Yendi Widya Kota Bengkulu Bunga Rafflesia Bunga Raflesia Kawan Kawan Kawan Yendi ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH WILUJENG SUMPING

Selasa, 14 Juli 2009

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2009

Setelah mengalami perlambatan pada triwulan sebelumnya, pada triwulan I-2009 perekonomian Jawa Barat diperkirakan masih tumbuh melambat dengan laju sebesar 4,1% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor Jawa Barat seiring dengan menurunnya permintaan negara tujuan utama. Selain itu, investasi juga diperkirakan melambat seiring dengan kelesuan ekonomi global serta sikap wait and see dari para investor terkait dengan penyelenggaraan Pemilu. Namun demikian, konsumsi rumah tangga yang membentuk sekitar 65% PDRB Jawa Barat masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Masa persiapan pelaksanaan Pemilu diduga mendorong peningkatan konsumsi. Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh penurunan kinerja sektor industri pengolahan yang cukup dalam, terutama yang berorientasi ekspor. Di lain pihak, sektor pertanian diperkirakan relatif sedikit membaik seiring dengan peningkatan produksi tanaman pangan pada masa panen raya. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan juga mengalami pertumbuhan yang lebih baik seiring dengan meningkatnya konsumsi.
Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dan melemahnya tekanan eksternal (harga komoditas strategis di pasar internasional serta inflasi negara mitra dagang utama) inflasi tahunan Jawa Barat menunjukkan tren penurunan yang cukup dalam, yakni dari 11,11% (yoy) menjadi 7,45%. Penurunan harga BBM yang diikuti dengan penyesuaian tarif angkutan dalam dan luar kota semakin meredam laju inflasi Jawa Barat. Namun demikian, meningkatnya persepsi risiko investor di pasar keuangan menyebabkan kenaikan harga emas di pasar internasional yang selanjutnya memberi tekanan inflasi tahunan kelompok sandang.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2009 diikuti oleh melambatnya penyaluran kredit perbankan Jawa Barat, yakni dari 25,25% (yoy) menjadi 23,40%. Meskipun demikian, persetujuan plafon baru untuk kredit konsumsi tetap mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan maupun tahun sebelumnya. Sementara, dari sisi penghimpunan dana, laju pertumbuhannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni dari 11,54% (yoy) menjadi 20,90%. Hal ini terkait dengan masih tingginya suku bunga perbankan yang mendorong masyarakat cenderung mengalihkan dananya ke deposito. Di sisi lain, risiko kredit berpotensi untuk semakin meningkat seiring dengan masih lesunya kondisi perekonomian.
Sementara, pembiayaan dari sisi keuangan daerah, menunjukkan kinerja yang cukup baik. APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2009 meningkat sebesar 33,59% dibandingkan dengan tahun 2008. Selama triwulan I-2009, realisasi belanja telah mencapai 4,76% dari anggaran yang sebesar Rp8,26 triliun atau tumbuh sekitar 40% (yoy) dibandingkan realisasi pada triwulan I-2008. Meskipun demikian, sebagian besar realisasi belanja masih digunakan untuk pembayaran gaji pegawai, tunjangan, dan penghasilan lainnya.
Dari sisi ketenagakerjaan, perlambatan ekonomi telah dirasakan terutama oleh sektor industri pengolahan sehingga beberapa perusahaan terpaksa melakukan rasionalisasi, baik dengan merumahkan sebagian tenaga kerjanya maupun melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Dari sisi kesejahteraan, Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan peningkatan seiring dengan tibanya musim panen raya pada triwulan I-2009.
Dampak krisis keuangan global diperkirakan masih akan terasa pada periode triwulan II-2009. Secara tahunan laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan relatif sama dengan triwulan sebelumnya yakni pada kisaran 3,6%-4,4% (yoy). Sementara itu, penurunan tekanan inflasi diperkirakan akan terus berlanjut, sehingga angka inflasi pada triwulan II-2009 akan mengalami penurunan menjadi 3,6% – 4,6%.

Sumber : Bank Indonesia

Tidak ada komentar: