Yendi Widya Kota Bengkulu Bunga Rafflesia Bunga Raflesia Kawan Kawan Kawan Yendi ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH WILUJENG SUMPING

Selasa, 09 Agustus 2011

Ramadhan, Momentum Perubahan Menuju Bisnis Penuh ‘Berkat’ dan Berkah


SHAUM di dalamnya setiap muslim – tentu termasuk pebisnis muslim di dalamnya – dituntut untuk berkorban dengan menahan rasa lapar, dahaga dan sejumlah amal lainnya demi meraih derajat takwa. Takwa adalah puncak hikmah dari ibadah shaum pada bulan Ramadhan.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 183).

Menurut al-Jazairi, frasa “agar kalian bertakwa” bermakna: agar dengan shaum itu Allah SWT mempersiapkan kalian untuk bisa menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya (Al-Jazairi, I/80). Bahasa sederhananya, dengan shaum itu kita dipahamkan, diingatkan dan disadarkan bahwa bukan harta yang diinginkan Dien kita, tetapi ketaatan kita sepenuhnya pada aturan-Nya !

Bagi pengusaha, Ramadhan sudah semestinya menjadi momentum perubahan menuju bisnis yang sesuai dengan aturan Allah Swt. Saya biasa menyebutnya sebagai bisnis yang penuh ‘berkat’ dan berkah. ‘Berkat’ bermakna bisnis kita menghasilkan profit yang terus tumbuh dan sinambung. Berkah adalah keridloan Allah Swt, Dzat Pemberi Rizki, yang diraih ketika seluruh amal bisnis kita berjalan sesuai dengan syariah-Nya. Karena itu, setidaknya ada tiga hal yang dikokohkan dan diingatkan Ramadhan pada kita :

(1) Ramadhan Mengokohkan Orientasi Akhirat Pada Bisnis Kita.

Allah Swt berfirman kepada malaikat yang diserahi urusan rezeki bani Adam: “Hamba manapun yang kalian dapati cita-citanya hanya satu, yaitu semata-mata untuk kehidupan akhirat, jaminlah rezekinya di langit dan di bumi; dan hamba manapun yang kalian dapati mencari rezekinya dengan jujur karena berhati-hati dalam mencari keadilan, berilah ia rezeki yang baik dan mudahkanlah ia; dan jika ia telah melampaui batas kepada selain itu, biarkanlah ia sendiri mengusahakan apa yang dikehendakinya. Kemudian dia tidak akan mencapai lebih dari apa yang Aku tetapkan untuknya.” (HR Abu Na’im dari Abu Hurairah ra).

Hadits ini merupakan janji Allah kepada orang-orang yang selalu berorientasi akhirat dalam setiap perbuatannya. Allah akan memberikan rezeki dan memudahkan urusan mereka.


(2) Ramadhan Mengingatkan Kita Bahwa Hanya Nafkah yang Halal Lagi Baik yang Membawa Keberkahan dan Nikmat Hidup.

Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Wahai manusia, sesungguhnya Allah tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik (thoyyib) dan sesungguhnya Allah memerintahkan kaum mukmin sebagaimana halnya Ia memerintah para Rasul. Kemudian, Ia berfirman, ” Wahai para Rasul, makanlah dari rejeki yang baik-baik, dan berbuat baiklah kalian. Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang engkau ketahui.” Selanjutnya Beliau bercerita tentang seorang laki-laki yang berada dalam perjalanan yang sangat panjang, hingga pakaiannya lusuh dan berdebu. Laki-laki itu lantas menengadahkan dua tangannya ke atas langit dan berdoa, “Ya Tuhanku, Ya Tuhanku..”, sementara itu makanan yang dimakannya adalah haram, minuman yang diminumnya adalah haram, dan pakaian yang dikenakannya adalah haram; dan ia diberi makanan dengan makanan-makanan yang haram. Lantas, bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR Muslim).

Al Qadliy berkata, “hadits ini merupakan salah satu pilar agama Islam dan tonggak dari hukum-hukum Islam. Ada 40 hadits yang menjadi bagian tak terpisahkan dari hadits ini. Di dalam hadits ini ada perintah kepada kaum Muslim untuk berinfak dengan rejeki yang halal serta larangan untuk berinfak dengan rezeki yang haram. Hadits ini juga menerangkan bahwa minuman, makanan, pakaian dll harus halal dan terjauh dari syubhat; dan siapa saja yang berdoa hendaknya ia memenuhi syarat-syarat tersebut dan menjauhi minuman, makanan dan pakaian yang haram.” (Imam Nawawiy, Syarah Sahih Muslim, hadits no 1686). Nah!


(3) Ramadhan Mengingatkan Kita bahwa Bisnis yang Halal dan Thoyyib Memuliakan Kita di Dunia dan Akhirat.

“Sesungguhnya, dunia itu diperuntukkan bagi empat orang : Pertama, seorang hamba yang diberi harta dan ilmu oleh Allah Swt dan menghubungkan silaturrahim dan ia mengetahui bahwa ada hak Allah di dalam hartanya. Ini adalah seutama-utama kedudukan. Kedua, seorang hamba yang diberi ilmu oleh Allah namun tidak diberi harta, kemudian ia berniat seraya berkata, ‘Seandainya aku punya harta, sungguh aku akan beramal sebagaimana si fulan (yang kaya).’ Dengan niatnya itu, maka pahala keduanya adalah sama. Ketiga, seorang hamba yang tidak diberi ilmu, namun hanya diberi harta oleh Allah. Lalu, ia membelanjakan hartanya tanpa dengan pengetahuan dan tidak dijadikan sebagai wasilah untuk bertakwa kepada Allah Swt dan menyambung silaturrahim, dan ia juga tidak tahu bahwa di dalamnya ada hak Allah Swt, maka ini adalah serendah-rendahnya kedudukan. Keempat, seorang hamba yang tidak diberi harta dan ilmu oleh Allah Swt dan ia berkata, ‘Seandainya saya memiliki harta, maka saya akan beramal sebagaimana si fulan (yang ketiga) tersebut’, maka dosa keduanya adalah sama. (HR Turmudziy)


Makin jelas bagi pengusaha yang ingin meraih ‘berkat’ dan berkah bahwa Islam telah memotivasi umatnya untuk bekerja – tentu saja termasuk berbisnis – dengan serius, dengan tetap memperhatikan dan melaksanakan ketentuan syariat Allah Swt dan kaidah sebab akibat atas segala usahanya. Halal dan baik lakukan, haram lagi laknat tinggalkan. Allah pun akan membalasnya dengan ‘reward’ kemudahan rezeki dan kemudahan urusan bisnis kita. Subhanallahu.
Ramadhan bulan penuh berkah dan ampunan, semoga menjadikan kita insan Allah yang selalu berpikir, bersikap dan beramal kehidupan – termasuk dalam amal bisnis kita – dengan dipenuhi ‘berkat’ dan keberkahan. Bisnis yang akan memuliakan kita di dunia dan akhirat. Insya Allah.

Tidak ada komentar: