Teguh dengan kesetiaan yang jujur merupakan sifat wanita yang paling utama. Sebuah kisah menyebutkan, bahwasanya Asma’ binti 'Umais adalah isteri Ja’far bin Abi Thalib, lalu menjadi isteri Abu Bakar sepeninggalnya, kemudian setelah itu dinikahi oleh ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu. Suatu kali kedua puteranya, Muhammad bin Ja’far dan Muhammad bin Abi Bakar saling membanggakan. Masing-masing mengatakan, “Aku lebih baik dibandingkan dirimu,
ayahku lebih baik dibandingkan ayahmu.” Mendengar hal itu, ‘Ali berkata, “Putuskan perkara di antara keduanya, wahai Asma’.” Ia mengatakan, “Aku tidak melihat pemuda Arab yang lebih baik dibandingkan Ja’far dan aku tidak melihat pria tua yang lebih baik dibandingkan Abu Bakar.” ‘Ali mengatakan, “Engkau tidak menyisakan untuk kami sedikit pun. Seandainya engkau mengatakan selain yang engkau katakan, niscaya aku murka kepadamu.” Asma’ berkata, “Dari ketiganya, engkaulah yang paling sedikit dari mereka untuk dipilih” [1]
Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu berwasiat agar Asma’ binti ‘Umais Radhiyallahu ‘anhuma memandikannya (saat kematiannya). Ia pun melakukannya, sedangkan ia dalam keadaan berpuasa. Lalu ia bertanya kepada kaum Muhajirin yang datang, “Aku berpuasa dan sekarang adalah hari yang sangat dingin, apakah aku wajib (harus) mandi?” Mereka menjawab, “Tidak.” Sebelumnya Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu menekankan kepadanya agar (ketika memandikannya) dia tidak dalam keadaan berpuasa, seraya mengatakan, “Itu membuatmu lebih kuat.”
Kemudian ia teringat sumpah Abu Bakar pada akhir siang, maka ia meminta air lalu meminumnya seraya mengatakan, “Demi Allah, aku tidak ingin mengiringi sumpahnya pada hari ini dengan melanggarnya” [2]
Ketika kaum pendosa lagi fasik mengepung pemimpin yang berbakti dan “sang korban pembunuhan” kaum berdosa, ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu dan mereka menyerangnya dengan pedang, maka isterinya (Na'ilah binti al-Furafishah) maju ke hadapan beliau sehingga menjadi pelindung baginya dari kematian. Para pembunuh yang bengis ini tidak menghiraukan kehormatan wanita ini dan mereka terus menebas ‘Utsman dengan pedang, (namun sang isteri menangkisnya) dengan mengepalkan jari-jari tangannya, hingga jari-jarinya terlepas dari tangannya. Isterinya menggandengnya lalu terjatuh bersamanya, kemudian mereka membunuh ‘Utsman [3].
Ketika Amirul Mukminin Mu’awiyah Radhiyallahu ‘anhu melamarnya, ia menolak seraya mengatakan, “Demi Allah, tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan kedudukan 'Utsman (sebagai suamiku) selamanya."[4]
Di antara tanda-tanda kesetiaan banyak wanita shalihah kepada suami mereka setelah kematiannya bahwa mereka tidak menikah lagi. Tidak ada yang dituju melainkan agar tetap menjadi isteri mereka di dalam Surga"[5]
Dari Maimun bin Mihran, ia mengatakan: “Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu ‘anhu meminang Ummud Darda’, tetapi ia menolak menikah dengannya seraya mengatakan, ‘Aku mendengar Abud Darda’ mengatakan: ‘Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda.
“Artinya :Wanita itu bersama suaminya yang terakhir,’ atau beliau mengatakan, ‘untuk suaminya yang terakhir"[6]
Dari ‘Ikrimah bahwa Asma’ binti Abi Bakar menjadi isteri az-Zubair bin al-‘Awwam, dan dia keras terhadapnya. Lalu Asma’ datang kepada ayahnya untuk mengadukan hal itu kepadanya, maka dia mengatakan, “Wahai puteriku, bersabarlah! Sebab, jika wanita memiliki suami yang shalih, kemudian dia mati meninggalkannya, lalu ia tidak menikah sepeninggalnya, maka keduanya dikumpulkan di dalam Surga” [7]
Dari Jubair bin Nufair, dari Ummud Darda’ bahwa dia berkata kepada Abud Darda’, “Sesungguhnya engkau telah meminangku kepada kedua orang tuaku di dunia, lalu mereka menikahkanmu denganku. Dan sekarang, aku meminangmu kepada dirimu di akhirat.” Abud Darda’ mengatakan, “Kalau begitu, janganlah menikah sepeninggalku.” Ketika Mu’awiyah meminangnya, lalu ia menceritakan tentang apa yang telah terjadi, maka Mu’awiyah mengatakan, “Berpuasalah! [8]
Ketika Sulaiman bin ‘Abdil Malik keluar dan dia disertai Sulaiman bin al-Muhlib bin Abi Shafrah dari Damaskus untuk melancong, keduanya melewati sebuah pekuburan. Tiba-tiba terdapat seorang wanita sedang duduk di atas pemakaman dengan keadaan menangis. Lalu angin berhembus sehingga menyingkap cadar dari wajahnya, maka ia seolah-olah mendung yang tersingkap matahari. Maka kami berdiri dalam keadaan tercengang. Kami memandangnya, lalu Ibnul Muhlib berkata kepadanya, “Wahai wanita hamba Allah, apakah engkau mau menjadi isteri Amirul Mukminin?” Ia memandang keduanya, kemudian memandang kuburan, dan mengatakan:
"Jangan engkau bertanya tentang keinginanku
Sebab keinginan itu pada orang yang dikuburkan ini, wahai pemuda
Sesungguhnya aku malu kepadanya sedangkan tanah ada di antara kita
Sebagaimana halnya aku malu kepadanya ketika dia melihatku”
Maka, kami pergi dalam keadaan tercengang.[9]
Di antara teladan yang pantas disebutkan sebagai teladan utama dari para wanita tersebut adalah Fathimah binti ‘Abdil Malik bin Marwan. Fathimah binti Amirul Mukminin ‘Abdil Malik bin Marwan ini pada saat menikah, ayahnya memiliki kekuasaan yang sangat besar atas Syam, Irak, Hijaz, Yaman, Iran, Qafqasiya, Qarim dan wilayah di balik sungai hingga Bukhara dan Janwah bagian timur, juga Mesir, Sudan, Libya, Tunisia, Aljazair, Barat jauh, dan Spanyol bagian Barat. Fathimah ini bukan hanya puteri Khalifah Agung, bahkan dia juga saudara empat khalifah Islam terkemuka: al-Walid bin ‘Abdil Malik, Sulaiman bin ‘Abdil Malik, Yazid bin ‘Abdil Malik dan Hisyam bin ‘Abdil Malik. Lebih dari itu dia adalah isteri Khalifah terkemuka yang dikenal Islam setelah empat khalifah di awal Islam, yaitu Amirul Mukminin ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz.
Puteri khalifah, dan khalifah adalah kakeknya
Saudara khalifah, dan khalifah adalah suaminya
Wanita mulia yang merupakan puteri khalifah dan saudara empat khalifah ini keluar dari rumah ayahnya menuju rumah suami-nya pada hari dia diboyong kepadanya dengan membawa harta termahal yang dimiliki seorang wanita di muka bumi ini berupa perhiasan. Konon, di antara perhiasan ini adalah dua liontin Maria yang termasyhur dalam sejarah dan sering disenandungkan para penya’ir. Sepasang liontin ini saja setara dengan harta karun.
Ketika suaminya, Amirul Mukminin, memerintahkannya agar membawa semua perhiasannya ke Baitul Mal, dia tidak menolak dan tidak membantahnya sedikit pun.
Wanita agung ini -lebih dari itu- ketika suaminya, Amirul Mukminin ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz wafat meninggalkannya tanpa meninggalkan sesuatu pun untuk diri dan anak-anaknya, kemudian pengurus Baitul Mal datang kepadanya dan mengatakan, “Perhiasanmu, wahai sayyidati, masih tetap seperti sedia kala, dan aku menilainya sebagai amanat (titipan) untukmu serta aku memeliharanya untuk hari tersebut. Dan sekarang, aku datang meminta izin kepadamu untuk membawa (kembali) perhiasan tersebut (kepadamu).”
Fathimah memberi jawaban bahwa perhiasan tersebut telah dihibahkannya untuk Baitul Mal bagi kepentingan kaum muslimin, karena mentaati Amirul Mukminin. Kemudian dia mengatakan, “Apakah aku akan mentaatinya semasa hidupnya, dan aku mendurhakainya setelah kematiannya? [10]
[Disalin dari kitab Isyratun Nisaa Minal Alif Ilal Yaa, Edisi Indonesia Panduan Lengkap Nikah Dari A Sampai Z, Penulis Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq, Penterjemah Ahmad Saikhu, Penerbit Pustaka Ibnu Katsair]
__________
Foote Note
[1]. Thabaqaat Ibni Sa’ad (II/2080), Abu Nu’aim dalam al-Hilyah (II/36), Siyar A’laamin Nubalaa’ (II/286); al-Ishaabah (VII/491).
[2]. Thabaqaat Ibni Sa’ad (VIII/208).
[3]. Audatul Hijaab (II/533), dan dinisbatkan kepada ad-Durrul Mantsuur fii Thabaqaat Rabaatil Khuduur (hal. 517).
[4]. Siyar A’laamin Nubalaa’ (VII/343).
[5]. ‘Audatul Hijaab (II/534).
[6]. As-Silsilah ash-Shahiihah, Syaikh al-Albani (no. 1281), shahih.
[7]. As-Silsilah ash-Shahiihah, Syaikh al-Albani (III/276), shahih.
[8]. Siyar A’laamin Nubalaa’ (IV/278).
[9]. Akhbarun Nisaa' (hal. 138), dan kitab ini dinisbatkan secara keliru kepada Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Yang benar bahwa beliau tidak pernah menulis kitab ini.
[10]. ‘Audatul Hijaab (II/538)
Ibroh:
Subhanallah, Allah telah memberikan kita tauladan yang begitu mulia, yang begitu Agung... Semoga kita menjadi wanita sholehah, menjadi istri sholehah yang senantaiasa taat terhadap suami kita, semoga Allah membuka pintu ridhoNya dan pintu surgaNya untuk kita semuanya.. Amin
Teruntuk Saudariku yang dicintai Allah, semoga Allah mengampuni seluruh kaum muslimin dan mukminin di dunia ini, dan menjadikan kita semua menjadi hamba2 yang selalu bertakwa dan berjuang untuk ridhoNya..
Teruntuk suamiku tercinta,
Jazakallah khoiron katsir suamiku, semoga Allah menjadikan keluarga kita sebagaimana keinginanmu, semoga Bunda bisa mendidik putra putri kita menjadi putra putri yang sholeh Fiqih Iqbal Agustadz Illahi dan Neneng Euis Nur Al-Fatihah), qurrota'ayyun, dan pemimpin bagi orang2 yang bertakwa. Dan semoga Allah mengumpulkan kita sebagai keluarga dalam surgaNya Allah, sebagaimana pesanmu untukku wahai suamiku, Amin..
Ya Rabbi, kabulkanlah doa kami... Amin...
---------------> IMAH PANGANCIKAN RAGA, BASA PANGANCIKAN RASA, SUNDA PENGANCIKAN KULA<----------------- SUKABUMI : Jalan Pelabuhan Gang Sejahtera IV No. 44 CIPOHO-SUKABUMI 43142 PROPINSI JAWA BARAT, (ALAMAT SEKARANG DI BENGKULU : Jalan Batang Hari VI NO. 8 KUALA ALAM - PADANG HARAPAN - KOTA BENGKULU - PROVINSI BENGKULU
ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH
WILUJENG SUMPING
Minggu, 31 Mei 2009
Memproteksi Flashdisk
Membuat partisi Flashdisk jadi 2 bagian atau lebih.
Memiliki Flashdisk berkapasitas besar (diatas 1 GB) disarankan membuat partisi lebih dari satu. Ini untuk mengantisipasi jika terjadi kerusakan fatal baik disebabkan oleh virus atau penyebab lainnya, kita masih bisa menyelamatkan data disalah satu partisi seandainya jalan terakhir ‘memformat’ flashdisk harus dilakukan. Dalam membuat partisi format dengan NTFS (support windows 2000/2003/XP) bukan FAT32.
Buat satu bagian yang aman (kita harus memasukkan password untuk dapat mengakses bagian flashdisk yang aman –secure-), dan 1 bagian lagi yang bisa diakses umum. Jika kita menggunakan Windows XP Pro (bukan home edition) dan format winnya NTFS kita dapat membuat password pada sebuah folder dengan langkah-langkah sbb:
Control panel >> Folder Options >> View >> Lihat checkbox bawah sendiri >> hilangkan tanda centang >> OK. Kemudian, Klik kanan folder yang mau di proteksi >> Properties >> Security >> beri tanda cek semua pada kolom deny. >> OK. Folder yang bersangkutan akan berubah menjadi 0 byte.
Membuat partisi Flashdisk jadi 2 bagian atau lebih.
Memiliki Flashdisk berkapasitas besar (diatas 1 GB) disarankan membuat partisi lebih dari satu. Ini untuk mengantisipasi jika terjadi kerusakan fatal baik disebabkan oleh virus atau penyebab lainnya, kita masih bisa menyelamatkan data disalah satu partisi seandainya jalan terakhir ‘memformat’ flashdisk harus dilakukan. Dalam membuat partisi format dengan NTFS (support windows 2000/2003/XP) bukan FAT32.
Buat satu bagian yang aman (kita harus memasukkan password untuk dapat mengakses bagian flashdisk yang aman –secure-), dan 1 bagian lagi yang bisa diakses umum. Jika kita menggunakan Windows XP Pro (bukan home edition) dan format winnya NTFS kita dapat membuat password pada sebuah folder dengan langkah-langkah sbb:
Control panel >> Folder Options >> View >> Lihat checkbox bawah sendiri >> hilangkan tanda centang >> OK. Kemudian, Klik kanan folder yang mau di proteksi >> Properties >> Security >> beri tanda cek semua pada kolom deny. >> OK. Folder yang bersangkutan akan berubah menjadi 0 byte.
2. Menggunakan tool/aplikasi untuk memproteksi USB Flashdisk.
Ada banyak sekali tool yang berfungsi untuk melindungi folder maupun file yang ada dalam storage device seperti:
File Protektor
Folder Guard
Folder Lock
Mysecretfolder
Usbdiskguard
Carryit
Easy file Pro
Dll
Dari semua tool tersebut pada dasarnya mempunyai fungsi yang sama yaitu memproteksi folder atau file dengan password sehingga orang lain tidak bisa mengakses folder tersebut atau virus tidak bisa menginfeksi folder atau file yang bersangkutan.
Easyfilepro bisa didownload disini http://www.softstack.com/fileprotpro.html
Mysecretfolder http://winability.com/mysecretfolder/
CarryitEasy http://www.cososys.com/download/cie/1-0-0-0/CarryItEasy.exe
3. Meng’kompres’ data maupun Meng’enskripsi’ data
Biasanya setiap USB Flashdisk selalu disertai CD driver bawaannya, biasanya pula dalam CD driver tersebut ada tool untuk “Compression Support” maupun “Encription Support”. Namun jika kita tidak mendapatkan tool yang dimaksud kita dapat menggunakan tool lain seperti WinRar untuk melakukan kompresi dan memberikan password pada data yang dikompresi tersebut.
Kamis, 28 Mei 2009
Penerimaan Siswa Baru Arena Mengadu Nasib dan Sarat Resiko KKN
Pak Budi adalah seorang guru Biologi di sebuah SLTP Negeri Favorit di Kecamatan C, Kota Bengkulu. Guru tersebut adalah guru yang masih mempunyai idealisme yang tinggi baik dalam bekerja atau menjalankan kehidupannya sehari-hari. Ia ingin segala sesuatunya sesuai dengan koridor dan peraturan serta tidak menentang sariat agama. Istiqomah, konsisten dan lurus dalam bertindak. Namun selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 ia harus dihadapkan pada kenyataan yang pahit. Bertentangan dengan hati nuraninya.
Pak Budi terpaksa harus menelan pahit idealisme yang dipegangnya dengan kukuh tanpa bisa mencegah terjadinya penyelewengan pada waktu ia menjadi panitia Penerimaan Siswa Baru (PSB). Pada tahun 2005, ketika sistem penerimaan siswa baru masih menggunakan NEM, ia melihat kebohongan demi kebohongan yang dilakukan oleh para guru SD yang mendaftarkan para lulusannya ke SLTP. Pak Budi melihat dan harus menelan ludah kekecewaan, ketika ia melihat daftar NEM, banyak sekali jumlah daftar NEM yang di luar akal sehat. Bayangkan dari sebuah SD yang sebelumnya siswa lulusannya yang diterima di SLTP Negeri itu paling banter 2 orang dari 42 orang yang mendaftar. Namun pada tahun tersebut bisa meloloskan sampai satu kelas (44 orang). Fantastis! Namun Pak Budi tidak bisa berbuat banyak, karena ia tidak bisa membuktikan apa pun apakah daftar NEM dari SD tersebut di mark-up, seperti pembelian pesawat SHUKOI yang ramai diperbincangkan saat ini atau tidak.
Untuk mengobati kekecewaan dan rasa penasarannya, Pak Budi mencoba memonitor ke 44 anak tersebut. Selama satu tahun, ia merekam kemajuan dari siswa-siswa tersebut dan membandingkannya dengan siswa dari SD lain yang mempunyai nilai NEM yang rendah tetapi dikenal bersih dari mark-up nilai. Hasilnya sungguh tidak jauh dari hipotesisnya. Hanya 6 orang saja yang benar-benar mampu mengikuti pelajaran dengan baik dan mencapai nilai yang diharapkan. Ketiga puluh enam sisanya, pada waktu mengikuti pembelajaran hanya bengong, bahkan untuk membaca saja masih dieja!
Pada tahun 2004 kembali Pak Budi menjadi panitia PSB. Seperti biasanya ia bekerja dengan lugu dan berusaha untuk menjalankan pekerjaannya selurus mungkin. Ia tidak ingin adanya KKN. Namun lagi-lagi ia harus menelan pil pahit, kembali kebohongan dan penghianatan yang dilakukan oleh rekan-rekannya bahkan oleh Kepala Sekolahnya. Dari 767 lulusan SD yang mendaftar ke SLTP Negeri itu, diterima 391. Padahal SLTP itu mampu untuk menampung 44 siswa/kelas, jadi seharusnya bisa menerima 396 siswa. Tapi kenyataanya, diterima hanya 391, dengan alasan untuk cadangan siswa yang tidak naik kelas. Padahal setahunya, yang tidak naik kelas pada tahun tersebut hanya 2 orang. Ia baru mengerti, ketika secara tidak sengaja ia melakukan pemanggilan kehadiran pada waktu akan melakukan proses belajar mengajar. Masya Allah, ia terkejut dan mengurut dada ketika dia melihat ternyata dari daftar absen tersebut ia mengenal beberapa anak yang sebenarnya dinyatakan tidak diterima karena jumlah NEM- nya kurang dari batas minimal.
Karena penasaran ia mencobat mencari tahu kepada Kepala Sekolah siapa-siapakah ketiga anak tersebut sehingga dengan ajaib bisa berada di dalam kelas padahal mereka tidak lulus. Kepala Sekolahnya menjelaskan bahwa ketiga anak tersebut adalah titipan dari Dinas kOTA, yantg satu keluarganya sedangkan yang satunya lagi adalah anak seorang wartawan CNN (Can Nulis Nulis) yang biasa nongkrong di SLTPN itu untuk meminta sedekah. Pak Budi tidak meminta keterangan lebih banyak, karena ia tahu hasilnya adalah satu kesia-siaan.
Lagi-lagi karena penasaran dan ingin membuktikan praduganya, ia memonitor ketiga anak yang seharusnya tidak diterima itu. Selama satu tahun ia memberikan perhatian khusus kepada ketiga anak itu. Hasilnya kembali ia harus tersenyum kecut. Dalam mengikuti pelajaran, ketiganya tergusur oleh teman-temannya. Mereka tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik, bengong, melongo dan nol besar. Pada waktu kenaikan kelas jumlah nilai yang mereka dapat hanya 69-71, dengan kata lain mereka tidak naik kelas. Ketiga anak tersebut, pada tahun berikutnya orang tuanya yang katanya berpengaruh, akhirnya dicabut dari SLTPN itu dan dipindahkan ke SLTPN lain. Namun anehnya, dengan ajaib pula, dalam raport mereka tercantum jumlah nilai menjadi 72 dan mereka naik kelas.
Sim salabim, sulap selip susulapan! Aha, ternyata mereka akhirnya dipindahkan oleh orang tuanya ke tempat asal mereka yaitu di kota Kabupaten dan Kota Bengkulu. Dengan kata lain, ternyata mereka bersekolah di SLTPN di kota kecamatan C hanya untuk batu loncatan. Karena passing grade di kota Kabupaten dan Kota Bandung sangat tinggi, mereka dimasukkan (dengan paksa dan lewat pintu belakang) masuk ke SLTP Negeri di kecamatan/daerah. Setelah satu tahun, mereka bisa pindah ke SLTP Negeri yang diinginkan walaupun dengan nila yang pas-pasan (dapat nyulap lagi!).
Karena Pak Budi mampu menggunakan komputer dan mengetik sepuluh jari, akhirnya pada tahun 2006 ia terpilih kembali menjadi sekretaris panitia PSB untuk ketiga kalinya. Kini ia mulai mempunyai jabatan, padahal sebelumnya hanya anggota. Pada tahun 2006 kebetulan sistem yang dipakai untuk penyaringan masuk ke SLTP Negeri melalui tes tertulis. Dengan semangat yang menggebu dan penuh optimistis Pak Budi bekerja merancang, menyusun dan melakukan pendaftaran serta penyeleksian. Saking inginnya ia mendapatkan calon siswa yang benar-benar murni. Ia bahkan tidak mengetahui nomor tes anak kandungnya, yang kebetulan ikut tes tahun itu. Ia dengan keras bekerja di sekolah dan di rumah. Di sekolah ia harus berjuang keras memasukan data demi data siswa pendaftar. Di rumah ia harus lagi bekerja ekstra, melatih dan membimbing anaknya yang akan mengikuti tes. Bahkan kerap kali, anaknya harus menerima jitakan serta cubitan darinya bila ketahuan mengantuk. Si anak baru diperbolehkan tidur bila sudah selesai belajar jam 21.30 malam. Ia tidak ingin anaknya mengandalkan dan tergantung pada orang tuanya.
Hal yang paling membuat Pak Budi geli sekaligus tersinggung, bukan satu kali dia menerima telefon dari orang tua yang anaknya mengikuti tes menawarkan sejumlah uang. Uang tersebut akan diberikan bila anak dari orang tersebut lulus dan diterima di SLTP Negeri itu. Namun Pak Budi bukan tipe orang kebanyakan, dengan halus dan sopan ia menolak. Dikatakannya bahwa jangankan dititipi anaknya pun harus menerima jitakan dan cubitan sampai menangis karena harus belajar keras agar dapat diterima di SLTP Negeri. Pak Budi bahkan dijauhi oleh teman-teman seprofesinya, karena dia menolak titipan mereka.
Tibalah pada hari H, tes tertulis tersebut dilakukan. Lokasi yang dijadikan tempat tes terpisah di dua tempat yaitu di SLTP Negeri dan SMU Negeri. Hal itu dilakukan karena jumlah ruangan SLTP Negeri tidak mencukupi karena sedang mengalami perbaikan. Resikonya berarti SLTP Negeri juga harus meminjam guru-guru SMU Negeri itu. Pak Budi menyadari terpisahnya lokasi akan sarat dengan kecurangan, hal ini ditenggarai karena ada beberapa orang guru SD pada waktu pendaftaran memintanya agar siswanya pada waktu test bisa di SMU Negeri. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Pak Budi membuat jadwal pengawas ruangan disilang. Satu guru SMU Negeri dalam satu ruangan ditemani oleh satu guru SLTP Negeri. Namun rencana itu ditolak mentah-mentah oleh salah seorang oknum guru. Ia beralasan hal itu tidak perlu. Pak Budi sudah maklum dengan oknum guru (panitia) yang satu ini, karena ia sudah dikenali orang sebagai guru yang "tidak bersih". Kerap menyikut dan menggunting dalam lipatan menusuk teman sendiri. Tukang makan tulang kawan! Daripada berdebat, akhirnya Pak Budi dengan terpaksa membiarkan pengawasan dalam satu ruangan dilakukan oleh dua orang guru SMU Negeri.
Namun apa yang terjadi? Sehari setelah tes dilakukan, banyak orang tua dan guru SD yang pada waktu test membimbing para siswanya protes. Hal itu dipicu oleh adanya kecurangan oleh beberapa oknum guru SMU Negeri yang memberikan jawaban kepada sejumlah anak di dalam ruangan. Bahkan ada yang melaporkan bahwa ada satu orang peserta tes, disuruh mengambil teh di kantor dan guru yang menyuruhnya mengerjakan soal si anak itu.
Hasil tes diumumkan pada pertengahan Juli 2002, dari 761 peserta tes yang diterima hanya 396. Kepala Sekolah memanggil semua panitia ke ruangannya. Pak Budi deg-degan, sport jantung! Ia sudah berencana bila anaknya tidak lulus akan disekolahkan di SLTP swasta. Pak Budi meminta ijin kepada atasannya untuk meminjam telefon untuk menanyakan nomor tes anaknya, karena sama sekali ia tidak tahu. Kepala Sekolah menyerahkan daftar hasil tes kepada Pak Budi. Tangannya gemetar, jantungnya berdegup keras, adrenalin terpompa dengan derasnya ke jantungnya. Baris demi baris, tangan Pak Budi mencari nama dan nomor tes anaknya. Baris kesatu tidak ada, kedua tidak ada, ketiga, ..keduapuluh sembilan tidak ada. Dan "plong"! Hati Pak Budi lega, ia berteriak dan dengan gemetar mengucap Alhamdulillah! Anaknya masuk dan diterima dan berada pada urutan ketiga puluh. Ia terus mengucap syukur, namun ia tidak ingin memberi tahukan anaknya dahulu. Biarkan anaknya merasakan seperti yang ia rasakan. Ia ingin anaknya tegang dan sport jantung pada waktu menerima hasil tes dari guru SD keesokan harinya. Bahkan isterinya pun tidak ia beri tahu, sampai jam satu malam isterinya mendesak. Tapi ia tak bergemin, kita lihat saja besok, jawabnya pendek.
Dari 401 peserta tes yang diterima di SLPTN itu, terdapat 5 orang yang bernilai kembar siam, sama. Tadinya diambil kebijaksanaan bahwa yang akan dipilih adalah peserta yang mempunyai nilai PPKN tertinggi, bila masih sama nilai Agama tertinggi dan seterusnya. Namun ada pendapat bahwa hal itu akan memancing protes dan kecurigaan dari pihak orang tua peserta tes. Akhirnya diputuskan bahwa peserta yang seharusnya 396 orang yang diterima adalah 391 orang. Sedangkan untuk 5 kursi dibiarkan kosong. Pak Budi, ringan melenggang karena berpikir telah berusaha semaksimal mungkin untuk objektif dan mencegah kecurangan. Kalaupun kecurangan masih terjadi, itu bukan kesalahannya dan di luar kekuasaannya?
Memasuki minggu pertama proses belajar mengajar tahun ajaran baru 2009/2010 berlangsung, Pak Budi mulai mendapat berita tidak enak. Bahwa ada peserta yang seharusnya tidak lulus tes, lagi-lagi ada di kelas! Astagfirullah, siapa pelakunya yang telah menghianati 671 orang peserta tes? Karena ingin menemukan kebenaran yang sesungguhnya, ia memanggil siswa yang memang tidak lulus tes tersebut. Ia sadar anak itu tidak bersalah, yang bersalah adalah orang tua dan oknum guru yang memaksa memasukannya. Dan terbongkarlah skandal itu! Ternyata siswa yang masuk melalui jalan belakang tidak satu orang, ada empat orang lain yang masuk dengan jalur ghoib.
Lagi-lagi Pak Budi menghadap Kepala Sekolah, tapi sebelum dia menghadap atasannya tersebut ia dicegat oleh Wakilnya. Dijelaskan bahwa kelima orang tersebut adalah "titipan". Ya, mereka adalah titipan dari yang mulya oknum anggota DPRD partai P, oknum Diknas Kota, oknum wartawan, oknum guru dan satu lagi Wakil Kepala Sekolah itu tidak mau menyebutkan dengan alasan lupa. Pak Budi, mengelus dada dalam pikirannya terbayang 395 orang peserta tes yang hanya orang kebanyakan. Anak rakyat biasa yang orang tuanya tidak mempunyai jabatan, padahal mungkin saja mereka lebih pantas masuk di SLTPN itu daripada mereka yang putera beliau-beliau. Kasihan mungkin mereka harus masuk ke sekolah swasta yang biayanya jelas lebih mahal bahkan mungkin ada diantara mereka yang tidak mampu untuk masuk ke swasta akhirnya tidak melanjutkan. Pak Budi termenung dengan tatapan kosong..
Tiga tahun, ya, tiga tahun! berturut-turut kecurangan demi kecurangan selalu terjadi pada waktu Penerimaan Siswa Baru (PSB) selalu terjadi. Bukan sistem yang harus dirubah, tapi moral dan hati nurani pelaku pendidikan atau orang per orang yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam proses penerimaan itu. Sebagus apa pun sistem penerimaan siswa baru yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan bisa berjalan dengan baik dan sempurna, bila tanpa dibarengi kebersihan hati dan moral tinggi.
Semestinya para pelaku kecurangan itu menyadari, bahwa apa yang mereka lakukan akan terekam oleh anaknya. Dengan demikian telah membuat satu calon, orang yang akan berbuat curang di masa yang akan datang. Kesalahan dari satu orang akan mempunyai efek domino kepada sistem yang berlaku. Makin lama, akan makin bobrok dan akhirnya sistem itu hancur seperti yang dialami negeri ini. Terjerumusnya negeri ini ke dalam krisis multidimensional seperti sekarang, bukan mustahil dimulai dari sistem penerimaan murid dan sistem pendidikan yang penuh dengan kecurangan. Sehingga dari sistem yang tidak bermutu dihasilkan para pemimpin yang kita rasakah sekarang.
Faktor utama untuk mendukung untuk terlaksananya penerimaan siswa baru yang bersih adalah dengan kejernihan hati, kebersihan kalbu dan cahaya nurani yang tersimpan di dalam dada kita. Seringkali kita dalam melakukan hidup dan kehidupan tidak bersandari pada bisikan hati nurani. Bahkan sebaliknya cahaya illahi, tersebut kita tutupi dengan kepentingan sesaat dari otak kita yang lebih mementingkan duniawi. Padahal kita tahu, bahwa bila kita mampu untuk berbuat dan menjalankan hidup dan kehidupan dengan menggunakan hati nurani kita akan selamat di dunia dan akhirat. Kita seringkali menutup mata dan membohongi diri sendiri dengan kebenaran yang dibisikkan oleh hati nurani kita. Kita menyadari bahwa hati nurani itu tidak pernah dusta, karena bisikan hati nurani adalah bisikan kebenaran dari Sang Maha Pencipta.
Pak Budi terpaksa harus menelan pahit idealisme yang dipegangnya dengan kukuh tanpa bisa mencegah terjadinya penyelewengan pada waktu ia menjadi panitia Penerimaan Siswa Baru (PSB). Pada tahun 2005, ketika sistem penerimaan siswa baru masih menggunakan NEM, ia melihat kebohongan demi kebohongan yang dilakukan oleh para guru SD yang mendaftarkan para lulusannya ke SLTP. Pak Budi melihat dan harus menelan ludah kekecewaan, ketika ia melihat daftar NEM, banyak sekali jumlah daftar NEM yang di luar akal sehat. Bayangkan dari sebuah SD yang sebelumnya siswa lulusannya yang diterima di SLTP Negeri itu paling banter 2 orang dari 42 orang yang mendaftar. Namun pada tahun tersebut bisa meloloskan sampai satu kelas (44 orang). Fantastis! Namun Pak Budi tidak bisa berbuat banyak, karena ia tidak bisa membuktikan apa pun apakah daftar NEM dari SD tersebut di mark-up, seperti pembelian pesawat SHUKOI yang ramai diperbincangkan saat ini atau tidak.
Untuk mengobati kekecewaan dan rasa penasarannya, Pak Budi mencoba memonitor ke 44 anak tersebut. Selama satu tahun, ia merekam kemajuan dari siswa-siswa tersebut dan membandingkannya dengan siswa dari SD lain yang mempunyai nilai NEM yang rendah tetapi dikenal bersih dari mark-up nilai. Hasilnya sungguh tidak jauh dari hipotesisnya. Hanya 6 orang saja yang benar-benar mampu mengikuti pelajaran dengan baik dan mencapai nilai yang diharapkan. Ketiga puluh enam sisanya, pada waktu mengikuti pembelajaran hanya bengong, bahkan untuk membaca saja masih dieja!
Pada tahun 2004 kembali Pak Budi menjadi panitia PSB. Seperti biasanya ia bekerja dengan lugu dan berusaha untuk menjalankan pekerjaannya selurus mungkin. Ia tidak ingin adanya KKN. Namun lagi-lagi ia harus menelan pil pahit, kembali kebohongan dan penghianatan yang dilakukan oleh rekan-rekannya bahkan oleh Kepala Sekolahnya. Dari 767 lulusan SD yang mendaftar ke SLTP Negeri itu, diterima 391. Padahal SLTP itu mampu untuk menampung 44 siswa/kelas, jadi seharusnya bisa menerima 396 siswa. Tapi kenyataanya, diterima hanya 391, dengan alasan untuk cadangan siswa yang tidak naik kelas. Padahal setahunya, yang tidak naik kelas pada tahun tersebut hanya 2 orang. Ia baru mengerti, ketika secara tidak sengaja ia melakukan pemanggilan kehadiran pada waktu akan melakukan proses belajar mengajar. Masya Allah, ia terkejut dan mengurut dada ketika dia melihat ternyata dari daftar absen tersebut ia mengenal beberapa anak yang sebenarnya dinyatakan tidak diterima karena jumlah NEM- nya kurang dari batas minimal.
Karena penasaran ia mencobat mencari tahu kepada Kepala Sekolah siapa-siapakah ketiga anak tersebut sehingga dengan ajaib bisa berada di dalam kelas padahal mereka tidak lulus. Kepala Sekolahnya menjelaskan bahwa ketiga anak tersebut adalah titipan dari Dinas kOTA, yantg satu keluarganya sedangkan yang satunya lagi adalah anak seorang wartawan CNN (Can Nulis Nulis) yang biasa nongkrong di SLTPN itu untuk meminta sedekah. Pak Budi tidak meminta keterangan lebih banyak, karena ia tahu hasilnya adalah satu kesia-siaan.
Lagi-lagi karena penasaran dan ingin membuktikan praduganya, ia memonitor ketiga anak yang seharusnya tidak diterima itu. Selama satu tahun ia memberikan perhatian khusus kepada ketiga anak itu. Hasilnya kembali ia harus tersenyum kecut. Dalam mengikuti pelajaran, ketiganya tergusur oleh teman-temannya. Mereka tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik, bengong, melongo dan nol besar. Pada waktu kenaikan kelas jumlah nilai yang mereka dapat hanya 69-71, dengan kata lain mereka tidak naik kelas. Ketiga anak tersebut, pada tahun berikutnya orang tuanya yang katanya berpengaruh, akhirnya dicabut dari SLTPN itu dan dipindahkan ke SLTPN lain. Namun anehnya, dengan ajaib pula, dalam raport mereka tercantum jumlah nilai menjadi 72 dan mereka naik kelas.
Sim salabim, sulap selip susulapan! Aha, ternyata mereka akhirnya dipindahkan oleh orang tuanya ke tempat asal mereka yaitu di kota Kabupaten dan Kota Bengkulu. Dengan kata lain, ternyata mereka bersekolah di SLTPN di kota kecamatan C hanya untuk batu loncatan. Karena passing grade di kota Kabupaten dan Kota Bandung sangat tinggi, mereka dimasukkan (dengan paksa dan lewat pintu belakang) masuk ke SLTP Negeri di kecamatan/daerah. Setelah satu tahun, mereka bisa pindah ke SLTP Negeri yang diinginkan walaupun dengan nila yang pas-pasan (dapat nyulap lagi!).
Karena Pak Budi mampu menggunakan komputer dan mengetik sepuluh jari, akhirnya pada tahun 2006 ia terpilih kembali menjadi sekretaris panitia PSB untuk ketiga kalinya. Kini ia mulai mempunyai jabatan, padahal sebelumnya hanya anggota. Pada tahun 2006 kebetulan sistem yang dipakai untuk penyaringan masuk ke SLTP Negeri melalui tes tertulis. Dengan semangat yang menggebu dan penuh optimistis Pak Budi bekerja merancang, menyusun dan melakukan pendaftaran serta penyeleksian. Saking inginnya ia mendapatkan calon siswa yang benar-benar murni. Ia bahkan tidak mengetahui nomor tes anak kandungnya, yang kebetulan ikut tes tahun itu. Ia dengan keras bekerja di sekolah dan di rumah. Di sekolah ia harus berjuang keras memasukan data demi data siswa pendaftar. Di rumah ia harus lagi bekerja ekstra, melatih dan membimbing anaknya yang akan mengikuti tes. Bahkan kerap kali, anaknya harus menerima jitakan serta cubitan darinya bila ketahuan mengantuk. Si anak baru diperbolehkan tidur bila sudah selesai belajar jam 21.30 malam. Ia tidak ingin anaknya mengandalkan dan tergantung pada orang tuanya.
Hal yang paling membuat Pak Budi geli sekaligus tersinggung, bukan satu kali dia menerima telefon dari orang tua yang anaknya mengikuti tes menawarkan sejumlah uang. Uang tersebut akan diberikan bila anak dari orang tersebut lulus dan diterima di SLTP Negeri itu. Namun Pak Budi bukan tipe orang kebanyakan, dengan halus dan sopan ia menolak. Dikatakannya bahwa jangankan dititipi anaknya pun harus menerima jitakan dan cubitan sampai menangis karena harus belajar keras agar dapat diterima di SLTP Negeri. Pak Budi bahkan dijauhi oleh teman-teman seprofesinya, karena dia menolak titipan mereka.
Tibalah pada hari H, tes tertulis tersebut dilakukan. Lokasi yang dijadikan tempat tes terpisah di dua tempat yaitu di SLTP Negeri dan SMU Negeri. Hal itu dilakukan karena jumlah ruangan SLTP Negeri tidak mencukupi karena sedang mengalami perbaikan. Resikonya berarti SLTP Negeri juga harus meminjam guru-guru SMU Negeri itu. Pak Budi menyadari terpisahnya lokasi akan sarat dengan kecurangan, hal ini ditenggarai karena ada beberapa orang guru SD pada waktu pendaftaran memintanya agar siswanya pada waktu test bisa di SMU Negeri. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Pak Budi membuat jadwal pengawas ruangan disilang. Satu guru SMU Negeri dalam satu ruangan ditemani oleh satu guru SLTP Negeri. Namun rencana itu ditolak mentah-mentah oleh salah seorang oknum guru. Ia beralasan hal itu tidak perlu. Pak Budi sudah maklum dengan oknum guru (panitia) yang satu ini, karena ia sudah dikenali orang sebagai guru yang "tidak bersih". Kerap menyikut dan menggunting dalam lipatan menusuk teman sendiri. Tukang makan tulang kawan! Daripada berdebat, akhirnya Pak Budi dengan terpaksa membiarkan pengawasan dalam satu ruangan dilakukan oleh dua orang guru SMU Negeri.
Namun apa yang terjadi? Sehari setelah tes dilakukan, banyak orang tua dan guru SD yang pada waktu test membimbing para siswanya protes. Hal itu dipicu oleh adanya kecurangan oleh beberapa oknum guru SMU Negeri yang memberikan jawaban kepada sejumlah anak di dalam ruangan. Bahkan ada yang melaporkan bahwa ada satu orang peserta tes, disuruh mengambil teh di kantor dan guru yang menyuruhnya mengerjakan soal si anak itu.
Hasil tes diumumkan pada pertengahan Juli 2002, dari 761 peserta tes yang diterima hanya 396. Kepala Sekolah memanggil semua panitia ke ruangannya. Pak Budi deg-degan, sport jantung! Ia sudah berencana bila anaknya tidak lulus akan disekolahkan di SLTP swasta. Pak Budi meminta ijin kepada atasannya untuk meminjam telefon untuk menanyakan nomor tes anaknya, karena sama sekali ia tidak tahu. Kepala Sekolah menyerahkan daftar hasil tes kepada Pak Budi. Tangannya gemetar, jantungnya berdegup keras, adrenalin terpompa dengan derasnya ke jantungnya. Baris demi baris, tangan Pak Budi mencari nama dan nomor tes anaknya. Baris kesatu tidak ada, kedua tidak ada, ketiga, ..keduapuluh sembilan tidak ada. Dan "plong"! Hati Pak Budi lega, ia berteriak dan dengan gemetar mengucap Alhamdulillah! Anaknya masuk dan diterima dan berada pada urutan ketiga puluh. Ia terus mengucap syukur, namun ia tidak ingin memberi tahukan anaknya dahulu. Biarkan anaknya merasakan seperti yang ia rasakan. Ia ingin anaknya tegang dan sport jantung pada waktu menerima hasil tes dari guru SD keesokan harinya. Bahkan isterinya pun tidak ia beri tahu, sampai jam satu malam isterinya mendesak. Tapi ia tak bergemin, kita lihat saja besok, jawabnya pendek.
Dari 401 peserta tes yang diterima di SLPTN itu, terdapat 5 orang yang bernilai kembar siam, sama. Tadinya diambil kebijaksanaan bahwa yang akan dipilih adalah peserta yang mempunyai nilai PPKN tertinggi, bila masih sama nilai Agama tertinggi dan seterusnya. Namun ada pendapat bahwa hal itu akan memancing protes dan kecurigaan dari pihak orang tua peserta tes. Akhirnya diputuskan bahwa peserta yang seharusnya 396 orang yang diterima adalah 391 orang. Sedangkan untuk 5 kursi dibiarkan kosong. Pak Budi, ringan melenggang karena berpikir telah berusaha semaksimal mungkin untuk objektif dan mencegah kecurangan. Kalaupun kecurangan masih terjadi, itu bukan kesalahannya dan di luar kekuasaannya?
Memasuki minggu pertama proses belajar mengajar tahun ajaran baru 2009/2010 berlangsung, Pak Budi mulai mendapat berita tidak enak. Bahwa ada peserta yang seharusnya tidak lulus tes, lagi-lagi ada di kelas! Astagfirullah, siapa pelakunya yang telah menghianati 671 orang peserta tes? Karena ingin menemukan kebenaran yang sesungguhnya, ia memanggil siswa yang memang tidak lulus tes tersebut. Ia sadar anak itu tidak bersalah, yang bersalah adalah orang tua dan oknum guru yang memaksa memasukannya. Dan terbongkarlah skandal itu! Ternyata siswa yang masuk melalui jalan belakang tidak satu orang, ada empat orang lain yang masuk dengan jalur ghoib.
Lagi-lagi Pak Budi menghadap Kepala Sekolah, tapi sebelum dia menghadap atasannya tersebut ia dicegat oleh Wakilnya. Dijelaskan bahwa kelima orang tersebut adalah "titipan". Ya, mereka adalah titipan dari yang mulya oknum anggota DPRD partai P, oknum Diknas Kota, oknum wartawan, oknum guru dan satu lagi Wakil Kepala Sekolah itu tidak mau menyebutkan dengan alasan lupa. Pak Budi, mengelus dada dalam pikirannya terbayang 395 orang peserta tes yang hanya orang kebanyakan. Anak rakyat biasa yang orang tuanya tidak mempunyai jabatan, padahal mungkin saja mereka lebih pantas masuk di SLTPN itu daripada mereka yang putera beliau-beliau. Kasihan mungkin mereka harus masuk ke sekolah swasta yang biayanya jelas lebih mahal bahkan mungkin ada diantara mereka yang tidak mampu untuk masuk ke swasta akhirnya tidak melanjutkan. Pak Budi termenung dengan tatapan kosong..
Tiga tahun, ya, tiga tahun! berturut-turut kecurangan demi kecurangan selalu terjadi pada waktu Penerimaan Siswa Baru (PSB) selalu terjadi. Bukan sistem yang harus dirubah, tapi moral dan hati nurani pelaku pendidikan atau orang per orang yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam proses penerimaan itu. Sebagus apa pun sistem penerimaan siswa baru yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan bisa berjalan dengan baik dan sempurna, bila tanpa dibarengi kebersihan hati dan moral tinggi.
Semestinya para pelaku kecurangan itu menyadari, bahwa apa yang mereka lakukan akan terekam oleh anaknya. Dengan demikian telah membuat satu calon, orang yang akan berbuat curang di masa yang akan datang. Kesalahan dari satu orang akan mempunyai efek domino kepada sistem yang berlaku. Makin lama, akan makin bobrok dan akhirnya sistem itu hancur seperti yang dialami negeri ini. Terjerumusnya negeri ini ke dalam krisis multidimensional seperti sekarang, bukan mustahil dimulai dari sistem penerimaan murid dan sistem pendidikan yang penuh dengan kecurangan. Sehingga dari sistem yang tidak bermutu dihasilkan para pemimpin yang kita rasakah sekarang.
Faktor utama untuk mendukung untuk terlaksananya penerimaan siswa baru yang bersih adalah dengan kejernihan hati, kebersihan kalbu dan cahaya nurani yang tersimpan di dalam dada kita. Seringkali kita dalam melakukan hidup dan kehidupan tidak bersandari pada bisikan hati nurani. Bahkan sebaliknya cahaya illahi, tersebut kita tutupi dengan kepentingan sesaat dari otak kita yang lebih mementingkan duniawi. Padahal kita tahu, bahwa bila kita mampu untuk berbuat dan menjalankan hidup dan kehidupan dengan menggunakan hati nurani kita akan selamat di dunia dan akhirat. Kita seringkali menutup mata dan membohongi diri sendiri dengan kebenaran yang dibisikkan oleh hati nurani kita. Kita menyadari bahwa hati nurani itu tidak pernah dusta, karena bisikan hati nurani adalah bisikan kebenaran dari Sang Maha Pencipta.
Sekolah Gratis Terbukti AMPUH Membantu Masyarakat Ekonomi Lemah
Diantara kita tentu pernah mendengar ada anak yang tidak bisa sekolah karena orang tuanya tidak mampu. Lalu, pernahkah kita berpikir bagaimana cara membantu mereka? Memang sebetulnya yang bertanggung jawab terhadap permasalah ini adalah pemerintah. Tetapi, marilah kita berpikir apa yang bisa kita perbuat? Setidaknya ada beberapa hal yang dapat kita perbuat.
1. memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pendidikan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.
2. meluruskan pemahaman masyarakat bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di jalur formal atau sekolah saja. Sehingga walaupun sudah tidak sekolah, proses pendidikan harus terus berlangsung.
3. memberikan bantuan materi sekedar meringankan beban mereka.
4. terjun langsung menjadi tenaga pendidik atau pengelola suatu lembaga atau program pendidikan.
Poin yang terakhir inilah yang ingin saya ulas dalam tulisan ini. Apakah hanya para diploma atau sarjana yang berlatar belakang kependidikan saja yang dapat berpartisipasi dalam dunia pendidikan? Jawabannya tentu tidak. Siapapun yang memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan, tentu dapat berpartisipasi sesuai kemampuannya.
Sejak tahun 2002 telah digulirkan satu program pendidikan alternatif yang bersifat fleksibel. Program ini fokus kepada pensuksesan wajar dikdas sembilan tahun jalur pendidikan formal. Siapapun yang punya kepedulian terhadap masyarakat yang kurang beruntung. Melalui program ini dapat memberikan kontribusi baik sebagai pendidik, pengelola, maupun donatur.
Tempat belajar dapat menggunakan sarana prasarana yang sudah ada. Seperti podok pesantren, madrasah, gedung SD, aula desa, bahkan rumah sekalipun. Kegiatan belajar mengajar dapat disesuaikan dengan keadaan siswa dan lingkungan yang ada. Tidak ada pungutan biaya alias gratis 100%.
Lalu bagaimana dengan ujian semester, raport, ujian nasional dan ijazah sebagai legalitas? Tidak perlu khawatir, kerena program ini menginduk ke SMP Negeri terdekat dan berlaku di seluruh Indonesia. Sehingga status siswa adalah sama dengan siswa negeri atau formal pada umumnya.
Pada saat ikut ujian nasionalpun tidak kalah dengan SMP reguler lainnya. Di beberapa daerah seluruh siswa sekolah gratis, 100% lulus ujian nasional. Walaupun dengan nilai yang pas-pasan. Menurut hemat saya, sebetulnya ada ketidakadilan di sini. Karena karakter proses belajar mengajar (PBM) di SMP Reguler dan dengan model sekolah ini berbeda. Maka, tidak tepat jika menggunakan standar ukur yang sama, yaitu ujian nasional.
Baiklah, sekarang kita kembali lagi ke persoalan apa yang dapat kita perbuat? Kalau kita mau meneliti dengan cermat. Masih banyak anak yang tidak dapat mengikuti sekolah dengan berbagai permasalahannya. Mungkin saja itu saudara kita, tetangga atau barangkali orang yang tidak kita kenal sama sekali. Ini adalah salah satu lahan amal shaleh bagi kita semua.
Berat memang baik bagi pengelola maupun pendidik di sekolah gratis. Untuk menggulirkan program ini dengan optimal. Namun... dengan penuh keyakinan dan tekad yang bulat. Maka yang berat jadi ringan bukan ? Tentu semua itu harus dibarengi dengan ikhtiar.
Seperti menyiapkan mental yang tangguh sebagai pendidik terutama pengelola. Memiliki kemandirian ekonomi. Menyiapkan sarana dan prasarana minimal. Serta menjalin hubungan baik dengan seluruh staekholder di lingkungan sekitar.
Program sekolah gratis ini mendapatkan dana secara rutin. Berupa Biaya Operasional Sekolah (BOS), beasiswa untuk seluruh siswa yang terdaftar, bantuan life skills, serta honor guru. Namun, karena itu semua bersifat stimulan. Maka para pengelola harus cerdik, bagaimana dapat memenuhi kekurangan-kekurangan yang ada. Ingat! Namanya saja sudah sekolah gratis yang mandiri. Berarti, ya memang harus mandiri.
Dengan segala keterbatasan. Ada beberapa prestasi yang telah dilakukan oleh para pengelola sekolah gratis. Ada yang sudah berhasil mendirikan SMK swasta sebagai tindak lanjut dari program ini. Ada pula yang semua siswa serta gurunya sudah terbiasa berkomunikasi dengan bahasa inggris. Bahkan ada pula yang menjadikan internet sebagai media untuk belajar sehari-hari.
Setelah menggulirkan program ini selama lima tahun. Saya melihat ada ruang yang cukup untuk membentuk karakter siswa. Mudah-mudahan semua sepakat, bahwa saat ini kondisi sebagian besar pelajar sangat memprihatinkan.
Terutama masalah moralitas, sudah banyak terjadi pelajar yang senantiasa membohongi orang tuanya. Rokok, minuman keras, perkelahian, nonton film porno, membaca, serta melihat buku atau majalah porno. Itu semua mudah kita temukan, jika kita peduli.
Bahkan yang paling parah adalah pergaulan bebas dan perzinahan yang dilakukan oknum pelajar. Relakah kita membiarkan semua ini terjadi? Sebagai orang yang peduli terhadap pendidikan, kita punya tanggung jawab untuk meluruskan itu semua.
Program sekolah ini bersifat luwes dan fleksibel. Sehingga program ini memberikan keleluasaan kepada pengelola untuk berkreasi. Kreasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Singkatnya tidak hanya akademis yang dapat dikembangkan. Tetapi juga keterampilan, sikap, karya nyata, serta pemahaman ilmu agama.
Stop berdebat, berdiskusi, dan saling menyalahkan. Mari kita berbuat langkah nyata, menjadi perintis, pengelola serta pendidik di model sekolah seperti ini.
1. memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pendidikan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.
2. meluruskan pemahaman masyarakat bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di jalur formal atau sekolah saja. Sehingga walaupun sudah tidak sekolah, proses pendidikan harus terus berlangsung.
3. memberikan bantuan materi sekedar meringankan beban mereka.
4. terjun langsung menjadi tenaga pendidik atau pengelola suatu lembaga atau program pendidikan.
Poin yang terakhir inilah yang ingin saya ulas dalam tulisan ini. Apakah hanya para diploma atau sarjana yang berlatar belakang kependidikan saja yang dapat berpartisipasi dalam dunia pendidikan? Jawabannya tentu tidak. Siapapun yang memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan, tentu dapat berpartisipasi sesuai kemampuannya.
Sejak tahun 2002 telah digulirkan satu program pendidikan alternatif yang bersifat fleksibel. Program ini fokus kepada pensuksesan wajar dikdas sembilan tahun jalur pendidikan formal. Siapapun yang punya kepedulian terhadap masyarakat yang kurang beruntung. Melalui program ini dapat memberikan kontribusi baik sebagai pendidik, pengelola, maupun donatur.
Tempat belajar dapat menggunakan sarana prasarana yang sudah ada. Seperti podok pesantren, madrasah, gedung SD, aula desa, bahkan rumah sekalipun. Kegiatan belajar mengajar dapat disesuaikan dengan keadaan siswa dan lingkungan yang ada. Tidak ada pungutan biaya alias gratis 100%.
Lalu bagaimana dengan ujian semester, raport, ujian nasional dan ijazah sebagai legalitas? Tidak perlu khawatir, kerena program ini menginduk ke SMP Negeri terdekat dan berlaku di seluruh Indonesia. Sehingga status siswa adalah sama dengan siswa negeri atau formal pada umumnya.
Pada saat ikut ujian nasionalpun tidak kalah dengan SMP reguler lainnya. Di beberapa daerah seluruh siswa sekolah gratis, 100% lulus ujian nasional. Walaupun dengan nilai yang pas-pasan. Menurut hemat saya, sebetulnya ada ketidakadilan di sini. Karena karakter proses belajar mengajar (PBM) di SMP Reguler dan dengan model sekolah ini berbeda. Maka, tidak tepat jika menggunakan standar ukur yang sama, yaitu ujian nasional.
Baiklah, sekarang kita kembali lagi ke persoalan apa yang dapat kita perbuat? Kalau kita mau meneliti dengan cermat. Masih banyak anak yang tidak dapat mengikuti sekolah dengan berbagai permasalahannya. Mungkin saja itu saudara kita, tetangga atau barangkali orang yang tidak kita kenal sama sekali. Ini adalah salah satu lahan amal shaleh bagi kita semua.
Berat memang baik bagi pengelola maupun pendidik di sekolah gratis. Untuk menggulirkan program ini dengan optimal. Namun... dengan penuh keyakinan dan tekad yang bulat. Maka yang berat jadi ringan bukan ? Tentu semua itu harus dibarengi dengan ikhtiar.
Seperti menyiapkan mental yang tangguh sebagai pendidik terutama pengelola. Memiliki kemandirian ekonomi. Menyiapkan sarana dan prasarana minimal. Serta menjalin hubungan baik dengan seluruh staekholder di lingkungan sekitar.
Program sekolah gratis ini mendapatkan dana secara rutin. Berupa Biaya Operasional Sekolah (BOS), beasiswa untuk seluruh siswa yang terdaftar, bantuan life skills, serta honor guru. Namun, karena itu semua bersifat stimulan. Maka para pengelola harus cerdik, bagaimana dapat memenuhi kekurangan-kekurangan yang ada. Ingat! Namanya saja sudah sekolah gratis yang mandiri. Berarti, ya memang harus mandiri.
Dengan segala keterbatasan. Ada beberapa prestasi yang telah dilakukan oleh para pengelola sekolah gratis. Ada yang sudah berhasil mendirikan SMK swasta sebagai tindak lanjut dari program ini. Ada pula yang semua siswa serta gurunya sudah terbiasa berkomunikasi dengan bahasa inggris. Bahkan ada pula yang menjadikan internet sebagai media untuk belajar sehari-hari.
Setelah menggulirkan program ini selama lima tahun. Saya melihat ada ruang yang cukup untuk membentuk karakter siswa. Mudah-mudahan semua sepakat, bahwa saat ini kondisi sebagian besar pelajar sangat memprihatinkan.
Terutama masalah moralitas, sudah banyak terjadi pelajar yang senantiasa membohongi orang tuanya. Rokok, minuman keras, perkelahian, nonton film porno, membaca, serta melihat buku atau majalah porno. Itu semua mudah kita temukan, jika kita peduli.
Bahkan yang paling parah adalah pergaulan bebas dan perzinahan yang dilakukan oknum pelajar. Relakah kita membiarkan semua ini terjadi? Sebagai orang yang peduli terhadap pendidikan, kita punya tanggung jawab untuk meluruskan itu semua.
Program sekolah ini bersifat luwes dan fleksibel. Sehingga program ini memberikan keleluasaan kepada pengelola untuk berkreasi. Kreasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Singkatnya tidak hanya akademis yang dapat dikembangkan. Tetapi juga keterampilan, sikap, karya nyata, serta pemahaman ilmu agama.
Stop berdebat, berdiskusi, dan saling menyalahkan. Mari kita berbuat langkah nyata, menjadi perintis, pengelola serta pendidik di model sekolah seperti ini.
Keterjebakan Kepala Sekolah di Era Otonomi Daerah
Otonomi daerah yang digulir sejak tahun 2001 merupakan "angin segar" bagi daerah. Dengan otonomi masing-masing daerah memiliki keleluasaan untuk mengatur rumah tangga sendiri dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki. Pada sisi lain otonomi tidak serta- merta memberi dampak positif bagi daerah. Dalam bidang pendidikan, justru sejumlah persoalan baru muncul yang memberi kesan, bahwa kondisi ini tidak pernah diprediksi sebelumnya oleh para pencetus konsep otonomi daerah.
Para kepala sekolah (khusus sekolah negeri) baik di tingkat SD, SMP dan SMA atau yang sederajad berhadapan dengan persoalan baru, sebagai konsekuensi dari kewenangan Bupati/Walikota dalam menetapkan kebijakan-kebijakan daerah. Kalau sebelum otonomi daerah kepala sekolah memiliki keleluasaan untuk memimpin sekolah dengan menggerakan sumber daya sekolah, walaupun dengan cara yang terbatas, namun saat otonomi daerah suasana tersebut tidak lagi berlangsung. Kepala sekolah tidak cukup memiliki keleluasaan apalagi keberanian untuk menggerakkan sumber daya sekolah.
Fenomena di atas merepresentasikan kuatnya intervensi Bupati/ Walikota terhadap kepala sekolah. Tidak sedikit kepala sekolah di berbagai daerah yang dipindahkan ke sekolah lain, ditarik ke dinas, atau bahkan dikembalikan sebagai guru biasa. Yang cukup menggelikan adalah pengangkatan kepala sekolah pada sekolah tertentu, sangat bergantung pada sejauhmana kedekatan dan dukungan politik kepada Bupati/Walikota, saat Pilkada atau melalui program-programnya yang populis. Dalam hubungan dengan ini posisi kepala sekolah menjadi strategis, namun tidak meningkatkan mutu manajemen sekolah. Soalnya, posisi yang strategis tersebut tidak memiliki relevansi dengan misi pendidikan.
Pada satu sisi, wajar, kalau kepala sekolah ikut memberi kontribusi bagi keberhasilan Bupati/Walikota dalam suksesi. Kalau dilakukan dengan suatu kesadaran bahwa kontribusi tersebut pada gilirannya akan memberi dampak kepada meningkatnya mutu sekolah. Namun realitas menunjukkan, bahwa dalam kasus ini kepala sekolah memiliki posisi tawar yang sangat lemah, karena terhisap secara kedinasan pada Bupati/Walikota.
Kondisi di atas akan berakibat pada sikap apatis kepala sekolah dalam mengelola berbagai sumber daya sekolah bagi peningkatan mutu sekolah. Idealisme untuk menciptakan budaya mutu di sekolah tidak tumbuh, justru terperangkap dalam bayang-bayang kekuasaan Bupati/Walikota. Idealisme kepala sekolah terkerangkeng dalam struktur kekuasaan yang sangat determinan. Walaupun kekuasaan itu sendiri tidak mutlak. Sikap penolakan dalam hati mengindikasikan kekuasaan yang sangat determinan atas kepala sekolah tidak mutlak. Namun sistem memaksanya untuk taat.
Otonomi pendidikan
Hal-hal yang dikemukakan di atas, jelas sangat bertentangan dengan semangat otonomi pendidikan. Otonomi pendidikan justru menekankan peran kepala sekolah. Ini sejalan dengan kebijakan desentralisasi pendidikan yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun 1999. Pada level pendidikan dasar dan menengah telah dilaksanakan program pengelolaan sekolah yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah membuat keputusan-keputusan secara partisipatif untuk memenuhi kebutuhan sekolah. Bahwa dengan demikian sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola berbagai sumber daya bagi terciptanya kemandirian. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang tentu saja lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Demikian pula dengan pengambilan keputusan partisipatif, rasa memiliki warga sekolah meningkat, yang pada gilirannya meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sekolahnya (Depdiknas,2005).
Dalam semangat desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, sudah semestinya, pengangkatan kepala sekolah didasarkan pada profesionalitas dan kompetensinya. Sebab tuntutan manajemen sekolah di era ini cukup tinggi. Misalnya, kompetensi yang diharapkan dimiliki kepala sekolah, antara lain: memiliki landasan dan wawasan pendidikan, memahami sekolah sebagai sistem, memahami manajemen berbasis sekolah, mampu merencanakan pengembangan sekolah, mengelola kurikulum, mengelola tenaga kependidikan, mengelola sarana dan parasarana, mengelola kesiswaan, mengelola keuangan, mengelola hubungan sekolah-masyarakat, mengelola sistem informasi sekolah, mengembangkan budaya sekolah, memiliki dan melaksanakan kreatifitas, inovasi, dan jiwa kewirausahaan, melakukan monitoring dan evaluasi, melaksanakan supervisi, menyiapkan, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil akreditasi, dan membuat laporan akuntabilitas sekolah (Slamet, 2005).
Kompetensi kepala sekolah tersebut diharapkan akan menunjang pelaksanaan desentralisasi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan dan kinerja pendidikan, baik pemerataan, kualitas, relevansi, dan efisiensi, pendidikan. Bukankah kepemimpinan sekolah yang baik mencerminkan tingkat kesiapan sekolah untuk melaksanakan desentralisasi pendidikan secara konsisten. Karena itu kepemimpinan sekolah perlu mendapat dukungan politik dari Bupati/Walikota.
Harapan tersebut ternyata mengalami benturan di lapangan. Persoalan ini semakin intens ketika dikaitkan dengan masih minimnya komitmen pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran bagi sektor pendidikan.
Kepala Sekolah Korban
Tabrakan kepentingan otonomi pendidikan dengan otonomi daerah tak dapat dihindari. Kepala sekolah menjadi korban. Akibatnya mereka berhadapan dengan situasi keterjebakan di antara kepentingan sekolah (otonomi pendidikan) dan bias otonomi daerah. Atau antara kepentingan kependidikan dan kehendak Bupati/Walikota. Ini tidak berarti bahwa Bupati/Walikota tidak memiliki consern pada dunia pendidikan, tetapi kewenangan Bupati/Walikota yang sangat determinan berpeluang melahirkan kesewenangan yang jelas tidak sejalan dengan misi pendidikan. Pada pihak lain pengalaman di berbagai daerah juga telah membuktikan bahwa kewenangan yang sangat determinan tidak mengefektifkan kinerja pendidikan. Kalau dicermati lebih jauh kondisi ini tidak hanya sekedar menghambat kinerja pendidikan, tetapi justru sudah memasuki ranah kemanusiaan, sehingga patut dipersoalkan.
Situasi keterjebakan yang dihadapi kepala sekolah memiliki dampak yang cenderung akan meningkat. Diprediksi bahwa peran kepala sekolah yang minimal dalam manajemen sekolah dapat mempengaruhi penurunan mutu PBM, diikuti dengan penurunan mutu keluaran, yang pada gilirannya berdampak pada memburuknya kinerja pendidikan.
Perlindungan
Mengatasi kondisi ini, sekiranya para kepala sekolah dapat meminta perlindungan kepada pihak-pihak, seperti Asosiasi Kepala Sekolah dan pemerintah pusat. Bila perlu Asosiasi Kepala Sekolah dapat dibangun dari situasi keterjebakan ini untuk melakukan advokasi. Sementara bagi pemerintah pusat, kiranya dapat memberikan perlindungan atas kepala sekolah dengan memikirkan ulang model koordinasi yang lebih efektif antara Kepala Sekolah, Kepala Dinas, Bupati/Walikota dan pemerintah pusat.
Kebijakan sebagai Persoalan
Apa yang penulis kemukakan di atas, baru merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan yang muncul, sebagai akibat logis dari penerapan kebijakan otonomi daerah sekaligus otonomi pendidikan. Kalau kita belajar dari negara-negara lain, seperti Cina dan Chili, pernah menerapkan kebijakan desentralisasi pendidikan, sekaligus otonomi daerah. Namun implementasi skenario kebijakan semacam ini tidak meningkatkan kinerja pendidikan. Mungkinkah, karena para menggagas konsep otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan disemangati oleh gerakan reformasi, sehingga kurang menimbang kapasitas kelembagaan maupun sumber daya manusia, tidak saja pada level daerah tetapi juga di pusat. Ataukah penerapan otonomi pendidikan sekaligus otonomi daerah adalah pilihan yang tak terhindarkan sebagai konsekuensi dari sejarah bangsa kita yang mengalami "patahan," sehingga serta-merta melakukan loncatan.
Kita butuh waktu yang tidak singkat untuk memperbaiki kinerja pendidikan melalui skenario kebijakan otonomi pendidikan sekaligus otonomi daerah. Atau jika lama, kita putar haluan, kita butuh skenario lain untuk memperbaiki kinerja pendidikan. Katakanlah otonomi daerah tetapi sentralisasi pendidikan. Bukankah, kebijakan otonomi pendidikan sekaligus otonomi daerah merupakan "loncatan" yang cukup jauh?
Para kepala sekolah (khusus sekolah negeri) baik di tingkat SD, SMP dan SMA atau yang sederajad berhadapan dengan persoalan baru, sebagai konsekuensi dari kewenangan Bupati/Walikota dalam menetapkan kebijakan-kebijakan daerah. Kalau sebelum otonomi daerah kepala sekolah memiliki keleluasaan untuk memimpin sekolah dengan menggerakan sumber daya sekolah, walaupun dengan cara yang terbatas, namun saat otonomi daerah suasana tersebut tidak lagi berlangsung. Kepala sekolah tidak cukup memiliki keleluasaan apalagi keberanian untuk menggerakkan sumber daya sekolah.
Fenomena di atas merepresentasikan kuatnya intervensi Bupati/ Walikota terhadap kepala sekolah. Tidak sedikit kepala sekolah di berbagai daerah yang dipindahkan ke sekolah lain, ditarik ke dinas, atau bahkan dikembalikan sebagai guru biasa. Yang cukup menggelikan adalah pengangkatan kepala sekolah pada sekolah tertentu, sangat bergantung pada sejauhmana kedekatan dan dukungan politik kepada Bupati/Walikota, saat Pilkada atau melalui program-programnya yang populis. Dalam hubungan dengan ini posisi kepala sekolah menjadi strategis, namun tidak meningkatkan mutu manajemen sekolah. Soalnya, posisi yang strategis tersebut tidak memiliki relevansi dengan misi pendidikan.
Pada satu sisi, wajar, kalau kepala sekolah ikut memberi kontribusi bagi keberhasilan Bupati/Walikota dalam suksesi. Kalau dilakukan dengan suatu kesadaran bahwa kontribusi tersebut pada gilirannya akan memberi dampak kepada meningkatnya mutu sekolah. Namun realitas menunjukkan, bahwa dalam kasus ini kepala sekolah memiliki posisi tawar yang sangat lemah, karena terhisap secara kedinasan pada Bupati/Walikota.
Kondisi di atas akan berakibat pada sikap apatis kepala sekolah dalam mengelola berbagai sumber daya sekolah bagi peningkatan mutu sekolah. Idealisme untuk menciptakan budaya mutu di sekolah tidak tumbuh, justru terperangkap dalam bayang-bayang kekuasaan Bupati/Walikota. Idealisme kepala sekolah terkerangkeng dalam struktur kekuasaan yang sangat determinan. Walaupun kekuasaan itu sendiri tidak mutlak. Sikap penolakan dalam hati mengindikasikan kekuasaan yang sangat determinan atas kepala sekolah tidak mutlak. Namun sistem memaksanya untuk taat.
Otonomi pendidikan
Hal-hal yang dikemukakan di atas, jelas sangat bertentangan dengan semangat otonomi pendidikan. Otonomi pendidikan justru menekankan peran kepala sekolah. Ini sejalan dengan kebijakan desentralisasi pendidikan yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun 1999. Pada level pendidikan dasar dan menengah telah dilaksanakan program pengelolaan sekolah yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah membuat keputusan-keputusan secara partisipatif untuk memenuhi kebutuhan sekolah. Bahwa dengan demikian sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola berbagai sumber daya bagi terciptanya kemandirian. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang tentu saja lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Demikian pula dengan pengambilan keputusan partisipatif, rasa memiliki warga sekolah meningkat, yang pada gilirannya meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sekolahnya (Depdiknas,2005).
Dalam semangat desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, sudah semestinya, pengangkatan kepala sekolah didasarkan pada profesionalitas dan kompetensinya. Sebab tuntutan manajemen sekolah di era ini cukup tinggi. Misalnya, kompetensi yang diharapkan dimiliki kepala sekolah, antara lain: memiliki landasan dan wawasan pendidikan, memahami sekolah sebagai sistem, memahami manajemen berbasis sekolah, mampu merencanakan pengembangan sekolah, mengelola kurikulum, mengelola tenaga kependidikan, mengelola sarana dan parasarana, mengelola kesiswaan, mengelola keuangan, mengelola hubungan sekolah-masyarakat, mengelola sistem informasi sekolah, mengembangkan budaya sekolah, memiliki dan melaksanakan kreatifitas, inovasi, dan jiwa kewirausahaan, melakukan monitoring dan evaluasi, melaksanakan supervisi, menyiapkan, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil akreditasi, dan membuat laporan akuntabilitas sekolah (Slamet, 2005).
Kompetensi kepala sekolah tersebut diharapkan akan menunjang pelaksanaan desentralisasi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan dan kinerja pendidikan, baik pemerataan, kualitas, relevansi, dan efisiensi, pendidikan. Bukankah kepemimpinan sekolah yang baik mencerminkan tingkat kesiapan sekolah untuk melaksanakan desentralisasi pendidikan secara konsisten. Karena itu kepemimpinan sekolah perlu mendapat dukungan politik dari Bupati/Walikota.
Harapan tersebut ternyata mengalami benturan di lapangan. Persoalan ini semakin intens ketika dikaitkan dengan masih minimnya komitmen pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran bagi sektor pendidikan.
Kepala Sekolah Korban
Tabrakan kepentingan otonomi pendidikan dengan otonomi daerah tak dapat dihindari. Kepala sekolah menjadi korban. Akibatnya mereka berhadapan dengan situasi keterjebakan di antara kepentingan sekolah (otonomi pendidikan) dan bias otonomi daerah. Atau antara kepentingan kependidikan dan kehendak Bupati/Walikota. Ini tidak berarti bahwa Bupati/Walikota tidak memiliki consern pada dunia pendidikan, tetapi kewenangan Bupati/Walikota yang sangat determinan berpeluang melahirkan kesewenangan yang jelas tidak sejalan dengan misi pendidikan. Pada pihak lain pengalaman di berbagai daerah juga telah membuktikan bahwa kewenangan yang sangat determinan tidak mengefektifkan kinerja pendidikan. Kalau dicermati lebih jauh kondisi ini tidak hanya sekedar menghambat kinerja pendidikan, tetapi justru sudah memasuki ranah kemanusiaan, sehingga patut dipersoalkan.
Situasi keterjebakan yang dihadapi kepala sekolah memiliki dampak yang cenderung akan meningkat. Diprediksi bahwa peran kepala sekolah yang minimal dalam manajemen sekolah dapat mempengaruhi penurunan mutu PBM, diikuti dengan penurunan mutu keluaran, yang pada gilirannya berdampak pada memburuknya kinerja pendidikan.
Perlindungan
Mengatasi kondisi ini, sekiranya para kepala sekolah dapat meminta perlindungan kepada pihak-pihak, seperti Asosiasi Kepala Sekolah dan pemerintah pusat. Bila perlu Asosiasi Kepala Sekolah dapat dibangun dari situasi keterjebakan ini untuk melakukan advokasi. Sementara bagi pemerintah pusat, kiranya dapat memberikan perlindungan atas kepala sekolah dengan memikirkan ulang model koordinasi yang lebih efektif antara Kepala Sekolah, Kepala Dinas, Bupati/Walikota dan pemerintah pusat.
Kebijakan sebagai Persoalan
Apa yang penulis kemukakan di atas, baru merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan yang muncul, sebagai akibat logis dari penerapan kebijakan otonomi daerah sekaligus otonomi pendidikan. Kalau kita belajar dari negara-negara lain, seperti Cina dan Chili, pernah menerapkan kebijakan desentralisasi pendidikan, sekaligus otonomi daerah. Namun implementasi skenario kebijakan semacam ini tidak meningkatkan kinerja pendidikan. Mungkinkah, karena para menggagas konsep otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan disemangati oleh gerakan reformasi, sehingga kurang menimbang kapasitas kelembagaan maupun sumber daya manusia, tidak saja pada level daerah tetapi juga di pusat. Ataukah penerapan otonomi pendidikan sekaligus otonomi daerah adalah pilihan yang tak terhindarkan sebagai konsekuensi dari sejarah bangsa kita yang mengalami "patahan," sehingga serta-merta melakukan loncatan.
Kita butuh waktu yang tidak singkat untuk memperbaiki kinerja pendidikan melalui skenario kebijakan otonomi pendidikan sekaligus otonomi daerah. Atau jika lama, kita putar haluan, kita butuh skenario lain untuk memperbaiki kinerja pendidikan. Katakanlah otonomi daerah tetapi sentralisasi pendidikan. Bukankah, kebijakan otonomi pendidikan sekaligus otonomi daerah merupakan "loncatan" yang cukup jauh?
Sekolah Unggulan Yang Tidak Unggul .......
Kualitas manusia Indonesia rendah telah menjadi berita rutin. Setiap keluar laporan Human Development Index, posisi kualitas SDM kita selalu berada di bawah. Salah satu penyebab dan sekaligus kunci utama rendahnya kualitas manusia Indonesia adalah kualitas pendidikan yang rendah. Kualitas sosial-ekonomi dan kualitas gizi-kesehatan yang tinggi tidak akan dapat bertahan tanpa adanya manusia yang memiliki pendidikan berkualitas.
Negeri ini sedang berjuang keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun hasilnya belum memuaskan. Kini upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditempuh dengan membuka sekolah-sekolah unggulan, misal Sekolah Taruna Nusantara. Sekolah unggulan dipandang sebagai salah satu alternatif yang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus kualitas SDM. Sekolah unggulan diharapkan melahirkan manusia-manusia unggul yang amat berguna untuk membangun negeri yang kacau balau ini. Tak dapat dipungkiri setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi manusia unggul. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah-sekolah unggulan. Setiap tahun ajaran baru sekolah-sekolah unggulan dibanjiri calon siswa, karena adanya keyakinan bisa melahirkan manusia-masnusia unggul. Benarkan sekolah-sekolah unggulan kita mampu melahirkan manusia-manusia unggul?
Sebutan sekolah unggulan itu sendiri kurang tepat. Kata “unggul” menyiratkan adanya superioritas dibanding dengan yang lain. Kata ini menunjukkan adanya “kesombongan” intelektual yang sengaja ditanamkan di lingkungan sekolah. Di negara-negara maju, untuk menunjukkan sekolah yang baik tidak menggunakan kata unggul (excellent) melainkan effective, develop, accelerate, dan essential (Susan Albers Mohrman, et.al., School Based Management: Organizing for High Performance, San Francisco, 1994, h. 81).
Dari sisi ukuran muatan keunggulan, sekolah unggulan di Indonesia juga tidak memenuhi syarat. Sekolah unggulan di Indonesia hanya mengukur sebagian kemampuan akademis. Dalam konsep yang sesungguhnya, sekolah unggul adalah sekolah yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal untuk menumbuh-kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan hanya prestasi akademis saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan potensi psikis, fisik, etik, moral, religi, emosi, spirit, adversity dan intelegensi.
Konsep Sekolah Unggulan
Sekolah unggulan yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Dalam konsep sekolah unggulan yang saat ini diterapkan, untuk menciptakan prestasi siswa yang tinggi maka harus dirancang kurikulum yang baik yang diajarkan oleh guru-guru yang berkualitas tinggi. Padahal sekolah unggulan yang sebenarnya, keunggulan akan dapat dicapai apabila seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Berati tenaga administrasi, pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif. Karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang mempu membentuk keunggulan sekolah.
Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah merancang-bangun sekolah sebagai organisasi. Maksudnya adalah bagaimana struktur organisasi pada sekolah itu disusun, bagaimana warga sekolah berpartisipasi, bagaimana setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab yang sesuai dan bagaimana terjadinya pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang disertai tangung jawab. Semua itu bermuara kepada kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Menurut Profesor Suyanto, program kelas (baca: sekolah) unggulan di Indonesia secara pedagogis menyesatkan, bahkan ada yang telah memasuki wilayah malpraktik dan akan merugikan pendidikan kita dalam jangka panjang. Kelas-kelas unggulan diciptakan dengan cara mengelompokkan siswa menurut kemampuan akademisnya tanpa didasari filosofi yang benar. Pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas menurut kemampuan akademis tidak sesuai dengan hakikat kehidupan di masyarakat. Kehidupan di masyarakat tak ada yang memiliki karakteristik homogen (Kompas, 29-4-2002, h.4).
Bila boleh mengkritisi, pelaksanaan sekolah unggulan di Indonesia memiliki banyak kelemahan selain yang dikemukakan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta di atas. Pertama, sekolah unggulan di sini membutuhkan legitimasi dari pemerintah bukan atas inisiatif masyarakat atau pengakuan masyarakat. Sehingga penetapan sekolah unggulan cenderung bermuatan politis dari pada muatan edukatifnya. Apabila sekolah unggulan didasari atas pengakuan masyarakat maka pemerintah tidak perlu mengucurkan dana lebih kepada sekolah unggulan, karena masyarakat akan menanggung semua biaya atas keunggulan sekolah itu.
Kedua, sekolah unggulan hanya melayani golongan kaya, sementara itu golongan miskin tidak mungkin mampu mengikuti sekolah unggulan walaupun secara akademis memenuhi syarat. Untuk mengikuti kelas unggulan, selain harus memiliki kemampuan akademis tinggi juga harus menyediakan uang jutaan rupiah. Artinya penyelenggaraan sekolah unggulan bertentangan dengan prinsip equity yaitu terbukanya akses dan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk menikmati pendidikan yang baik. Keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan ini amat penting agar kelak melahirkan manusia-manusia unggul yang memiliki hati nurani yang berkeadilan.
Ketiga, profil sekolah unggulan kita hanya dilihat dari karakteristik prestasi yang tinggi berupa NEM, input siswa yang memiliki NEM tinggi, ketenagaan berkualitas, sarana prasarana yang lengkap, dana sekolah yang besar, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan sekolah yang kesemuanya sudah unggul. Wajar saja bila bahan masukannya bagus, diproses di tempat yang baik dan dengan cara yang baik pula maka keluarannya otomatis bagus. Yang seharusnya disebut unggul adalah apabila masukan biasa-biasa saja atau kurang baik tetapi diproses ditempat yang baik dengan cara yang baik pula sehingga keluarannya bagus.
Oleh karena itu penyelenggaraan sekolah unggulan harus segera direstrukturisasi agar benar-benar bisa melahirkan manusia unggul yang bermanfaat bagi negeri ini. Bibit-bibit manusia unggul di Indonesia cukup besar karena prefalensi anak berbakat sekitar 2 %, artinya setiap 1.000 orang terdapat 20 anak berbakat (Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman, Exceptional Children: Introduction To Special Education, New Jersey: Prentice-Hall international, Inc., 1991), hh. 6-7). Berdasarkan prakiraan Lembaga Demografi UI (1991) penduduk usia sekolah di Indonesia tahun 2000 diperkirakan sebesar 76.478.249, maka kita akan memiliki anak berbakat (baca: unggul) sebanyak 1.529.565 orang. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pimpinan dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan.
Restrukturisasi Sekolah Unggulan
Maka konsep sekolah unggulan yang tidak unggul ini harus segera direstrukturisasi. Restrukrutisasi sekolah unggulan yang ditawarkan adalah sebagai berikut: pertama, program sekolah unggulan tidak perlu memisahkan antara anak yang memiliki bakat keunggulan dengan anak yang tidak memiliki bakat keunggulan. Kelas harus dibuat heterogen sehingga anak yang memiliki bakat keunggulan bisa bergaul dan bersosialisasi dengan semua orang dari tingkatan dan latar berlakang yang beraneka ragam. Pelaksanaan pembelajaran harus menyatu dengan kelas biasa, hanya saja siswa yang memiliki bakat keunggulan tertentu disalurkan dan dikembangkan bersama-sama dengan anak yang memiliki bakat keunggulan serupa. Misalnya anak yang memiliki bakat keunggulan seni tetap masuk dalam kelas reguler, namun diberi pengayaan pelajaran seni.
Kedua, dasar pemilihan keunggulan tidak hanya didasarkan pada kemampuan intelegensi dalam lingkup sempit yang berupa kemampuan logika-matematika seperti yang diwujudkan dalam test IQ. Keunggulan seseorang dapat dijaring melalui berbagai keberbakatan seperti yanag hingga kini dikenal adanya 8 macan.
Ketiga, sekolah unggulan jangan hanya menjaring anak yang kaya saja tetapi menjaring semua anak yang memiliki bakat keunggulan dari semua kalangan. Berbagai sekolah unggulan yang dikembangkan di Amerika justru untuk membela kalangan miskin. Misalnya Effectif School yang dikembangkan awal 1980-an oleh Ronald Edmonds di Harvard University adalah untuk membela anak dari kalangan miskin karena prestasinya tak kalah dengan anak kaya. Demikian pula dengan School Development Program yang dikembangkan oleh James Comer ditujukan untuk meningkatkan pendidikan bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin. Accellerated School yang diciptakan oleh Henry Levin dari Standford University juga memfokuskan untuk memacu prestasi yang tinggi pada siswa kurang beruntung atau siswa beresiko. Essential school yang diciptakan oleh Theodore Sizer dari Brown University, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa kurang mampu.
Keempat, sekolah unggulan harus memiliki model manajemen sekolah yang unggul yaitu yang melibatkan partisipasi semua stakeholder sekolah, memiliki kepemimpinan yang kuat, memiliki budaya sekolah yang kuat, mengutamakan pelayanan pada siswa, menghargasi prestasi setiap siswa berdasar kondisinya masing-masing, terpenuhinya harapan siswa dan berbagai pihak terkait dengan memuaskan.
Itu semua akan tercapai apabila pengelolaan sekolah telah mandiri di atas pundak sekolah sendiri bukan ditentukan oleh birokrasi yang lebih tinggi. Saat ini amat tepat untuk mengembangkan sekolah unggulan karena terdapat dua suprastruktur yang mendukung. Pertama, UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana pendidikan termasuk salah satu bidang yang didesentralisasikan. Dengan adanya kedekatan birokrasi antara sekolah dengan Kabupaten/Kota diharapkan perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan sekolah unggulan semakin serius............
Negeri ini sedang berjuang keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun hasilnya belum memuaskan. Kini upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditempuh dengan membuka sekolah-sekolah unggulan, misal Sekolah Taruna Nusantara. Sekolah unggulan dipandang sebagai salah satu alternatif yang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus kualitas SDM. Sekolah unggulan diharapkan melahirkan manusia-manusia unggul yang amat berguna untuk membangun negeri yang kacau balau ini. Tak dapat dipungkiri setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi manusia unggul. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah-sekolah unggulan. Setiap tahun ajaran baru sekolah-sekolah unggulan dibanjiri calon siswa, karena adanya keyakinan bisa melahirkan manusia-masnusia unggul. Benarkan sekolah-sekolah unggulan kita mampu melahirkan manusia-manusia unggul?
Sebutan sekolah unggulan itu sendiri kurang tepat. Kata “unggul” menyiratkan adanya superioritas dibanding dengan yang lain. Kata ini menunjukkan adanya “kesombongan” intelektual yang sengaja ditanamkan di lingkungan sekolah. Di negara-negara maju, untuk menunjukkan sekolah yang baik tidak menggunakan kata unggul (excellent) melainkan effective, develop, accelerate, dan essential (Susan Albers Mohrman, et.al., School Based Management: Organizing for High Performance, San Francisco, 1994, h. 81).
Dari sisi ukuran muatan keunggulan, sekolah unggulan di Indonesia juga tidak memenuhi syarat. Sekolah unggulan di Indonesia hanya mengukur sebagian kemampuan akademis. Dalam konsep yang sesungguhnya, sekolah unggul adalah sekolah yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal untuk menumbuh-kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan hanya prestasi akademis saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan potensi psikis, fisik, etik, moral, religi, emosi, spirit, adversity dan intelegensi.
Konsep Sekolah Unggulan
Sekolah unggulan yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Dalam konsep sekolah unggulan yang saat ini diterapkan, untuk menciptakan prestasi siswa yang tinggi maka harus dirancang kurikulum yang baik yang diajarkan oleh guru-guru yang berkualitas tinggi. Padahal sekolah unggulan yang sebenarnya, keunggulan akan dapat dicapai apabila seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Berati tenaga administrasi, pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif. Karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang mempu membentuk keunggulan sekolah.
Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah merancang-bangun sekolah sebagai organisasi. Maksudnya adalah bagaimana struktur organisasi pada sekolah itu disusun, bagaimana warga sekolah berpartisipasi, bagaimana setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab yang sesuai dan bagaimana terjadinya pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang disertai tangung jawab. Semua itu bermuara kepada kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Menurut Profesor Suyanto, program kelas (baca: sekolah) unggulan di Indonesia secara pedagogis menyesatkan, bahkan ada yang telah memasuki wilayah malpraktik dan akan merugikan pendidikan kita dalam jangka panjang. Kelas-kelas unggulan diciptakan dengan cara mengelompokkan siswa menurut kemampuan akademisnya tanpa didasari filosofi yang benar. Pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas menurut kemampuan akademis tidak sesuai dengan hakikat kehidupan di masyarakat. Kehidupan di masyarakat tak ada yang memiliki karakteristik homogen (Kompas, 29-4-2002, h.4).
Bila boleh mengkritisi, pelaksanaan sekolah unggulan di Indonesia memiliki banyak kelemahan selain yang dikemukakan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta di atas. Pertama, sekolah unggulan di sini membutuhkan legitimasi dari pemerintah bukan atas inisiatif masyarakat atau pengakuan masyarakat. Sehingga penetapan sekolah unggulan cenderung bermuatan politis dari pada muatan edukatifnya. Apabila sekolah unggulan didasari atas pengakuan masyarakat maka pemerintah tidak perlu mengucurkan dana lebih kepada sekolah unggulan, karena masyarakat akan menanggung semua biaya atas keunggulan sekolah itu.
Kedua, sekolah unggulan hanya melayani golongan kaya, sementara itu golongan miskin tidak mungkin mampu mengikuti sekolah unggulan walaupun secara akademis memenuhi syarat. Untuk mengikuti kelas unggulan, selain harus memiliki kemampuan akademis tinggi juga harus menyediakan uang jutaan rupiah. Artinya penyelenggaraan sekolah unggulan bertentangan dengan prinsip equity yaitu terbukanya akses dan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk menikmati pendidikan yang baik. Keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan ini amat penting agar kelak melahirkan manusia-manusia unggul yang memiliki hati nurani yang berkeadilan.
Ketiga, profil sekolah unggulan kita hanya dilihat dari karakteristik prestasi yang tinggi berupa NEM, input siswa yang memiliki NEM tinggi, ketenagaan berkualitas, sarana prasarana yang lengkap, dana sekolah yang besar, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan sekolah yang kesemuanya sudah unggul. Wajar saja bila bahan masukannya bagus, diproses di tempat yang baik dan dengan cara yang baik pula maka keluarannya otomatis bagus. Yang seharusnya disebut unggul adalah apabila masukan biasa-biasa saja atau kurang baik tetapi diproses ditempat yang baik dengan cara yang baik pula sehingga keluarannya bagus.
Oleh karena itu penyelenggaraan sekolah unggulan harus segera direstrukturisasi agar benar-benar bisa melahirkan manusia unggul yang bermanfaat bagi negeri ini. Bibit-bibit manusia unggul di Indonesia cukup besar karena prefalensi anak berbakat sekitar 2 %, artinya setiap 1.000 orang terdapat 20 anak berbakat (Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman, Exceptional Children: Introduction To Special Education, New Jersey: Prentice-Hall international, Inc., 1991), hh. 6-7). Berdasarkan prakiraan Lembaga Demografi UI (1991) penduduk usia sekolah di Indonesia tahun 2000 diperkirakan sebesar 76.478.249, maka kita akan memiliki anak berbakat (baca: unggul) sebanyak 1.529.565 orang. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pimpinan dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan.
Restrukturisasi Sekolah Unggulan
Maka konsep sekolah unggulan yang tidak unggul ini harus segera direstrukturisasi. Restrukrutisasi sekolah unggulan yang ditawarkan adalah sebagai berikut: pertama, program sekolah unggulan tidak perlu memisahkan antara anak yang memiliki bakat keunggulan dengan anak yang tidak memiliki bakat keunggulan. Kelas harus dibuat heterogen sehingga anak yang memiliki bakat keunggulan bisa bergaul dan bersosialisasi dengan semua orang dari tingkatan dan latar berlakang yang beraneka ragam. Pelaksanaan pembelajaran harus menyatu dengan kelas biasa, hanya saja siswa yang memiliki bakat keunggulan tertentu disalurkan dan dikembangkan bersama-sama dengan anak yang memiliki bakat keunggulan serupa. Misalnya anak yang memiliki bakat keunggulan seni tetap masuk dalam kelas reguler, namun diberi pengayaan pelajaran seni.
Kedua, dasar pemilihan keunggulan tidak hanya didasarkan pada kemampuan intelegensi dalam lingkup sempit yang berupa kemampuan logika-matematika seperti yang diwujudkan dalam test IQ. Keunggulan seseorang dapat dijaring melalui berbagai keberbakatan seperti yanag hingga kini dikenal adanya 8 macan.
Ketiga, sekolah unggulan jangan hanya menjaring anak yang kaya saja tetapi menjaring semua anak yang memiliki bakat keunggulan dari semua kalangan. Berbagai sekolah unggulan yang dikembangkan di Amerika justru untuk membela kalangan miskin. Misalnya Effectif School yang dikembangkan awal 1980-an oleh Ronald Edmonds di Harvard University adalah untuk membela anak dari kalangan miskin karena prestasinya tak kalah dengan anak kaya. Demikian pula dengan School Development Program yang dikembangkan oleh James Comer ditujukan untuk meningkatkan pendidikan bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin. Accellerated School yang diciptakan oleh Henry Levin dari Standford University juga memfokuskan untuk memacu prestasi yang tinggi pada siswa kurang beruntung atau siswa beresiko. Essential school yang diciptakan oleh Theodore Sizer dari Brown University, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa kurang mampu.
Keempat, sekolah unggulan harus memiliki model manajemen sekolah yang unggul yaitu yang melibatkan partisipasi semua stakeholder sekolah, memiliki kepemimpinan yang kuat, memiliki budaya sekolah yang kuat, mengutamakan pelayanan pada siswa, menghargasi prestasi setiap siswa berdasar kondisinya masing-masing, terpenuhinya harapan siswa dan berbagai pihak terkait dengan memuaskan.
Itu semua akan tercapai apabila pengelolaan sekolah telah mandiri di atas pundak sekolah sendiri bukan ditentukan oleh birokrasi yang lebih tinggi. Saat ini amat tepat untuk mengembangkan sekolah unggulan karena terdapat dua suprastruktur yang mendukung. Pertama, UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana pendidikan termasuk salah satu bidang yang didesentralisasikan. Dengan adanya kedekatan birokrasi antara sekolah dengan Kabupaten/Kota diharapkan perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan sekolah unggulan semakin serius............
Siasat Gunakan Blackberry
Hingga kini, informasi mengenai Blackberry memang masih minim kendati smartphone ini mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan di Indonesia. Karena itu, tidak heran bila masih banyak pengguna Blackberry yang awam menghadapi berbagai problem yang seringkali timbul.
Moderator Blackberry Community Faizal Adiputra mamaparkan sederet tips dan trik terkait pengoperasian Blackberry. Pertama, pengguna Blackberry harus menentukan secara tepat device dan operator yang akan digunakan. Calon pengguna Blackberry harus menentukan device dan operator yang cocok. Pilih operator yang sinyalnya paling kuat di dekat tempat tinggal, papar Faizal, di Jakarta, Kamis (24/4).
Kedua, mengoptimalkan pemakaian baterai. Hal ini dapat dilakukan dengan bebagai cara. Antara lain, menggunakan sound yang minimal dalam profil, selalu mengunci device dan menggunakan time out untuk menghemat baterai, serta rutin melakukan up date device.
Ketiga, mengoptimalkan memori. Minimal sehari sekali restart baterai. Buka baterai dan pasang kembali. Ini mengantisipasi agar memori tidak cepat habis dan terhapus dengan sendirirnya, ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, untuk menghemat memori dapat dilakukan dengan menghapus ragam bahasa yang terinstal dalam Blackberry. Itu menghabiskan memori, jadi hapus saja. Kan bahasa yang terisntal macam-macam, ada Korea, Inggris, dan sebagainya, tuturnya.
Keempat, pengguna Blackberry perlu melakukan penghematan pemakaian akses internet bila berada di luar negeri. Sebab, berada di daerah roaming akan menyebabkan tagihan pulsa membengkak. Karena itu, pengguna Blackberry dapat menggunakan akses WiFi atau akses internet gratis.
Menurutnya, mengirim data dan foto dari luar negeri adalah haram hukumnya. Sebab, segala hal yang dikirim melalui Blackberry tidak dikompres terlebih dahulu. Ia menambahkan, pengguna juga dapat melakukan konfirmasi kepada operator yang digunakan untuk mencari informasi terkait roaming partner. Sebelum berangkat ke luar negeri, tanya ke operator, apa roaming partner yang murah, ujarya.
Kelima, Faizal menyebut perlunya melakukan back up data secara intensif. Back up data bisa di komputer atau secara online. Kalau Blackberrynya hilang, jadi masih ada back up data, paparnya.
Moderator Blackberry Community Faizal Adiputra mamaparkan sederet tips dan trik terkait pengoperasian Blackberry. Pertama, pengguna Blackberry harus menentukan secara tepat device dan operator yang akan digunakan. Calon pengguna Blackberry harus menentukan device dan operator yang cocok. Pilih operator yang sinyalnya paling kuat di dekat tempat tinggal, papar Faizal, di Jakarta, Kamis (24/4).
Kedua, mengoptimalkan pemakaian baterai. Hal ini dapat dilakukan dengan bebagai cara. Antara lain, menggunakan sound yang minimal dalam profil, selalu mengunci device dan menggunakan time out untuk menghemat baterai, serta rutin melakukan up date device.
Ketiga, mengoptimalkan memori. Minimal sehari sekali restart baterai. Buka baterai dan pasang kembali. Ini mengantisipasi agar memori tidak cepat habis dan terhapus dengan sendirirnya, ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, untuk menghemat memori dapat dilakukan dengan menghapus ragam bahasa yang terinstal dalam Blackberry. Itu menghabiskan memori, jadi hapus saja. Kan bahasa yang terisntal macam-macam, ada Korea, Inggris, dan sebagainya, tuturnya.
Keempat, pengguna Blackberry perlu melakukan penghematan pemakaian akses internet bila berada di luar negeri. Sebab, berada di daerah roaming akan menyebabkan tagihan pulsa membengkak. Karena itu, pengguna Blackberry dapat menggunakan akses WiFi atau akses internet gratis.
Menurutnya, mengirim data dan foto dari luar negeri adalah haram hukumnya. Sebab, segala hal yang dikirim melalui Blackberry tidak dikompres terlebih dahulu. Ia menambahkan, pengguna juga dapat melakukan konfirmasi kepada operator yang digunakan untuk mencari informasi terkait roaming partner. Sebelum berangkat ke luar negeri, tanya ke operator, apa roaming partner yang murah, ujarya.
Kelima, Faizal menyebut perlunya melakukan back up data secara intensif. Back up data bisa di komputer atau secara online. Kalau Blackberrynya hilang, jadi masih ada back up data, paparnya.
SEKOLAH GRATISSS........EUY DI BOGOR
Sekolah Unggulan, berasrama dan bebas biaya, membuka pendaftaran
SMART Ekselensia Indonesia adalah sekolah tingkat menengah berasrama dan bebas biaya yang berada di bawah naungan Lembaga Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa. Didirikan pada tahun 2004, sekolah ini telah memiliki siswa didik berjumlah 137 untuk 4 angkatan.
Sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak dari kalangan dhuafa yang berprestasi dari seluruh Indonesia ini digagas untuk meningkatkan harkat dan derajat kaum dhuafa melalui program pendidikan dan pembinaan yang komprehensif dan berkesinambungan. Diharapkan, setelah melalui proses pendidikan dan pembinaan di SMART EI, setiap siswa memiliki bekal berkarya untuk bangsa, negara dan agamanya.
Proses seleksi hingga kedatangan calon siswa, serta pendidikan selama berada di kampus SMART EI, tidak dipungut biaya apapun.
Persyaratan Umum
1) Berasal dari keluarga dhuafa (sesuai kriteria Dompet Dhuafa )
2) Laki-laki
3) Lulus/Tamat SD atau sederajat
4) Bersedia untuk mengikuti program belajar 5 tahun atau hingga selesai
5) Memeroleh izin dari orang tua/wali
6) Memiliki prestasi akademik, dengan kriteria sbb:
(i) Mendapat Rangking
1-5 di Kelas IV–VI;
(ii) Rata-rata Nilai Rapor minimal 7,0 dan Rapor tidak ada nilai 5;
(iii) Memiliki prestasi kegiatan pendukung, seperti olah raga; kesenian, organisasi, atau keterampilan;
(iv) Bersedia mengikuti seluruh tahapan seleksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(v) Berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular
Persyaratan Khusus
1) Mengisi formulir pendaftaran calon peserta seleksi
2) Fotokopi rapor kelas IV – VI yang telah dilegalisir oleh sekolah asal.
3) Fotokopi ijasah/STTB/ STK
4) Fotokopi piagam penghargaan/ sertifikat
5) Surat keterangan tidak mampu dari Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM).
6) Surat Keterangan Gaji/Penghasilan orang tua/wali dan/atau anggota keluarga yang menopang/ikut membantu pendapatan keluarga dari RT atau RW atau Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) setempat.
7) Surat pernyataan/izin mengikuti pendidikan di SMART EI dari orang tua
8) Fotokopi rekening listrik 2 bulan terakhir
9) Fotokopi KTP/Surat Keterangan Domisili Tetap dari RT atau RW.
10) Fotokopi Kartu Keluarga/KK.
11) Pas Foto Calon Peserta ukuran 4 X 6 sebanyak 4 lembar.
Waktu dan Tempat Pendaftaran
Pendaftaran dibuka mulai tanggal 01 Januari sampai dengan tanggal 28 Februari 2008. Peserta dapat mendaftarkan diri di di Panitia Daerah yang terdekat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Panitia Nasional Seleksi SMART Ekselensia Indonesia
Bumi Pengembangan Insani,
Jl. Raya Parung Bogor Desa Jampang Kec. Kemang
Kabupaten Bogor–Jawa Barat 16330
Telp. 0251-610817 /610 818 Ext 11
www.lpi-dd.net
Panitia Daerah Seleksi SMART Ekselensia Indonesia
Daerah Seleksi : Bali
Bapak Hendry Sulistiono
LAZ DSM BALI
Jl. Diponegoro No. 157 Sangrah, Denpasar - Bali
Telp: 0857 3711 1100/ 0813 3812 3124/ 0361-855 7285
Daerah Seleksi : Banten
Ibu Sifa/ Bapak Ade
KONSORSIUM PEMBAHARU BANTEN
Jl. KM Idris No. 54 Neglasari Timur Rt 04/ Rw 13 Benggala, Serang Banten
42117
Telp: 0856 9236 4906/ 0254-209392
Daerah Seleksi: Bogor
Bapak Setia Budi/ Asep Nurhalim
ETOS BOGOR
Jl. Babakan Tengah RT 02/ Rw 08 No. 107 Desa babakan Tengah Kecamatan
Darmaga 16680
Telp: 0818 0895 5849/ 0813 1515 0768
Daerah Seleksi: Jakarta
Bapak Abdurrahman
ETOS JAKARTA
Jl. Kedoya No. 39 Rt 01/ Rw 02 Pd. Cina Depok 16424
Telp: 0813 1084 5934
Daerah Seleksi: Gorontalo
Bapak Sumantimaku
YAYASAN AYATUL IKHWA
Jl. Limboto Raya No. 15 Ds. Tuladenggi Kec. Telaga Biru Gorontalo 96181
Telp: 0813 1659 2022/ 0435-838950
Daerah Seleksi: Bandung
Bapak Yudi Supriatna
DOMPET DHUAFA BANDUNG
Jl. Pasirkaliki No. 143 Lantai II Bandung - Jawa Barat 40173
Telp: 0813 2299 9211/ 022-6032281
Daerah Seleksi: Semarang
Bapak Efendi Nugroho
ETOS SEMARANG
Jl. Timoho III No. 30 Tembalang Semarang- Jawa Tengah
Telp: 0815 7509 0400/ 0817 954 1858/ 024-76482311
Daerah Seleksi: Surabaya
Ibu Nurul Aisyah
ETOS SURABAYA
Jl. Arif Rahman Hakim No. 58 B Sukolilo Surabaya-Jawa Timur
Telp. 0817 934 0271/ 031-71074803
Daerah Seleksi: Banjarbaru
Bapak Qomarudin Sukri
INTELLECTUAL MOSLEM YOUTH COMMUNITY (IMYCo)
Jl. Putri Junjung Buih Gg. Kelinci II No. 4 Banjar Baru-Kalsel 70511
Telp. 0812 9933 284/ 0511-7751720
Daerah Seleksi: Pontianak
Bapak Duin/ Kiryan
DOMPET UMMAT
Jl. Tanjungsari NO. 40 Pontianak - Kalimantan Barat
Telp: 0561-7032360/ 735978
Daerah Seleksi: Balikpapan
Bapak Kamaludin
DOMPET DHUAFA KALTIM
Jl. Mr. Iswahyudi No. 10 Rt 56 Sepinggan Gunung Bahagia Balikpapan - Kaltim
Telp: 0813 1761 6260/ 0542-7209738
Daerah Seleksi: Lampung
Bapak Juperta Panji Utama
LAZ LAMPUNG PEDULI
Jl. S. Parman 19 Palapa Tanjung Karang Pusat, Bandar lampung 35113
Telp: 0815 4048 877/ 0721-267582
Daerah Seleksi: Tual-Ambon
Bapak Musalim Temawut
YAYASAN DARUL ISTIQOMAH
Jl. Tanah Putih Utara No. 3 Rt 03/ Rw 04 Kel. Lodar Tual - Maluku Tenggara
Telp: 0852 4301 2050/ 0916-21705
Daerah Seleksi: Kupang
Bapak Muhsin Thalib
YAYASAN IBADURRAHMAN
Jl. Keuangan Negara No. 32 Kupang - NTT
Telp: 0813 3941 7280/ 0380-882046
Daerah Seleksi: Sorong
Bapak Daeng Risabang/ Said Karim
SDIT AL- IZZAH
Komplek Masjid Agung Al- Akbar Sorong - Papua Barat
Telp: 0813 4390 9221/ 0813 4441 6886
Daerah Seleksi: Jayapura
Bapak Juandi
YAYASAN AS-SALAM PAPUA JAYAPURA
Jl. Raya Abepura No. 3A Entrop Jayapura Selatan 99224
Telp: 0813 4440 3303/ 0967-551904
Daerah Seleksi: Pekanbaru
Bapak Dwi Purwanto
LAZ SWADAYA UMMAH
Jl. Tuanku Tambusai Perkantoran Mella Lt. 2 Blok G No. 5 Pekanbaru Riau
Telp: 0813 7834 3431/ 0761-572314
Daerah Seleksi: Makassar
Bapak Anwar
ETOS MAKASSAR
Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea-Makassar 90245
Telp: 0813 4292 5665/ 0411-4772803
Daerah Seleksi: Banggai
Bapak Hidayat Mondarfa
FORUM KOMUNIKASI REMAJA MASJID BANGGAI
Jl. P. Komodo No. 39 Kel. Simpong Kec. Luwuk Kab. Banggai Sulawesi Tengah
Telp: 0815 2476 2220/ 0461-324093
Daerah Seleksi: Kendari
Bapak Lamalesi
YAYASAN BINA DHUAFA SULAWESI TENGGARA
Perumahan Dosen Blok P No. 8 Anduonohu Kendari Sulawesi Tenggara
Telp: 0813 8146 8445/ 0401-392481
Daerah Seleksi: Padang
Bapak Firmansyah
DOMPET DHUAFA SINGGALANG
Jl. Veteran No. 17 padang 25116
Telp: 0751-823 5775/ 705 4086
Daerah Seleksi: Palembang
Ibu Desi/ Ani
DOMPET SOSIAL INSAN MULIA
Jl. Kapten Anwar Sastro No. 20 Komplek Masjid Baitul Miraj Palembang 30129
Telp: 0813 7346 3825/ 0711-7076437
Daerah Seleksi: Medan
Bapak Ir. Simatupang
LAZ PEDULI UMAT WASPADA
Jl. Brigjend Katamso No. 1 Medan 20151 Medan - Sumatera Utara
Telp: 0813 6144 6225/ 061-4511936
Daerah Seleksi: Yogyakarta
Bapak Untoro Wahyu/ Bapak Syafi'i
LEMBAGA ADVOKASI PENDIDIKAN YOGYAKARTA (LAPY)
Jl. Kaliurang Km 6 Pandega Padma II/ 15 Ds. Sinduadi Kec. Mlati Kab. Sleman - DIY
Telp: 0817 5455 393/ 0274-885127
SMART Ekselensia Indonesia adalah sekolah tingkat menengah berasrama dan bebas biaya yang berada di bawah naungan Lembaga Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa. Didirikan pada tahun 2004, sekolah ini telah memiliki siswa didik berjumlah 137 untuk 4 angkatan.
Sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak dari kalangan dhuafa yang berprestasi dari seluruh Indonesia ini digagas untuk meningkatkan harkat dan derajat kaum dhuafa melalui program pendidikan dan pembinaan yang komprehensif dan berkesinambungan. Diharapkan, setelah melalui proses pendidikan dan pembinaan di SMART EI, setiap siswa memiliki bekal berkarya untuk bangsa, negara dan agamanya.
Proses seleksi hingga kedatangan calon siswa, serta pendidikan selama berada di kampus SMART EI, tidak dipungut biaya apapun.
Persyaratan Umum
1) Berasal dari keluarga dhuafa (sesuai kriteria Dompet Dhuafa )
2) Laki-laki
3) Lulus/Tamat SD atau sederajat
4) Bersedia untuk mengikuti program belajar 5 tahun atau hingga selesai
5) Memeroleh izin dari orang tua/wali
6) Memiliki prestasi akademik, dengan kriteria sbb:
(i) Mendapat Rangking
1-5 di Kelas IV–VI;
(ii) Rata-rata Nilai Rapor minimal 7,0 dan Rapor tidak ada nilai 5;
(iii) Memiliki prestasi kegiatan pendukung, seperti olah raga; kesenian, organisasi, atau keterampilan;
(iv) Bersedia mengikuti seluruh tahapan seleksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(v) Berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular
Persyaratan Khusus
1) Mengisi formulir pendaftaran calon peserta seleksi
2) Fotokopi rapor kelas IV – VI yang telah dilegalisir oleh sekolah asal.
3) Fotokopi ijasah/STTB/ STK
4) Fotokopi piagam penghargaan/ sertifikat
5) Surat keterangan tidak mampu dari Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM).
6) Surat Keterangan Gaji/Penghasilan orang tua/wali dan/atau anggota keluarga yang menopang/ikut membantu pendapatan keluarga dari RT atau RW atau Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) setempat.
7) Surat pernyataan/izin mengikuti pendidikan di SMART EI dari orang tua
8) Fotokopi rekening listrik 2 bulan terakhir
9) Fotokopi KTP/Surat Keterangan Domisili Tetap dari RT atau RW.
10) Fotokopi Kartu Keluarga/KK.
11) Pas Foto Calon Peserta ukuran 4 X 6 sebanyak 4 lembar.
Waktu dan Tempat Pendaftaran
Pendaftaran dibuka mulai tanggal 01 Januari sampai dengan tanggal 28 Februari 2008. Peserta dapat mendaftarkan diri di di Panitia Daerah yang terdekat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Panitia Nasional Seleksi SMART Ekselensia Indonesia
Bumi Pengembangan Insani,
Jl. Raya Parung Bogor Desa Jampang Kec. Kemang
Kabupaten Bogor–Jawa Barat 16330
Telp. 0251-610817 /610 818 Ext 11
www.lpi-dd.net
Panitia Daerah Seleksi SMART Ekselensia Indonesia
Daerah Seleksi : Bali
Bapak Hendry Sulistiono
LAZ DSM BALI
Jl. Diponegoro No. 157 Sangrah, Denpasar - Bali
Telp: 0857 3711 1100/ 0813 3812 3124/ 0361-855 7285
Daerah Seleksi : Banten
Ibu Sifa/ Bapak Ade
KONSORSIUM PEMBAHARU BANTEN
Jl. KM Idris No. 54 Neglasari Timur Rt 04/ Rw 13 Benggala, Serang Banten
42117
Telp: 0856 9236 4906/ 0254-209392
Daerah Seleksi: Bogor
Bapak Setia Budi/ Asep Nurhalim
ETOS BOGOR
Jl. Babakan Tengah RT 02/ Rw 08 No. 107 Desa babakan Tengah Kecamatan
Darmaga 16680
Telp: 0818 0895 5849/ 0813 1515 0768
Daerah Seleksi: Jakarta
Bapak Abdurrahman
ETOS JAKARTA
Jl. Kedoya No. 39 Rt 01/ Rw 02 Pd. Cina Depok 16424
Telp: 0813 1084 5934
Daerah Seleksi: Gorontalo
Bapak Sumantimaku
YAYASAN AYATUL IKHWA
Jl. Limboto Raya No. 15 Ds. Tuladenggi Kec. Telaga Biru Gorontalo 96181
Telp: 0813 1659 2022/ 0435-838950
Daerah Seleksi: Bandung
Bapak Yudi Supriatna
DOMPET DHUAFA BANDUNG
Jl. Pasirkaliki No. 143 Lantai II Bandung - Jawa Barat 40173
Telp: 0813 2299 9211/ 022-6032281
Daerah Seleksi: Semarang
Bapak Efendi Nugroho
ETOS SEMARANG
Jl. Timoho III No. 30 Tembalang Semarang- Jawa Tengah
Telp: 0815 7509 0400/ 0817 954 1858/ 024-76482311
Daerah Seleksi: Surabaya
Ibu Nurul Aisyah
ETOS SURABAYA
Jl. Arif Rahman Hakim No. 58 B Sukolilo Surabaya-Jawa Timur
Telp. 0817 934 0271/ 031-71074803
Daerah Seleksi: Banjarbaru
Bapak Qomarudin Sukri
INTELLECTUAL MOSLEM YOUTH COMMUNITY (IMYCo)
Jl. Putri Junjung Buih Gg. Kelinci II No. 4 Banjar Baru-Kalsel 70511
Telp. 0812 9933 284/ 0511-7751720
Daerah Seleksi: Pontianak
Bapak Duin/ Kiryan
DOMPET UMMAT
Jl. Tanjungsari NO. 40 Pontianak - Kalimantan Barat
Telp: 0561-7032360/ 735978
Daerah Seleksi: Balikpapan
Bapak Kamaludin
DOMPET DHUAFA KALTIM
Jl. Mr. Iswahyudi No. 10 Rt 56 Sepinggan Gunung Bahagia Balikpapan - Kaltim
Telp: 0813 1761 6260/ 0542-7209738
Daerah Seleksi: Lampung
Bapak Juperta Panji Utama
LAZ LAMPUNG PEDULI
Jl. S. Parman 19 Palapa Tanjung Karang Pusat, Bandar lampung 35113
Telp: 0815 4048 877/ 0721-267582
Daerah Seleksi: Tual-Ambon
Bapak Musalim Temawut
YAYASAN DARUL ISTIQOMAH
Jl. Tanah Putih Utara No. 3 Rt 03/ Rw 04 Kel. Lodar Tual - Maluku Tenggara
Telp: 0852 4301 2050/ 0916-21705
Daerah Seleksi: Kupang
Bapak Muhsin Thalib
YAYASAN IBADURRAHMAN
Jl. Keuangan Negara No. 32 Kupang - NTT
Telp: 0813 3941 7280/ 0380-882046
Daerah Seleksi: Sorong
Bapak Daeng Risabang/ Said Karim
SDIT AL- IZZAH
Komplek Masjid Agung Al- Akbar Sorong - Papua Barat
Telp: 0813 4390 9221/ 0813 4441 6886
Daerah Seleksi: Jayapura
Bapak Juandi
YAYASAN AS-SALAM PAPUA JAYAPURA
Jl. Raya Abepura No. 3A Entrop Jayapura Selatan 99224
Telp: 0813 4440 3303/ 0967-551904
Daerah Seleksi: Pekanbaru
Bapak Dwi Purwanto
LAZ SWADAYA UMMAH
Jl. Tuanku Tambusai Perkantoran Mella Lt. 2 Blok G No. 5 Pekanbaru Riau
Telp: 0813 7834 3431/ 0761-572314
Daerah Seleksi: Makassar
Bapak Anwar
ETOS MAKASSAR
Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea-Makassar 90245
Telp: 0813 4292 5665/ 0411-4772803
Daerah Seleksi: Banggai
Bapak Hidayat Mondarfa
FORUM KOMUNIKASI REMAJA MASJID BANGGAI
Jl. P. Komodo No. 39 Kel. Simpong Kec. Luwuk Kab. Banggai Sulawesi Tengah
Telp: 0815 2476 2220/ 0461-324093
Daerah Seleksi: Kendari
Bapak Lamalesi
YAYASAN BINA DHUAFA SULAWESI TENGGARA
Perumahan Dosen Blok P No. 8 Anduonohu Kendari Sulawesi Tenggara
Telp: 0813 8146 8445/ 0401-392481
Daerah Seleksi: Padang
Bapak Firmansyah
DOMPET DHUAFA SINGGALANG
Jl. Veteran No. 17 padang 25116
Telp: 0751-823 5775/ 705 4086
Daerah Seleksi: Palembang
Ibu Desi/ Ani
DOMPET SOSIAL INSAN MULIA
Jl. Kapten Anwar Sastro No. 20 Komplek Masjid Baitul Miraj Palembang 30129
Telp: 0813 7346 3825/ 0711-7076437
Daerah Seleksi: Medan
Bapak Ir. Simatupang
LAZ PEDULI UMAT WASPADA
Jl. Brigjend Katamso No. 1 Medan 20151 Medan - Sumatera Utara
Telp: 0813 6144 6225/ 061-4511936
Daerah Seleksi: Yogyakarta
Bapak Untoro Wahyu/ Bapak Syafi'i
LEMBAGA ADVOKASI PENDIDIKAN YOGYAKARTA (LAPY)
Jl. Kaliurang Km 6 Pandega Padma II/ 15 Ds. Sinduadi Kec. Mlati Kab. Sleman - DIY
Telp: 0817 5455 393/ 0274-885127
BISNIS PENDIDIKAN, ETISKAH ???
SECARA teoretis tidak bisa disangkal bahwa biaya pendidikan atau penyelengaraan pendidikan sangatlah tinggi. Asumsi ini paling tidak hidup di benak kalangan profesional dan para ahli pendidikan. Semakin tinggi biaya pendidikan, semakin tinggi kualitas pendidikan.
Sepertinya asumsi ini perlu dipertanyakan ulang. Mungkin benar bahwa semakin tinggi biaya pendidikan semakin tinggi pula kualitas pendidikan, akan tetapi sulit dan mahalkah pendirian lembaga pendidikan? Pertanyaan itu pernah terlontar dalam sebuah obrolan sambil lalu yang tiba-tiba menjadi sangat serius. Seorang teman jebolan perguruan tinggi luar negeri menceritakan mahal dan rumitnya penyelenggaraan lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan tinggi. Yang lain mengungkap sejumlah sarat, prasarat, serta sarana yang mesti disediakan, secara teoretis tentunya. Pokoknya penyelenggaraan pendidikan tinggi bukan sesuatu yang bisa dilakukan sambil lalu.
Di tengan pembicaraan yang serius tersebut, tiba-tiba salah seorang teman tertawa terbahak-bahak. Ia bilang bahwa mendirikan lembaga pendidikan itu murah dan mudah. Cukup mempunyai yayasan dan beberapa lokal kelas. Bahkah, bila membangun lokal kelas masih dianggap terlalu mahal dan tidak ada dananya, bisa nebeng (ngontrak, sewa) lokal kelas dari sekolah yang ada. Kurikulum dan tetek bengek konsep sistem pendidikan yang akan didirikan tinggal menjiplak dari lembaga pendidikan yang telah berdiri. Praktis, mudah dan murah! Tidak perlu survei atau studi kelayakan segala macam. Mendirikan TK, sekolah dasar, sekolah menengah maupun perguruan tinggi, sama saja. Perbedaannya tidak seberapa! Urusan kualitas? Siapa yang peduli dengan kualitas, toh orang hanya peduli dengan ijazah! Dari pada ijazah palsu, mendingan ijazah yang asli kalau pun dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang bangunannya ngontrak!
