Yendi Widya Kota Bengkulu Bunga Rafflesia Bunga Raflesia Kawan Kawan Kawan Yendi ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH WILUJENG SUMPING

Rabu, 06 Juli 2011

Dibutuhkan Pemimpin Informatif Di Kota Bengkulu Tahun 2012


Pemimpin yang diharapkan di era demokrasi adalah pemimpin yang mampu memberikan informasi yang sejuk, nyaman, akurat, cepat dan dapat dipertanggungjawabnya kepada rakyatnya. Hal ini dimaksudkan agar rakyat tidak dibingungkan dengan informasi yang diterima dengan sumber informasi yang tidak jelas. Sebagai seorang pemimpin, maka semua informasi mengenai organisasinya ada padanya, termasuk informasi yang datang dari luar organisasi. Dengan demikian pemimpin merupakan sumber informasi.

Di era demokrasi ini dibutuhkan pemimpin yang informatif dan dapat diteladani dan menjadi contoh atau panutan dari rakyatnya. Menurut saya, minimal ada tiga yang perlu dimiliki dari seorang pemimpin yaitu:

PERTAMA, keteladanan dalam caranya memposisikan konstitusi, hukum, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dalam wilayah kepemimpinannya, apakah pada tingkat nasional ataupun daerah. Pemimpin yang patut diteladani adalah pemimpin yang tunduk pada hukum dan perundang-undangan yang sudah ditetapkan melalui proses hukum dan proses politik dan yang demokratis. Konstitusi dan hukum di atas segala-galanya. Di samping itu konstitusi, hukum, peraturan dan perundang-undangan yang masih berlaku wajib hukumnya untuk disampaikan dan disosialisasikan kepada rakyatnya, bukan sebagai jebakan.

KEDUA, keteladanan dalam sikapnya menghadapi permasalahan ataupun tindakannya dalam menghadapi krisis tertentu. Pemimpin yang perlu diteladani adalah pemimpin yang selalu bersikap teguh memegang keyakinan bahwa prosedur dan institusi demokrasi adalah satu-satunya cara menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan kolektif, dengan demikian tidak menutup kemungkinan masuknya kekuatan-kekuatan anti-demokrasi ataupun kekuatan-kekuatan yang menggunakan kekerasan untuk memaksakan kehendaknya. Prosedur dan Institusi adalah cara menyelesaikan masalah, bukan pemaksaan kehendak dan kekerasan serta tidak pandang bulu. Misalnya, pejabat di daerah yang terindikasi melakukan KKN, aparat harus selidiki jangan kongkalikong agar dapat bagian. Keakraban aparat MUSPIDA jangan diartikan segela sesuatu bisa diatur, tetapi bagaimana agar hukum tidak memandang siapapun.

KETIGA, keteladanan dalam perilakunya yang selalu menghindari cara-cara non-demokratis ataupun melawan hukum dalam melaksanakan kebijakan tertentu ataupun dalam menggunakan sumber-sumber daya pembangunan dalam mencapai tujuan tertentu yang sudah digariskan. Pendeknya, pemimpin yang baik tidak mengahalaIkan segala cara untuk mencapai tujuan tertentu alias jujur dan tidak KKN.

Mencari sosok pimpinan yang dapat diteladani merupakan pekerjaan yang “susah-susah gampang”, dan seringkali mengandung resiko, mengingat definisi pemimpin mengandung berbagai makna yang terkait dengan pengetahuan, etika, moralitas, keahlian, kredibilitas, serta kemampuan melakukan komunikasi, keluasan visi dan persyaratan-persyaratan lain yang dianggap penting dan perlu dipenuhi oleh seorang pemimpin.

Seorang pemimpin harus memahami keadaan rakyatnya dan harus memiliki empati agar pemimpin tersebut bisa merasakan sebagaimana yang dirasakan rakyatnya. Sebagai contoh, ketika berkunjunga ke suatu daerah yang rakyatnya kurang memahami dari segi bahasa, kita sebagai pemimpin jangan menyampaikan dengan bahasa yang tinggi, dengan menggunakan istilah-istilah asing dan sebagainya, atau setiap kali berkunjung sambutan rakyatnya maunya dibuat semeriah mungkin padahal rakyatnya sangat miskin. Contoh yang lain, ada seorang jama’ah disalah satu masjid mendengarkan tausiah dari seorang Kiyai. Pendek cerita Kiyai tersebut mengatakan barangsiapa yang datang terlebih dahulu sholat berjam’ah ke masjid maka pahala akan lebih besar dari yang datang belakangan. Namun dalam pelaksanaannya sholat jama’ah tersebut belum dilaksanakan karena menunggu Kiyai tersebut datang, yang sekaligus sebagai imam. Nah, jama’ah yang pernah mendengarkan tausiahnya langsung punya pemikiran bahwa apakah benar datang lebih awal itu pahalanya lebih besar dari pada belakangan?, jangan-jangan kita dibohongin, bahwa justru yang datang belakangan pahalanya lebih besar, mengapa?, karena Kiyainya datang belakangan.

Berdasarkan contoh informasi tersebut, ada yang salah, sebagai seorang pemimpin harus mampu memahami dulu kondisi rakyatnya, seperti apa keadaannya, bukan memberikan informasi atau solusi terlebih dahulu sebelum tahu permasalahan yang dihadapi rakyatnya. Ini bukan jaman orde baru lagi, setiap pejabat yang mau datang selalu diservice, sampai jalan saja di tambal sulam.

Satu hal yang perlu penulis sampaikan menjelang PEMILU 2012 di Kota Bengkulu, bahwa rakyat Kota Bengkulu dalam informasi dan komunikasi politik itu masih sangat kurang, oleh karena itu jalan satu-satunya yang harus dilakukan oleh pemimpin ke depan adalah PENDIDIKAN POLITIK harus lebih dikedepankan sebelum melaksanakan pesta demokrasi agar rakyat tidak bingung apa yang harus dilakukan, jangan bisanya mengenal gambar atau nomornya tapi tidak mengenal nomor dan nama serta gambar calon WALIKOTA NYA. Semoga RAKYAT KOTA BENGKULU SEMAKIN DEWASA DAN CERDAS DALAM MEMILIH. AMIN..

Tidak ada komentar: