Yendi Widya Kota Bengkulu Bunga Rafflesia Bunga Raflesia Kawan Kawan Kawan Yendi ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH WILUJENG SUMPING

Jumat, 24 April 2009

MINYAK JARAK SEBAGAI BBM ALTERNATIF

Di tengah krisis bahan bakar saat ini, bermunculanlah berbagai pemikiran untuk mengembangkan sumber energi alternatif. Salah satunya adalah pemanfaatan tanaman jarak pagar atau jatropha curcas linneaus. Tanaman yang dapat tumbuh di lahan kritis dan tidak membutuhkan banyak air serta pupuk ini ternyata sangat efektif jika buah atau bijinya dikembangkan menjadi biodisel-sebagai energi alternatif pengganti minyak diesel (solar), minyak bakar, bahkan minyak tanah (kerosin).

Tanaman jarak pagar yang umumnya dapat dipanen setelah berusia enam sampai delapan bulan ini mampu menghasilkan buah yang optimal pada usia lima tahun. Dari tiap 12,5 tonnya memiliki kandungan minyak sekitar 1.900 liter. Sebab, baik biji maupun kulit (karnel) buah jarak itu sama-sama memiliki kandungan minyak, yaitu masing-masing 33% dan 50%. Jadi bayangkan jika jarak pagar tersebut ditanam di seluruh lahan kritis yang ada di seluruh wilayah di Indonesia, yang diperkirakan mencapai 13 juta hektare.

Pemanfaatan 3 juta ha lahan untuk menanam sebanyak 7,5 miliar pohon jarak pagar diperkirakan mampu menghasilkan biodisel 92.000 barel per hari atau setara dengan 20% kebutuhan minyak solar nasional yang sekitar 460.000 barel per hari. Di samping itu, karena sifatnya yang mudah beradaptasi dengan berbagai cuaca, menurut Nadirman Haska dari Balai Pengkajian Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), untuk membudidayakan tanaman ini pun tidak terlalu sulit. Meski demikian, untuk mendapatkan tanaman dan buah yang unggul, perlu juga dilakukan sentuhan bioteknologi. Hal itu perlu untuk menghasilkan bibit jarak pagar yang memiliki kemampuan menyerap unsur hara, terutama fasfor dan nitrogin serta mikronutrien (Zn, Mo, Fe dan Cu) lebih baik.

Selain itu, bibit tanaman tersebut akan memiliki peningkatan ketahanan terhadap kekeringan, serangan petrogen akar dan meningkat produktivitasnya. Proses Mudah Sedangkan M Sumarsono dari Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), proses pengolahan minyak jarak pohon tersebut relatif sangat mudah. Untuk menghasilkan minyak skala kecil (0,5-0,6 ton per hari) cukup dengan mengepres biji jarak yang sudah kering menggunakan mesin diesel satu silender sekitar 15 HP, sehingga menghasilkan minyak jarak kasar dan bungkil.

Tahapan selanjutnya adalah menyaring dengan menggunakan mesin penyaring sehingga dihasilkan minyak jarak bersih. Kemudian dilakukan proses pemurnian terhadap minyak jarak yang sudah bersih tersebut, sehingga menghasilkan minyak jarak murni yang siap untuk di jual. Pada sistem produksi minyak jarak skala kecil ini, energi yang diperlukan untuk menggerakan mesin pres juga dapat memanfaatkan minyak jarak hasil perasan. Atau yang lazim disebut dengan pengoperasian mesin straight vegetable oil (SVO).

Investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan produksi minyak jarak sekitar 0,5 - 0,6 ton per hari, menurut dia, adalah sekitar Rp 110 juta, belum termasuk biaya untuk pembelian tanah dan bangunan. BBM Murah Menariknya lagi, harga jual minyak biodiesel dari jarak pagar ini juga relatif lebih murah dibandingkan harga jual minyak solar. Jika harga biji jarak rata-rata Rp 500 per kg, dengan biya produksi yang diperkirakan Rp 350 - Rp 600 per liter, harga jual netto minyak jarak itu sekitar Rp 1.400 - Rp 2.100 per liter (sementara harga solar untuk transportasi Rp 2.100 per liter).

Terkait pengembangan minyak jarak sebagai energi alternatif pengganti minyak solar, Menteri Negara Riset dan Teknologi (Ristek ) Kusmayanto Kadiman mengatakan, masalahnya saat ini sangat tergantung pada kebijakan pemerintah, baik dalam hal tata niaga dan harganya. "Karena energi prosesnya kita sudah kuasai, teknologi penanamannya, bahkan pembibitannya. Jadi sekarang tinggal soal kebijakan pemerintah. Karena melalui kebijakan pemerintahlah, sumber energi-energi alternatif itu menjadi komersial," kata Kusmayanto sebelum membuka fokus group diskusi mengenai prospektif sumber daya lokal bioenergi di Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek), Serpong, Tangerang, Rabu (14/9). (c76) Sumber : Investor Daily (15/9/05) ***

Tidak ada komentar: