Yendi Widya Kota Bengkulu Bunga Rafflesia Bunga Raflesia Kawan Kawan Kawan Yendi ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH WILUJENG SUMPING

Senin, 27 Desember 2010

Malaysia Jagoan Laser


Jika semua suporter menggunakan sinar laser untuk membuat tim kesayangannya menang, apakah semua pemain juga harus memakai kacamata hitam saat berlaga di lapangan?

DALAM sepakbola, dukungan atau teror dari penonton bisa memperkaya sebuah pertandingan itu sendiri. Sebuah pertandingan besar akan terlihat membosankan jika puluhan ribu penonton hanya duduk diam dan hanya sesekali bertepuk tangan dengan sopan menanggapi kejadian- kejadian menarik di lapangan. Tak seronok laaah! Demikian kalau boleh meminjam ungkapan yang biasa dikatakan tokoh animasi Ipin dan Upin.

Namun, apakah masih seronok, jika teror itu diwujudkan dengan sorotan sinar laser ke mata kiper lawan? Sama sekali tidak. Tindakan ini bisa dikategorikan perbuatan kriminal, karena sinar laser membahayakan kesehatan mata. Bayangkan jika puluhan ribu suporter semuanya menggenggam pena sinar laser dan masing-masing mengarahkan ke pemain yang mereka pilih.

Selain julukan Harimau Malaka, Timnas Malaysia layak mendapat julukan baru, yakni Jagoan Laser. Julukan itu pantas diberikan setelah pendukung Malaysia sukses menebar teror berupa sorotan sinar laser ke arah mata kiper Timnas Vietnam Bui Tan Truong dan kiper Timnas Indonesia Markus Horison dalam laga semifinal dan final Piala AFF 2010.

Dukungan kepada pemain kesayangan atau teror yang dilontarkan penonton terhadap pemain lawan berupa tiupan terompet, pukulan alat-alat musik atau sekadar teriakan tanpa arti mungkin masih bisa diterima sebagai bumbu, karena tak terlalu berpengaruh terhadap jalannya pertandingan.

Dalam kompetisi di negara kita, bentuk teror berupa lemparan botol plastik air mineral paling sering mengganggu pertandingan. Contoh bentuk lain dari sebuah teror yang melanggar aturan adalah menyulut petasan dan masuknya suporter hingga ke pinggir lapangan. Dibandingkan dengan lemparan botol plastik, sorotan sinar laser tentu jauh lebih mengganggu dan berbahaya.

Lemparan botol biasanya diarahkan kepada pemain lawan yang sedang melakukan lemparan ke dalam setelah bola keluar lapangan. Karena jarak yang terlalu jauh, lemparan botol jarang sekali mengenai pemain yang berada di tengah lapangan, apalagi seorang kiper. Bahkan seorang juara dunia lempar lembing pun akan kesulitan melempar botol air mineral tepat mengenai kiper. Namun dengan sebuah pena laser, penonton yang berada jauh dari pemain bisa dengan leluasa mengarahkan sinar yang mengganggu pandangan kiper.

Entah ada kaitan atau tidak dengan kekalahan 0-3 Timnas Indonesia dari Malaysia, sudah selayaknya jika PSSI mengajukan gugatan resmi ke FIFA terkait teror sinar laser. Meski gugatan serupa yang dilontarkan Vietnam kandas, PSSI tak boleh mengabaikan gangguan sinar laser dan menganggapnya hanya sebuah teror biasa.

Penonton yang cerdas tentu akan berpikir ribuan kali sebelum meniru aksi teror dari suporter Malaysia. Dengan meniru ulah suporter yang menebar teror laser, berarti telah membenarkan tindakan itu, dan secara tak sadar akan menghapuskan julukan Tim Jagoan Laser dari nama Timnas Malaysia. Timnas Indonesia harus mampu merebut kemenangan pada pertandingan kedua di Gelora Bung Karno tanpa bantuan teror seperti lemparan botol apalagi sinar laser.

Belajar dari peristiwa "tangan tuhan" ketika Maradona mencetak gol dengan tangan sehingga membawa Argentina menjadi juara dunia pada tahun 1986, suporter Indonesia harus sadar, seandainya Malaysia berhasil menjadi juara Piala AFF 2010, tragedi sinar laser akan lebih diingat daripada sekadar menjadi juara AFF. Semoga Indonesia tercinta dapat mengalahkan Malaysia pada tanggal 29-12-2010 di GBK nanti. amin

Tidak ada komentar: