Yendi Widya Kota Bengkulu Bunga Rafflesia Bunga Raflesia Kawan Kawan Kawan Yendi ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH WILUJENG SUMPING

Kamis, 17 Juni 2010

Belajar Berwirausaha dari Rosul


Sebagian dari kita mungkin tidak pernah menyangka atau terfikir untuk berwirausaha. Kata wirausaha dalam istilah asingnya dikenal sebagai enterpreneur. Salah satu yang menarik dari kajian David Moors tentang kewirausahaan dalam bukunya The Enterprising, mengungkapkan bahwa ciri-ciri wirausaha adalah mengenai personality dan pelaku wirausaha itu sendiri, disamping lingkungan yang mendukungnya, juga tugas-tugas yang diemban oleh seorang wirausaha dan karir yang bisa dicapainya. Lebih lanjut katanya, ‘The act of enterpreneurship is an act patterned after modes of coping with early childhood experiences’. Personality atau kepribadian seorang wirausaha adalah sikap yang didapatkannya sejak masa kecil yaitu sikap merdeka, bebas dan percaya diri 3.

Untuk meraih kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, Islam tidak hanya mengajarkan kepada pemeluknya untuk beribadah, tapi juga sangat mendorong umatnya untuk bekerja keras, salah satu kerja keras yang didorong Islam adalah berwirausaha. Sebagai agama yang menekankan dengan kuat tentang pentingnya pemberdayaan umat, maka islam memandang bahwa berwirausaha merupakan bagian integral dari ajaran islam. Terdapat sejumlah ayat dan hadits yang menjelaskan pentingnya aktifitas berusaha itu, diantaranya: “ Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi. Dan carilah karunia Allah.”(Qs. Al Jumu’ah :10). Pernah Nabi ditanya Oleh para sahabat: ”pekerjaan apa yang paling baik ya Rasulullah ?”beliau menjawab “Seorang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.”(HR. Al Bazzar). Ada juga ” Perhatikan olehmu sekalian, sesungguhnya perdagangan itu di dunia adalah sembilan dari sepuluh pintu rezeki” (HR. Ahmad) 2.
Nabi Muhammad Saw adalah seorang wirausahawan yang sangat ulet, jujur, amanah, terpecaya dan profesional. Kesuksesan Nabi Muhammad Saw telah banyak dibahas para ahli sejarah, baik sejarawan Islam maupun sejarawan Barat1.

Jauh sebelum Frederick W. Taylor (1856-1915) dan Henry Fayol mengangkat prinsip manajemen sebagai suatu disiplin ilmu, Nabi Muhammad Saw sudah mengimplementasikan nilai-nilai manajemen dalam kehidupan dan praktek bisnisnya. Beliau telah dengan sangat baik mengelola proses, transaksi dan hubungan bisnis dengan seluruh elemen bisnis serta pihak yang terlihat di dalamnya. Nabi MUhammmad tidak pernah membuat para pelanggannya komplen. Beliau sering menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang di pesan dengan tepat waktu, menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi dengan siapapun. Prinsip bisnis modern seperti tujuan pelanggan dan kepuasan konsumen (costumer satisfaction), pelayanan yang unggul (service exellence), kompetensi, efisiensi, transparansi, persaingan yang sehat dan kompetitif, semuanya telah menjadi gambaran pribadi, dan etika bisnis Nabi Muhammad Saw ketika ia masih muda.1

Berkar kredibilitas beliau yang diberi gelar alamin, tidak mengherankan jika Sayyidah Khadijah rah pun menganggapnya sebagai mitra yang dapat dipercaya dan menguntungkan, sehingga ia mengutusnya dalam beberapa perjalanan dagang ke berbagai pasar di Utara dan Selatan dengan menggunakan modalnya. Ini dilakukan kadang-kadang dengan kontrak biaya (upah), modal perdagangan, dan kontrak bagi hasil. Dalam dunia manajemen, kata benar digunakan oleh Peter Drucker untuk merumuskan makna efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berarti melakukan sesuatu secara benar (do thing right), sedangkan efektivitas adalah melakukan sesuatu yang benar (do the right thing). Efisiensi ditekankan pada penghematan dalam penggunaan input untuk menghasilkan suatu output tertentu. Upaya ini diwujudkan melalui penerapan konsep dan teori manajemen yang tepat. Sedangkan efektivitas ditekankan pada tingkat pencapaian atas tujuan yang diwujudkan melalui penerapan leadership dan pemilihan strategi yang tepat. Prinsip efisiensi dan efektivitas ini digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu bisnis. Semakin efisien dan efektif suatu perusahaan, maka semakin kompetitif perusahaan tersebut. Dengan kata lain, agar sukses dalam menjalankan binis maka sifat shiddiq dan amanah dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas.

Tak ada hal yang tidak menarik untuk dipelajari, terlebih apa yang kita pelajari berasal dari suri tauladan kita, Murabbi utama kita, Rosulullah SAW. Semoga dengan belajar satu hal lagi dari Rosul, kita dapat termotivasi lagi dari sisi lain Rosul atas motivasi yang begitu kuat bagi umat Islam untuk bekerja dan berwirausaha. Rasulullah SAW bersabda, "Tiada seorang yang makan makanan yang lebih baik dari makanan dari hasil usahanya sendiri (wirausaha). Sesunggunya Nabi Allah Daud, itupun makan dari hasil usahanya sendiri (wirausaha). H.R. Bukhari. Wallahu a’lam.

Dikutip dari:
1. http://al-kahfi.net/muamalah/maulid-dan-manajemen-bisnis-rasulullah-saw/
2. http://www.islamic-center.or.id
3. http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=10450.

Tidak ada komentar: