Yendi Widya Kota Bengkulu Bunga Rafflesia Bunga Raflesia Kawan Kawan Kawan Yendi ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH WILUJENG SUMPING

Rabu, 10 Juni 2009

KEPEMIMPINAN BADUT

"Badai Menerpa Pemimpin"
Banyak teori motivasi telah dikembangkan oleh para ahli, seperti halnya dari Abraham Maslow dengan teori Hierarcy of Needs. Douglas Mc Gregor dengan terori X-Y, Frederick Herzberg dengan teori Motivation Higiene. David Mc Clelland dengan teori Achievement Affiliation, and Power Motive. J Stacey Adams dengan teori Equity Theory.
Perkembangan saat ini di Indonesia ada kecenderungan mempercayai teori dari Douglas Mc Greoger, sehingga orang dipersepsikan jahat dan dikejar terus kejahatannya dengan sebutan nama Pemberantasan KKN. Memang seharusnya kejahatan itu harus dikejar sampai keakar-akarnya seperti dalam Islam dikenal dengan program “amar ma’ruf nahi munkar”.
Namun yang mengejar dan memberantas kejahatan itu harus menjadi suri tauladan, jangan gila jabatan, jangan tergiur oleh harta, jangan tergiur oleh wanita. Sebab tahta, harta, wanita biasanya menjerumuskan orang pada kenistaan dan kenestapaan. Orang yang tergiur Tahta, harta dan wanita. Biasanya menghalalkah segala cara untuk mendapatkannya. Walaupun orang difigurkan sebagai ahli pemberantasan kejahatan, penegakan keadilan ataupun pemberi fatwa. Bila tergiur harta, tahta dan wanita. Berakhir dengan mengenaskan, sedikitpun orang tidak akan melirik kebaikan yang pernah diperbuatnya. ”halodo sataun lantis ku hujan sapoe”
Berbuat menjadi teladan bagi diri sendiri sangat sulit dibandingkan dengan menyuruh berbuat baik pada orang lain. Bahkan orang yang mempunyai anugrah sebagai penegak kebenaran sering menampakkan dirinya tidak bisa memberikan contoh yang baik-baik. Padahal untuk mengajak dan menyuruh kepada orang lain berbuat baik, harus ”ibda binafsih”. Disinilah kebingungan publik untuk mencari rujukan yang pas dalam mengarungi hidup dan kehidupan ternyata sangat sulit dan pelik. Karena di Negara Republik Indonesia yang penulis cintai ini tidak hitam putih dalam mengadopsi sebuah teori. Jika direnungkan ternyata Indonesia yang dijajah selama 350 oleh Belanda dan 3,5 tahun dijajah oleh Jepang , mungkin termasuk negara yang abu-abu!. Karena negara demokratis bukan, negara kapitalis bukan, negara sosialis bukan, negara Islam bukan, negara Ateis bukan, negara miskin bukan, negara kaya bukan. Sehigga berkembang rumor negara bukan-bukan.
Keinginan mulia untuk memberantas KKN malah berkembang konfirasi kejahatan yang lebih kejam dan tersembunyi seperti halnya jaringan mafia yang sulit dibongkar. Apakah ini yang termasuk ”Albathilu binnidhom yaglibul Hakku bila nidhom”. Kejahatan yang terorganisasi dengan baik dan rapih akan menghancurkan kebaikan yang tidak terorganisasikan dengan baik. Orang baik-baik bila tidak berkonfirasi dengan orang jahat akan dimusnahkan, dikucilkan, dicari-cari kesalahannya, dijerumuskan dan bisa saja yang tidak berniat korupsi menjadi terjebak melakukan perbuatan koruspi untuk menghindar dari jeratan orang-orang dholim yang sudah mempunyai jaringan mafia kejahatan terselubung.
Saat ini banyak orang yang mencari-cari kesalahan dibandingkan dengan orang yang mencari solusi memperbaiki kesalahan atau berkarya nyata untuk memajukan Bangsa Indonesia dari himpitan negara Adikuasa, atau mempertahankan negara dari intervensi politik negara durjana yang dikomando Yahudi. Harus diingat bahwa sesuci-sucinya dan sebersih-bersihnya orang. Bila dikorek dan dicari kesalahannya pasti akan nampak juga. Sebagi ilustrasi ” Badan kita sudah mandi dengan sabun dan diberi parfum pewangi serta menggunakan baju yang rapi. Tapi bila ujung telunjuknya dimakuskan ke dalam dubur pasti jadi najis dan baunya tidak sedap. Atau masukan kelingking ke telinga pasti baunya tidak sedap, atau masukan telunjuk kemulut dan gosokan ke gigi yang baru saja makan yang lezat-lezat. Ternyata telunjuk itu baunya menyengat hidung. Jadi janganlah mencari-cari kesalahan orang sebab Allah SWT tidak senang kepada orang yang mencari-cari kesalahan orang lain” Ya ayyuhalladina amanuj tanibu katsirom minadh dhon”
Jaringan mafia sebagai organisasi tanpa bentuk itu, diraba sulit tapi bisa dirasa, dibuktikan sulit tapi terasa dan terdengar. Kenapa demikian, sebab orang sudah tercekoki pola formalistik dengan mengesampingkan moral dan akhlak mulia yang dicontohkan oleh para Nabi dan Rosul. Bila prosedur formal sudah dilalui merasa dirinya sudah selamat dari tuntutan agama yang dianut dan dipercayainya. Padahal pengadilan Allah SWT telah dijelaskan dalam Al-Qura’an ”Wamay ya’mal misqola darrotin khoeryyaroh, wamay ya’mal misqola darrotin syaroyyaroh”.
Ekses pemberantasan korupsi yang tidak tuntas menimbulkan kejahatan gaya baru yang dikemas dengan rapih dan membuat orang ketakutan untuk melaporkan dan membongkar tuntas, karena takut terancam jiwa dan keluarganya. Walaupun dirinya merasakan dijebak dan dijadikan sapi perahan tapi tidak berani melaporkan, sebab mafia yang sudah piawai itu akan berbalik menjebloskan orang yang baik-baik melalui kelemahan dan ketidak sempurnaan sifat manusia itu sendiri.
Banyak contoh orang baik-baik ketika dijebak oleh copet di dalam sebuah kendaraan, tidak berani berteriak ada copet sebab konspirasi mafia copet bisa membunuh bila perbuatannya ketahuan. Penulis pernah mendengan keluhan dari seorang ibu-ibu yang kecopeten di sebuah angkutan kota dengan modusnya. Salah seorang pelaku copet berperan sebagai orang yang kesakitan ingin muntah dan keram kakinya sehingga posisi duduknya menggeser-geser penumpang yang akan jadi korban, kondisi panik seperti itu ibu calon korban mencoba ingin menolong dengan mengeluarkan minyak angin. Tanpa disadari, pelaku copet yang berperan menggerayangi tas mulai bereaksi mengambil uang. Disaat ibu korban itu menyadari bahwa ia kecopetan tidak mau berteriak karena ada pelaku lainnya yang bermuka sadis mengancam untuk tidak berteriak bahkan bersiap-siap untuk menodongkan senjata tajam, sopir segera menurunkan penumpang yang berprofesi copet itu ditempat sepi dan jauh dari lingkungan orang. Setelah copet turun secara bergantian sopir menancap gas dan menurunkan penumpang yang menjadi korban di tempat yang sepi dengan berpura-pura mobilnya mogok. Sehingga ibu korban kecopentan itu walaupun tahu adanya kejahatan tetapi karena jiwanya terancam tidak mau menegakan kebenaran bahkan dalam kondisi tidak rela dan sedih tetap membiarkan hartanya diambil orang.
Mafia gaya baru di alam global ini jaringannya sangat rapih dan sulit untuk dibongkar dan tidak akan bisa dihentikan, kecuali atas kehendak Allah SWT. Mereka bergabung dalam OTB, pembagian tugasnya sistimatis, ”ada yang berprofesi sebagai pencari fakta, pemetaan masalah, penyebar berita, pengusaha, politikus, pencari pasal yang cocok untuk menjerat mangsa, preman sebagai pembunuh bayaran, perantara yang menawarkan jasa pembelaan dan pembebasan, eksekutor yang menghilangkan fakta dan saksi kunci”. Sehingga penegakan keadilan sulit dilakukan, semuanya terkontaminasi dalam sebuah permainan sinetron kehidupan dunia yang fana ini.
Siapa yang paling menanggung akibat terpaan badai kejahatan dari mafia itu, yang pasti adalah Pemimpin. Bagaimana caranya pemimpin untuk mencari selamat dari konfirasi mafia dan ada dalam ridho Allah SWT sehingga memperoleh surga kelak di Akhirat. Disinilah seorang pemimpin harus mempunyai pandangan yang tajam dalam melaksanakan kepemimpinannya dari segi, landasan agama, filsafat, sosiologi, psikologi. Sehingga pemikirannya jauh ke depan dengan mengembangkan teori seven habits yang dikembangkan oleh Stephen R Covey : ”Jadilah proaktif, merujuk pada tujuan, dahulukan yang utama, berpikir menang/menang, berusahalah mengerti terlebih dahulu baru dimengerti, wujudkan sinergi, asah gergaji”.
Kenapa demikian karena untuk menghindari kejahatan dari mafia yang sudah terorganisir secara rapih, memerlukan enegi ekstra sebab orang jahat itu banyak cara dan modusnya. Bila tidak ketahuan akan mengulang kejahatannya dengan modus yang sama, bila ketahuan dan bisa lari dia akan lari dengan membawa hasil kejahatannya, bila leluasa dalam melakukan kejahatan dan yang jadi korbannya perempuan biasanya diikuti dengan pemerkosaan, bila ketahuan dan akan tertangkap biasanya diikuti dengan pembunuhan atau berbalik berusaha menjebloskan korban supaya dibui melalui rekan mafia yang piawai menerapkan pasal. Makanya supaya badai kejahatan tidak menimpa pemimpin harus mampu membatasi niat dan kesempatan berkembangnya kejahatan.
Selain itu pemimpin juga harus berfikir dan bertindak bijak dalam menghadapi setiap persoalan yang menimpa dirinya dan menimpa organisasi yang dipimpinnya. Sebab posisi pemimpin di alam reformasi ini dibuat serba salah, dan dibuat tidak percaya diri dengan amang-amang akan dijerat KKN, dengan tuduhan memperkaya diri, bila tidak kena dengan pasal itu dijerat dengan memperkaya orang lain, bila tidak kena dengan pasal itu di jerat dengan membiarkan kejahatan, dijerat dengan kelalaian. Ah pokoknya banyak pasal yang menjerat pemimpin bisa masuk bui karena kesalahan orang lain.
Tapi pemimpin yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT, yang akan menyelamatkannya adalah Allah SWT. Bagaimana supaya diselamatkan oleh Allah SWT maka dewasa ini sudah banyak dikembangkan tentang ”Kepemimpinan Berbasis Nilai”. Disinilah diperlukan landasan agama, filsafat, sosiologi, psikologi dalam satu kesatuan utuh sehingga pemimpin berbuat bijak sesuai dengan daya nalar, kemampuan dan basic life yang dimiliki setiap individu yang ditakdirkan menjadi seorang pemimpin, seperti yang dicontohkan oleh Rosululloh SAW sebagi uswatun hasanah.

Tidak ada komentar: