Kalawan figure sentralna PUTRI PURNAMASARI.

Dina perjalanan ngungsina, Putri Purnamasari dibeberik ku JAYA ANTEA, urut Mantri Majeuti (Mensesneg) Pajajaran, nu harita geus asup Islam kalawan gelar Syeh Al Kowana. Demi

Sababna, JAYA ANTEA bogoh ti baheula ka Purnamasari, tapi teu laksana sabab kaburu dikawinkeun ka putra mahkota Pajajaran Girang (Pulasari)-karajaan leutik bawahan Pajajaran, RAHYANG KUMBANG BAGUS SETRA. Alesan ieu nu jadi sabab manehna hianat ka Pajajaran nepika ditamping (dipecat) tina kalungguhan/jabatan jeung kawarganagaraan. Dina mangsa dibuang, JAYA ANTEA ngahiji jeung batur-baturna para padagang ti Timur tengah, tuluy asup Islam malah indit ka Tanah Arab ngamukim salila 5 taun. Balik deui ka Nusantara, manehna langsung ngadeuheus ka Sultan Banten, bari ngaku-ngaku Putra Mahota Pajajaran, syaga babakti ngabdikeun diri demi siar Islam, Sulatan Banten percaya. Jaya Antea dibere pancen beurat tapi suci, ngislamkeun Pajajaran. Tugas ieu dipake kasempetan keur ngalaksanakeun niat jahatna ngarebut Putri Purnamasari,nu teu bisa poho, teu nolih kana tugas suci nu jadi pancenna. Manehna nu mukakeun Lawanggintung ti jero –da datang ka Pajajaran teu dicuriga rahayat, jeung masih keneh diarajenan da disangka rek babalik pikir, nepika kabeh pasukan Islam Banten,Cirebon,Demak, gampang naker arasup ka Pakuan, bisa ngaduruk karaton nu lobana 5 bangunan baradag-.Harita Purnamasari keur kakandungan 5 bulan. Dina tarung patutunggalan antara Jaya Antea jeung RAHYANG KUMBANG BAGUS SETRA, RAHYANG nu perlaya,sabab kasaktian Jaya Antea memang pinunjul. Ahirna tarung patutungalan jeung RAKEAN KALANG SUNDA, 7 poe 7 peuting silihsered silihbanting kasaktenna estu saimbang, Nu galungan nepi kana hiji pasir. Dina Pasir ieu Jaya Antea ngalaman naas, awakna dibalangkeun ka laut, disanggap rancebna karangcuri jeung ombak nu ngagalura, nepika perlaya. Eta pasir disebut Pasir JAYANTI, urut JAYA ANTEA ngemasi PATI, kuloneun walungan KARANG PAMULANG.

Putri Purnamasari disalametkeun tuluy ku Rakean dibawa ka basisir kidul disumputkeun di sisi walungan Cimandiri. Sanggeus dianggap aman, kakara Rakean nyieun imah leutik keur Nyi Putri, di sisi Cinyusu (mata air) nu kahilirna ngamalirkeun walungan nu ngamuara ka laut. Rakean ge ngadegkeun imah pamujaan di handapeun rungkun haur nu katelah SUMUR HAUR PAMUNJUNGAN. Cinyusu mangrupa kulah leutik handapeun iuh-iuh tangkal dadap,walungan nu ngamalirna disebut walungan CIDADAP, imah nyi putri jeung saung tempat Rakean disebut BABAKAN CIDADAP.

Nepi kana waktuna Putri Purnamasari ngalahirkeun, RAKEAN bingung, sabab didinya taya saurang-urang acan AMBU BEURANG – paraji. Kapikir ku Rakean kudu nepungan Putri Gandrung Arum, lanceuk Purnamasari, nu keur tapa di LEBAK CAWENE, dibaturan ku 7 urang dayang. Rakean indit neangan Putri Gandrung Arum, ari Nyi Putri Purnamasari dititipkeun ka 3 kokolot nu milu caricing nyarieun imah di Babakan Cidadap, nya eta Ki SARAGOTA, KI SANAYA, jeung KI GANDANA. Hanjakal Rakean sasab ti leuweung ka leuweung, teu bisa manggihan putri Gandrung Arum. Teu bisa balik deui ka Babakan Cidadap. Peutingna saditinggalkeunnana ku Rakean Kalang Sunda, Putri Purnamasari ngimpi didatangan ku NINI PARAKATRIKA,nini-nini geulis, ninina Rakean. Ceuk NINI PARAKTRIKA, Purnamasari bakal ngalahirkeun isukan, orokna awewe kudu dingaranan NYAI PUTRI MAYANGSAGARA PAMULANGAN.Bakal dibantuan ku 2 urang AMBU BEURANG nu dikirim ku NINI PARAKTRIKA. Tong ngadadagoan RAKEAN KALANG SUNDA, Da Mo balik deui ka dinya, cenah. Sagala nu diomongkeun ku NINI P

ARAKTRIKA kabeh jadi kanyataan, sabab keur putri Purnamasari mangrupa wangsit. NGARAN PAMULANGAN, putrid MAYANGSAGARA boga pancen beurat, kudu MULANGKEUN deui kajayaan PAJAJARAN, dina wangun nagri mandiri (beda jeung Pajajaran bareto).

Beuki gede MAYANGSAGARA tumuwuh jadi putri geulis jeung pinter, kamajuan Babakan Cidadap beuki rame, loba parahu=parhu Cina nu daratang ngadon dagang di basisirna.Mimiti putrid Purnamasari dijenengkeun ku rahayat Cidadap jadi PUUN-ketua kelompok masrakat,sabab geus bisa mawa kamajuan, tina babakan leutik nepi ka jadi kampong gede malah jadi pusat perdagangan,tur nyarahoeun yen inyana turunan raja Pajajaran, eta sababna putri Purnamasari dijenengkeun jadi RATU, disebutna RATU PUUN BABAKAN CIDADAP, NU FUNGSINA JADI Palabuan di Basisir kidul. Kulantaran loba warga masrakat nu usul, jeung disatujuan ku 3 kokolotan. Ngaran Palabuan diganti tina Babakan Cidadap, jadi PALABUAN NYAI RATU,pangna kitu sabab warga Cidadap sadar yen nu mimiti BALABUH, dating terus cicing, nya etaputri Purnamasari. Nu sejen mah naluturkeun.Wajar mun ngaran Nyai Ratu dihormat diterapkeun dipake jadi ngaran Palabuan.

Salila pamarentahan NYAI RATU PUUN PURNAMASARI, kungsi 2 kali diserang ku Bajo –Bajaklaut- ti Nusabarung- Jawa Timur. Tapi ku wawanen, kasantikaan-elmu olah kanuragan,jeung gawe bareng jeung padagang Cina, taya saurang ge Bajo nu nyesa, beak kabeh diancurkeun.

Nepi kana mangsa kolot, Purnamasari ngecagkeun kalungguhan, eureun tina kapamingpinan, kulantaran Mayangsagara can dewasa, pamarentahan dipasrahkeun ke 3 kokolot nu sarua pada geus kolot, Ki SARAGOSA< KI GANDANA,KI SANAYA. Nyi Putri PURNAMASARI pindah, ngisat diri bari tatapa ka Babakan leutik di desa KIHARA PAPAK hiji pasir nu dihandapna aya walungan CIBUHUNG ayeuna asup ka kacamatan , asup ka Desa CICAREUH kacamatan WARUNGKIARA. Saditinggalkeunana ku NYAI RATU PUUN PURNAMASARI Cidadap Palabuan Nyai Ratu, morosot ngalaman mundur teu rame kawas tiheula. Ku hasil babadamian jeung tinimbangan 3 kokolot nu ngawasa pamarentahan saheulaanan, Palabuan Cidadap dipindahkeun ka kalereun walungan CIMANDIRI, nya eta palabuan ratu ayeuna. Sanggeus Putri MAYANGSAGARA dianggap dewasa, pamarentahan dipasrahkeun ka manehna, kalawan gelar NYAI RATU KIDUL (Nyai RORO KIDUL). Sedengkeun ngaran CIDADAP PALABUAN NYAI RATU,sanggeus dipindahkeun,tur dipingpin ku NYAI RATU KIDUL, diganti ngaranna jadi PALABUAN NYAI RATU, teu make CIDADAP.

Dina kapamingpinan NYAI RATU KIDUL MAYANGSAGARA nu kawin ka RAHYANG BAGUS SANGGA LARAPAN, turunan bangsawan Pakuan Gunung Tambaga, kaayaan Palabuan Nyai Ratu rame deui, loba deui kapal-kapal Cina jeung Siem nu daratang balabuh, daragang. Wilayah Palabuan ge ngalegaan, ka kulonna nepi ka Tanjung Panto di Muarabinuangeun, kabuapten Lebak ayeuna, ka wetanna nepi ka Gebang KUNING wilayah kabupaten Garut ayeuna. Cenah ti PALABUAN NYAI RATU bakal ngelebet deui panji-panji, bandera karajaan PAJAJARAN nu warna HIDEUNG BODAS DISULAM KUJANG NGARENDENG JEUNG TANGKAL PAKU JAJAR. Nu dikelebetkeun deui ku turunan NYAI RATU PURNAMASARI, nnya eta NYAI RATU KIDUL MAYANGSAGARA. Malah PALABUAN NYAI RATU bakal NYADEUG jadi dayeuh / kota, nu bakal jadi pusat pamarentahan PAKUAN PAJAJARAN MANDIRI. Malah ngaranna bakal diganti, cenah jadi PALABUANRATU PAKUAN PAJAJARAN MANDIRI ( teu make kecap NYAI)-duka teuing. Nu sidik Pemda DT II Kab.Sukabumi taun 1998/1999 mindahkeun ibukota Kabupaten Sukabumi ka Palabuanratu.Jeung ngaran nu sohor RATU KIDUL, taya lian iwal ti PUTRI MAYANGSAGARA.

Catetan:

1. Walungan Cidadap ayeuna geus teu aya,jadi darat, pernahna di tengah2 antara jambatan Bagbagan, di kaler jeung Jambatan Cinyosok di kidul.Cinyusuna/mata air, kira2 100 meter deukeut jambatan Cinyosok.
2. Tina rentetan kajadian asal-usul Palabuan Ratu, aya sababaraha toponimi (ngaran asal-usul tempat,gunung,walungan jsb), Gunung Jayanti tina Jaya Antea, walungan Cidadap, sabab baheula di hulucaina aya tangkal dadap. Cimandiri, ikrar Putri Purnamasari nu haying mulangkeun kajayaan Pajajaran sacara mandiri.Nyamplung Dosol, tangkal nyamplung nu katembak pelor mariem Bajo, napel dina tangkalna, kawas bujal dosol. Babakan Lebu, urut kampong Cidadap nu diduruk Bajo, kari lebuna.Punclak kadongdong baheulana Punglak Kadongdong,Balerante, urut rante kapal Bajo. Karang Pamulang, baheula urut arwah Bagus Setra, nitah balik ka Rakean Kalang Sunda. Si Kontrol/Si Ronda. Lauk krepu sagede parahu,nepi ka taun 1960 masih keneh sok muncul, cenah arwah Jaya Antea jadi lauk raksasa.Wara Kalong/Muara Kalong,tempat ngalong,teu sare sapeupeuting, ngajaga kohkol ngabejaan mun Bajo daratang.Arca Sembah Jaya Tipati, cenah tarang Jaya Antea ambles kana bumi jadi arca.

Curug Rabul,urut rabul mararunculna Bajo nu rek nyerang Cidadap.

* ANIS JATISUNDA budayawan,sastrawan Sunda,mantan Kasi Kebudayaan Kanwil Dikbud Propinsi Jabar, mantan Penilik Kebudayaan Kecamatan Surade Jampang kulon Sukabumi, Kungsi jadi asisten peneliti Dr.Viviane Sukanda Tercier, khusus naskah-naskah Sunda kuno. Anis teureuh Bugis Makasar nu leuwih Sunda tibatan Sunda. Kisah ngungsina Purnamasari kungsi ditulis scara rinci ku Prof.Dr.Yus Rusyana, make judul NYINGKUR dimuat dina Buku SAWIDAK CARITA PONDOK(PT Mangle Panglipur, 1983).
* Asep Idjuddin, satrawan,budayawan,wartawan Sunda, alumnus Fasa-Unpad,pamingpin Umum majalah basa Sunda SALAKA online. Kungsi jadi peneliti pembantu di SUNDANOLOGI(Lembaga penelitian ,pengkajian & Pengembangan Budaya Sunda) taun 1983-1985 khusus naskah Sunda kuno.Dipingpin ku Prof.Dr.H.Eddy S.Ekadjati(suwargi). Salahsahiji tulisanana dimuat dina SAWIDAK CARITA PONDOK judulna Ngandidat.Nepi ka ayeuna masih keneh daek nyebarkeun SAJARAH SUNDA versi NAGARA KRTABHUMI, jeung AKSARA SUNDA RATU PAKUAN ngaliwatan radio Kenacana, sababaraha seminar, diskusi di sababaraha Paguron Luhur, natar guru2 SD/SMP di Garut.jeung ditulis dina Salaka online.

Facebook: Antara akal besar, akal sedang dan akal kecil


Kata-kata mutiara dalam Bahasa Inggris menyebutkan: "Great minds discuss ideas. Average minds discuss events. Small minds discuss people." (Orang berakal besar membicarakan ide-ide. Orang berakal sedang membicarakan kejadian-kejadian. Orang berakal kecil membicarakan orang).

Akal besar hanya dimiliki oleh orang-orang besar. Orang besar pasti mempunyai akal besar. Untuk menjadi orang besar haruslah mempunyai akal yang besar. Akal besar hanya dimiliki oleh mereka yang selama hidupnya bergelut dengan hal-hal yang besar yakni ide-ide.

Otak yang dimiliki orang yang berakal besar penuh dengan ide-ide. Tema utama pembicaraan mereka dalam kehidupan sehari-hari adalah ide-ide. Mereka mendedikasikan jatah umur, waktu, tenaga, pikiran dan harta yang mereka miliki untuk memikirkan, menghasilkan, membicarakan, membahas, mendiskusikan, menyebarluaskan dan merealisasikan ide-ide.

Orang yang berakal besar tidak menyia-nyiakan umur, waktu, tenaga, pikiran dan harta mereka untuk hal-hal yang sia-sia, remeh temeh dan tidak berbobot, bernilai dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mereka tidak menggunakan semua sumber daya, fasilitas dan kemampuan yang mereka miliki untuk memikirkan, membicarakan, membahas, mendiskusikan dan menyebarluaskan informasi tentang kejadian-kejadian dan orang-orang kecuali untuk mengambil dan menghasilkan ilmu, ibrah (pelajaran), hikmah dan pelajaran.

Contoh terbaik orang besar adalah Nabi Muhammad saw. berikut para sahabat beliau. Mereka bagaikan lebah. Apa yang masuk ke, diproses di dan dihasilkan dari tubuh lebah hanyalah yang baik, bernilai dan bermanfaat saja. Demikian juga beliau beserta para sahabat. Apa-apa yang mereka inputkan melalui mata dan telinga ke dalam otak, yang mereka proses di dalam otak, dan yang mereka outputkan dari otak berupa ucapan, tulisan dan tindakan adalah yang mengandung hikmah, baik, berbobot, bernilai dan bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan banyak orang hingga akhir zaman.

Batasan ide dan Informasi

Ide adalah semua produk otak yang meliputi ilmu, teori, konsep, ilham, gagasan, pikiran, rencana dan pemikiran. Informasi kejadian adalah semua informasi yang terkait dengan peristiwa-peristiwa baik yang disengaja maupun tidak yang terjadi pada atau dialami seseorang atau sebuah kelompok masyarakat baik yang benar-benar terjadi di alam nyata maupun yang tidak seperti di dalam film, drama dan novel. Informasi kejadian juga menyangkut segala informasi tentang acara-acara atau even-even yang diketahui, diikuti atau disaksikan seseorang atau sekelompok orang seperti acara wisata, acara pernikahan dan pertandingan olah raga. Informasi tentang orang adalah semua informasi dan fakta yang menyangkut seseorang atau sekelompok masyarakat baik yang benar-benar ada eksistensinya maupun yang tidak seperti tokoh-tokoh di dalam novel, drama dan film. Informasi ini antara lain meliputi ciri-ciri fisik, cara berpakaian, jenis pakaian, gaya hidup, makanan favorit, gaya rambut, sifat, perilaku, watak, kekurangan dan kelebihan.

Fenomena Facebook

Facebook adalah salah satu jejaring sosial online. Facebook merupakan jejaring online paling populer dan paling banyak membernya. Seperti halnya dengan jejaring sosial lainnya, dengan facebook para membernya bisa melakukan beragam aktivitas komunikasi. Chatting, mengirim dan membalas pesan, juga berbagi dan mengomentari info, link, foto dan video. Dengan facebook, para membernya juga bisa mengetahui, memberitahukan, membicarakan, mendiskusikan, membahas dan menyebarluaskan berbagai informasi tentang apa saja termasuk tentang kejadian-kejadian dan orang-orang.

Sebagaimana media teknologi, informasi dan komunikasi lain pada umumnya, Facebook sekadar media. Facebook bukan ustadz atau kyai yang bisa menilai baik atau buruk, benar atau salah dan bermanfaat atau mudharat tiap konten yang diisikan oleh para membernya. Facebook juga bersifat terbuka dan siap menerima informasi apa saja. Facebook memberikan kepada para membernya kebebasan dan kemudahan untuk mengisinya dengan segala informasi menurut kehendak, minat, hobi dan kecenderungannya masing-masing. Benar salah, baik buruk, bermanfaat mudharatnya informasi yang dimasukkan ke dalam Facebook sepenuhnya tergantung member sendiri. Ada manfaat atau tidaknya Facebook juga terpulang dan tergantung pada member sendiri. Di dalam dunia facebook, masing-masing member mempunyai kebebasan dan kekuasaan .

Alat ukur mengetahui ukuran akal

Berdasarkan kata-kata mutiara yang Akang kutip di awal tulisan ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa topik yang diangkat oleh seorang member ketika menggunakan Facebook dengan segala aktivitas komunikasinya menunjukkan berapa besar ukuran akal yang dimilikinya.

Jika sejak pertama kali akun Facebooknya aktif, seorang member hanya, sering atau pernah bergelut dengan ide-ide baik itu idenya sendiri maupun orang lain, berarti ukuran akalnya termasuk kategori besar. Jika tema yang diangkatnya hanya berupa informasi tentang kejadian-kejadian saja – baik yang dialaminya sendiri maupun yang dialami orang lain seperti anggota keluarga, teman dan selebritis - tanpa pernah menyentuh ide sama sekali, berarti ukuran akalnya termasuk kategori sedang. Sedangkan jika dia hanya asyik dengan informasi tentang orang saja - baik dirinya sendiri maupun orang lain seperti anggota keluarga, teman dan selebritis - tanpa pernah menyentuh ide sama sekali, berarti ukuran akalnya termasuk kategori kecil.

Termasuk kategori manakah akal yang kita miliki? Besar, sedang atau kecil?
Nasib baik pemilik akal besar, contohnya (Ayah Nazwa) Uda Yendi di Diknas Kota Bengkulu.

Dengan memiliki anugerah besar berupa akal besar ada begitu banyak manfaat yang diperoleh seseorang. Selama masa hidupnya, orang yang berakal besar hidupnya bernilai. Hidupnya berharga dan bermanfaat bagi banyak orang. Sejarah hidup dan ide-idenya dikaji, dipelajari, diamalkan, disebarluaskan, serta dijadikan referensi dan teladan. Riwayat hidup dan ide-idenya menginspirasi dan memotivasi banyak orang.

Setelah meninggal, nama dan ide-idenya tetap “hidup”. Sejarah hidup dan ide-idenya tetap terus menginspirasi dan memotivasi banyak orang. Juga tetap terus dikaji, dipelajari, diamalkan, disebarluaskan, serta dijadikan referensi dan teladan oleh banyak orang dari generasi ke generasi.

Jika ide-idenya adalah baik dan benar menurut penilaian Allah swt. dan Rasul-Nya, serta jika segala usahanya yang dicurahkan untuk ide-idenya diniatkan untuk ibadah, pemilik akal besar Muslim akan mendapatkan nilai plus dan poin khusus. Meskipun badannya telah hancur dan terbaring diam di dalam kubur, dia tetap mendapatkan kiriman pahala secara terus menerus karena telah mempunyai investasi amal jariyah. Warisannya berupa ide-ide menjadi ilmu yang bermanfaat yang mendatangkan pahala tiada terputus bagi dirinya karena ide-idenya secara terus menerus diamalkan oleh banyak orang.

Di hari kiamat, pemilik akal besar Muslim juga akan mendapatkan nilai plus dan poin khusus. Dia akan lulus dan lolos dari pengadilan di hari kiamat. Pengadilan tersebut mempertanyakan pemanfaatan umur (dan waktu), ilmu, harta, dan badannya (anggota badan dan tenaganya).

Rasulullah saw. bersabda yang artinya: “Tidak akan bergeser kaki seorang hamba di hari kiamat hingga ditanyakan kepadanya tentang umurnya telah dipergunakan untuk apa, tentang ilmunya apa yang telah diperbuat dengan ilmunya, tentang hartanya dari mana diperoleh dan dibelanjakan untuk apa, dan tentang badannya telah dipergunakan untuk apa.” (HR. Ad-Darimy)

Ajakan dan Harapan

Setiap orang berhak dan bisa menjadi pemilik akal besar. Untuk memiliki akal besar, dibutuhkan tiga faktor, yaitu niat, usaha dan doa. Usaha yang harus dilakukan adalah dengan cara mendayagunakan segala sumber daya, fasilitas dan kemampuan yang dimiliki untuk memikirkan, menghasilkan, membicarakan, membahas, mendiskusikan, menyebarluaskan dan merealisasikan hal-hal yang besar, bernilai, berbobot dan bermanfaat.

Mari kita berusaha memperbesar volume akal kita dengan melakukan langkah sederhana dan gampang yaitu dengan menggunakan Facebook secara bijaksana. Bijaksana dalam arti cerdas dalam membagi dan mempergunakan waktu, harta dan badan secara adil dan seimbang.

Di dalamnya ada hak untuk Allah swt, agama, umat, masyarakat, keluarga dan diri sendiri. Bijaksana juga dalam arti memanfaatkan Facebook untuk hal-hal yang baik, benar, berbobot, bernilai, bermanfaat bagi diri kita sendiri baik ketika hidup di dunia, beristirahat di alam barzah, di hari kiamat, maupun di kampung akhirat kelak.

Selain bermanfat bagi diri kita sendiri, juga memberi manfaat positif bagi banyak orang selama kita masih hidup dan setelah kita tidak hidup lagi di dunia ini. Semoga kita mampu meneladani suri teladan terbaik kita yakni Rasulullah saw.
Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang menyiakan-nyiakan waktu, umur, harta dan badan kita yang merupakan anugerah Allah swt. yang sangat berharga.
Bengkulu, 1 April 2011

Revolusi Teknologi Informasi Bikin Remaja Bengkulu Kurang Tidur

Banjirnya tekonologi komunikasi dan informasi mulai berdampak pada kalangan remaja khususnya di Kota Bengkulu. Sebuah pengamatan dan temuan terbaru menyebutkan, remaja Kota Bengkulu disinyalir tidak cukup tidur gara-gara terlalu banyak bermain-main dengan teknologi komunikasi ketika seharusnya mereka tidur.

Sebuah studi dari Sukabumi Komputer berpusat di Kuala Alam Kota Bengkulu yang mengamati masalah tidur menyebutkan, hampir setengah dari remaja berusia 13-19 tahun berselancar di internet setiap malam pada jam-jam tidur mereka mulai dari Jalan Suprapto hingga Jalan Batang Hari dan sekitarnya.

Disebutkan, 36% di antara mereka bermain game video dan 18% terbangun karena email, telefon atau pesan pendek di telepon genggam, demikian sebagaimana dikutip Akang Rustandi.
Dalam pengamatan itu juga dikatakan remaja paling banyak mengoperasikan teknologi terbaru dibandingkan kelompok usia lainnya. Dan sejumlah pakar kedokteran mengatakan kekurangan tidur akan menimbulkan gangguan kesehatan serius.

Salah seorang yang menghadapi kesulitan tidur adalah Aa Iqbal, yang berusia 16 tahun.

"Saya banyak menggunakan komputer untuk pekerjaan rumah, melihat-lihat Facebook atau apa pun untuk menyaksikan video. Telefon seluler saya sering digunakan untuk mengirim pesan pendek dan juga saya juga mungkin nonton televisi satu jam satu malam," kata Aa Iqbal.

Dia mengaku bahwa kebiasaan itu mengirimkan pesan yang salah kepada otaknya ketika dia seharusnya tidur. "Saya bisa berjaga malam hari ketika menggunakan komputer. Kelihatannya mata saya tersangsang cahaya komputer sehingga sulit tidur bahkan tubuh saya lebih aktif," tambah Neneng.

Menurut Aa Iqbal, kalau pun membaca buku dia kembali ke internet sehingga kebiasaannya untuk melihat-lihat situs online kembali muncul.

Menurut seorang spesialis yang menganggap kurang tidur disebabkan antara lain penggunaan teknologi dapat menimbulkan gangguan kesehatan jangka panjang bagi para remaja Kota Bengkulu.

"Kami yakin terdapat interaksi yang besar antara tidur yang kurang dengan berat badan. Mereka menjadi kegemukan ketika masa kanak-kanak sehingga menimbulkan ancaman tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung ketika mereka dewasa," jelas dokter spesialis tersebut.

Menurut Sukabumi Komputer, para remaja ini sebenarnya termasuk kelompok usia yang sulit tidur di Kota Bengkulu.

Mereka juga termasuk kelompok yang sulit mematikan teknologi komunikasi yang mereka gunakan.* Pengamatan Akang Rustandi Jan-Maret 2011 di Warnet dan di rumah.