Betulkah sedemikian murahnya mendirikan lembaga pendidikan? Ketika itu obrolan menjadi simpang-siur antara persolan penyelenggaraan lembaga pendidikan dengan bisnis pendidikan. Selama ini, wacana tentang bisnis pendidikan selalu dianggap tabu. Bahkan, tidak lama berselang, demo antibisnis pendidikan, bersamaan dengan itu media massa menyorot tajam persoalan tersebut yang didasarkan pada sejumlah indikasi. Yaitu tingginya biaya pendidikan yang disebabkan pengurangan subsidi pendidikan sebagai konsekuensi dari realisasi otonomi pendidikan.
Kini, dengan diterapkannya kebijakan otonomi pendidikan, yang semakin diperkecil dan akhirnya ditiadakannya dana (subsidi) pendidikan, secara konsekuensional bisnis pendidikan menjadi isu yang mengemuka dengan sendirinya. Dengan kata lain, pergeseran lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial non-profit (nirlaba) menjadi lembaga yang mau tidak mau harus mempertimbangkan kemungkinan profit yang lebih besar. Bila tidak, ia akan mati dengan sendirinya, karena tidak bisa membiayai aktivitas pendidikannya. Persoalan ini, pada akhirnya bukan hanya berlaku bagi lembaga pendidikan swasta akan tetapi juga lembaga pendidikan negeri. Atau lebih tepatnya tidak ada lagi lemabaga pendiidkan (sekolah) negeri atau pun swasta.
Bisnis pendidikan, persoalan itu yang kemudian mencuat ke permukaan. Etiskah bicara dan menyelenggarakan bisnis pendidikan dalam keterpurukan bangsa ini. Atau lebih substansial lagi, etiskah bicara dan menyelenggarakan bisnis pendidikan? Atau, apakah aktivitas penyelenggaraan pendidikan layak dianggap sebagai barang jasa yang memiliki nilai ekonomi tinggi?
Bila pendirian lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh yayasan pendidikan dengan tanpa memiliki lembaga usaha yang menopang pembiayaan penyelenggaraan pendidikan tersebut, atau bahkan lembaga pendidikan itu sendirilah yang menjadi penopang dana yayasan tersebut, mana bisa kita menyebut bahwa dasar pendirian lembaga pendidikan bahkan pendirian yayasan tersebut sama sekali bersifat nirlaba, bukan bisnis.
Dengan kata lain, lembaga pendidikan tersebut bukan didirikan dan diselenggarakan sebagai dimensi sosial dari suatu perusahaan besar, melainkan lembaga pendidikan itu merupakan perusahaan itu sendiri. Dengan kata lain, pendirian lembaga pendidikan benar-benar didasarkan pada orientasi bisnis. Lebih tegas lagi, boleh disebutkan bahwa ada kemungkinan pendirian yayasan pendidikan tidak lebih sekadar kedok untuk mendirikan bisnis pendidikan. Kedok etik dan menghindari besarnya pajak yang harus dikeluarkan.
Ratusan ribu lebih lembaga pendidikan di Indonesia, dari mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi, namun berapa persenkah (bila ada) dari lembaga pendidikan itu didirikan sebagai "kerja" yayasan yang ditopang oleh perusahan besar? Katakan seperti funding (yayasan) yang didirikan oleh perusahaan raksasa. Maka wajar kalau pun ada, yayasan pendidikan yang benar-benar murni nirlaba, karena ia tidak memiliki sumber dana yang memadai, lembaga tersebut dengan terpaksa berjalan tertatih-tatih hidup dengan dana yang sangat minim dari SPP, atau sumbangan lain yang tidak tentu dan tidak seberapa.
Yayasan pendidikan seperti ini terlahir dari keprihatinan komunitas kecil yang didorong karena tidak ada atau minimnya sekolah di daerahnya. Atau, keprihatinan terhadap sistem pendidikan nasional yang tergambar dari kurikulumnya, yang meraka anggap terlalu barat dan tidak memanusiakan. Yayasan seperti ini biasanya didirkan oleh komunitas majelis taklim atau pesantren yang berada daerah, atau kota-kota kecil. Bukan bisnis.
Dengan demikian, kesadaran nilai penting dan vitalnya institusi dan sarana pendidikan bukan hanya sekadar disadari oleh masyarakat Indonesia, bahkan mereka ikut serta secara aktif menyelenggarakan lembaga pendidikan, yang kadang tanpa mempertimbangkan kelayakan dan standar "formal" pendidikan yang didirikannya. Hal tersebut bisa dimaklumi, karena pendirian lembaga pendidikan yang mereka lakukan lebih didasarkan pada kesadaran moral belaka, bukan didasarkan pada profesonalisme.
Bila menjamurnya penyelenggaraan pendidikan yang didasarkan pada orientasi bisnis, apalagi kecenderungan tersebut diperkuat oleh adanya gerakan otonomi lembaga pendidikan di mana setiap lembaga pendidikan (termasuk lembaga pendidikan negeri) dituntut untuk menghidupi dan membiayai diri sendiri, maka bisnis di sektor pendidikan bukan lagi merupakan sesuatu yang mesti dianggap tabu dan tidak etis.
Persoalannya bagaimana kode etik dan prinsip-prinsip bisnis di sektor pendidikan ini dirumuskan, sehingga tidak mengabaikan kualitas pendidikan. Bahkan, bagaimana logika bisnis sektor pendidikan ini dirumuskan di atas prinsip, penyelenggaraan pendidikan dengan biaya serendah-rendahnya dengan kualitas setinggi-tingginya, dan bukan sebaliknya.
Secara umum pengelola lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan negeri yang tidak memiliki pengalaman mencari, mengolah dan mengelola dana secara mandiri, benar-benar kelimpungan. Di satu sisi mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk bisa survive, di sisi lain mereka berhadapan dengan beban etik dan fakta bahwa mereka sama sekali tidak memiliki pengalaman bisnis dan memasarkan lembaga pendidikannya.
Fenomena bisnis di sektor pendidikan pada akhirnya harus dilihat sebagai sebuah kemungkinan dan kesempatan yang positif, baik dari sisi praktis maupun sisi pengembangan khasanah teori-teori dan bidang ilmu pendidikan. Pada sisi praktis, bisnis ini memungkinkan lahirnya lapangan kerja yang profesional, baik pada bidang manajemen pendidikan, ekonomi pendidikan, pemasaran dan advertising dan lain sebagainya, serta akan meningkatkan kemampuan lembaga pendidikan tersebut untuk survive.
Dan secara akademik lahirnya cabang ilmu pengatahuan yang baru, yang berkenaan dengan kepentingan praktis tersebut menjadi mutlak adanya. Dan untuk itu, diperlukan suatu kajian yang spesifik dalam bidang tersebut, dan bukan mustahil untuk didirikannya progran studi yang relevan. Dengan adanya komunitas profesional dalam bidang tersebut, maka lahirnya kecenderungan dan tuntutan bisnis atau wirausaha dalam sektor pendidikan sedikit banyaknya bisa dipertanggungjawabkan secara akademis dan profesional.
Dengan demikian perguruan tinggi dan fakultas pendidikan memungkinkan untuk melebarkan sayapnya ke wilayah yang lebih luas. Bukan hanya berkisar pada persoalan proses, sarana dan metode pendidikan serta persoalan konvensional lainya, akan tetapi juga bisa berbicara pada wilayah yang lebih luas dan menjanjikan. Studi di fakultas atau perguruan tinggi bidang pendidikan bukan hanya sebatas untuk menjadi guru atau ahli dalam bidang pendidikan (dalam pengertian konvensional), akan tetapi juga menjadi ahli ekonomi, bisnis dan manajemen pendidikan yang memiliki peluang dan keahlian untuk membangun suatu industri pendidikan yang memiliki peluang ekonomi yang lebih menjanjikan.
Civitas akademika sebuah lembaga pendidikan yang selama ini sering dipandang sebagai insan pengabdi (komunitas dan masyarakat Umar Bakri) yang dianggap berseberangan dengan kepentingan-kepentingan untuk meningkatkan taraf ekonomi yang layak, bukan mustahil mampu menyejajarkan dengan komunitas wirausahawan (pelaku bisnis). Dengan meningkatnya taraf hidup mereka, "barangkali" bisa diharapkan pengabdian dan profesionalisme Umar Bakri ini meningkat karena mereka bisa lebih concern dengan profesinya, tidak perlu mencari tambahan dari kiri dan kanan. Insya Allah.***
Sepertinya asumsi ini perlu dipertanyakan ulang. Mungkin benar bahwa semakin tinggi biaya pendidikan semakin tinggi pula kualitas pendidikan, akan tetapi sulit dan mahalkah pendirian lembaga pendidikan? Pertanyaan itu pernah terlontar dalam sebuah obrolan sambil lalu yang tiba-tiba menjadi sangat serius. Seorang teman jebolan perguruan tinggi luar negeri menceritakan mahal dan rumitnya penyelenggaraan lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan tinggi. Yang lain mengungkap sejumlah sarat, prasarat, serta sarana yang mesti disediakan, secara teoretis tentunya. Pokoknya penyelenggaraan pendidikan tinggi bukan sesuatu yang bisa dilakukan sambil lalu.
Di tengan pembicaraan yang serius tersebut, tiba-tiba salah seorang teman tertawa terbahak-bahak. Ia bilang bahwa mendirikan lembaga pendidikan itu murah dan mudah. Cukup mempunyai yayasan dan beberapa lokal kelas. Bahkah, bila membangun lokal kelas masih dianggap terlalu mahal dan tidak ada dananya, bisa nebeng (ngontrak, sewa) lokal kelas dari sekolah yang ada. Kurikulum dan tetek bengek konsep sistem pendidikan yang akan didirikan tinggal menjiplak dari lembaga pendidikan yang telah berdiri. Praktis, mudah dan murah! Tidak perlu survei atau studi kelayakan segala macam. Mendirikan TK, sekolah dasar, sekolah menengah maupun perguruan tinggi, sama saja. Perbedaannya tidak seberapa! Urusan kualitas? Siapa yang peduli dengan kualitas, toh orang hanya peduli dengan ijazah! Dari pada ijazah palsu, mendingan ijazah yang asli kalau pun dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang bangunannya ngontrak!
Betulkah sedemikian murahnya mendirikan lembaga pendidikan? Ketika itu obrolan menjadi simpang-siur antara persolan penyelenggaraan lembaga pendidikan dengan bisnis pendidikan. Selama ini, wacana tentang bisnis pendidikan selalu dianggap tabu. Bahkan, tidak lama berselang, demo antibisnis pendidikan, bersamaan dengan itu media massa menyorot tajam persoalan tersebut yang didasarkan pada sejumlah indikasi. Yaitu tingginya biaya pendidikan yang disebabkan pengurangan subsidi pendidikan sebagai konsekuensi dari realisasi otonomi pendidikan.
Kini, dengan diterapkannya kebijakan otonomi pendidikan, yang semakin diperkecil dan akhirnya ditiadakannya dana (subsidi) pendidikan, secara konsekuensional bisnis pendidikan menjadi isu yang mengemuka dengan sendirinya. Dengan kata lain, pergeseran lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial non-profit (nirlaba) menjadi lembaga yang mau tidak mau harus mempertimbangkan kemungkinan profit yang lebih besar. Bila tidak, ia akan mati dengan sendirinya, karena tidak bisa membiayai aktivitas pendidikannya. Persoalan ini, pada akhirnya bukan hanya berlaku bagi lembaga pendidikan swasta akan tetapi juga lembaga pendidikan negeri. Atau lebih tepatnya tidak ada lagi lemabaga pendiidkan (sekolah) negeri atau pun swasta.
Bisnis pendidikan, persoalan itu yang kemudian mencuat ke permukaan. Etiskah bicara dan menyelenggarakan bisnis pendidikan dalam keterpurukan bangsa ini. Atau lebih substansial lagi, etiskah bicara dan menyelenggarakan bisnis pendidikan? Atau, apakah aktivitas penyelenggaraan pendidikan layak dianggap sebagai barang jasa yang memiliki nilai ekonomi tinggi?
Bila pendirian lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh yayasan pendidikan dengan tanpa memiliki lembaga usaha yang menopang pembiayaan penyelenggaraan pendidikan tersebut, atau bahkan lembaga pendidikan itu sendirilah yang menjadi penopang dana yayasan tersebut, mana bisa kita menyebut bahwa dasar pendirian lembaga pendidikan bahkan pendirian yayasan tersebut sama sekali bersifat nirlaba, bukan bisnis.
Dengan kata lain, lembaga pendidikan tersebut bukan didirikan dan diselenggarakan sebagai dimensi sosial dari suatu perusahaan besar, melainkan lembaga pendidikan itu merupakan perusahaan itu sendiri. Dengan kata lain, pendirian lembaga pendidikan benar-benar didasarkan pada orientasi bisnis. Lebih tegas lagi, boleh disebutkan bahwa ada kemungkinan pendirian yayasan pendidikan tidak lebih sekadar kedok untuk mendirikan bisnis pendidikan. Kedok etik dan menghindari besarnya pajak yang harus dikeluarkan.
Ratusan ribu lebih lembaga pendidikan di Indonesia, dari mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi, namun berapa persenkah (bila ada) dari lembaga pendidikan itu didirikan sebagai "kerja" yayasan yang ditopang oleh perusahan besar? Katakan seperti funding (yayasan) yang didirikan oleh perusahaan raksasa. Maka wajar kalau pun ada, yayasan pendidikan yang benar-benar murni nirlaba, karena ia tidak memiliki sumber dana yang memadai, lembaga tersebut dengan terpaksa berjalan tertatih-tatih hidup dengan dana yang sangat minim dari SPP, atau sumbangan lain yang tidak tentu dan tidak seberapa.
Yayasan pendidikan seperti ini terlahir dari keprihatinan komunitas kecil yang didorong karena tidak ada atau minimnya sekolah di daerahnya. Atau, keprihatinan terhadap sistem pendidikan nasional yang tergambar dari kurikulumnya, yang meraka anggap terlalu barat dan tidak memanusiakan. Yayasan seperti ini biasanya didirkan oleh komunitas majelis taklim atau pesantren yang berada daerah, atau kota-kota kecil. Bukan bisnis.
Dengan demikian, kesadaran nilai penting dan vitalnya institusi dan sarana pendidikan bukan hanya sekadar disadari oleh masyarakat Indonesia, bahkan mereka ikut serta secara aktif menyelenggarakan lembaga pendidikan, yang kadang tanpa mempertimbangkan kelayakan dan standar "formal" pendidikan yang didirikannya. Hal tersebut bisa dimaklumi, karena pendirian lembaga pendidikan yang mereka lakukan lebih didasarkan pada kesadaran moral belaka, bukan didasarkan pada profesonalisme.
Bila menjamurnya penyelenggaraan pendidikan yang didasarkan pada orientasi bisnis, apalagi kecenderungan tersebut diperkuat oleh adanya gerakan otonomi lembaga pendidikan di mana setiap lembaga pendidikan (termasuk lembaga pendidikan negeri) dituntut untuk menghidupi dan membiayai diri sendiri, maka bisnis di sektor pendidikan bukan lagi merupakan sesuatu yang mesti dianggap tabu dan tidak etis.
Persoalannya bagaimana kode etik dan prinsip-prinsip bisnis di sektor pendidikan ini dirumuskan, sehingga tidak mengabaikan kualitas pendidikan. Bahkan, bagaimana logika bisnis sektor pendidikan ini dirumuskan di atas prinsip, penyelenggaraan pendidikan dengan biaya serendah-rendahnya dengan kualitas setinggi-tingginya, dan bukan sebaliknya.
Secara umum pengelola lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan negeri yang tidak memiliki pengalaman mencari, mengolah dan mengelola dana secara mandiri, benar-benar kelimpungan. Di satu sisi mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk bisa survive, di sisi lain mereka berhadapan dengan beban etik dan fakta bahwa mereka sama sekali tidak memiliki pengalaman bisnis dan memasarkan lembaga pendidikannya.
Fenomena bisnis di sektor pendidikan pada akhirnya harus dilihat sebagai sebuah kemungkinan dan kesempatan yang positif, baik dari sisi praktis maupun sisi pengembangan khasanah teori-teori dan bidang ilmu pendidikan. Pada sisi praktis, bisnis ini memungkinkan lahirnya lapangan kerja yang profesional, baik pada bidang manajemen pendidikan, ekonomi pendidikan, pemasaran dan advertising dan lain sebagainya, serta akan meningkatkan kemampuan lembaga pendidikan tersebut untuk survive.
Dan secara akademik lahirnya cabang ilmu pengatahuan yang baru, yang berkenaan dengan kepentingan praktis tersebut menjadi mutlak adanya. Dan untuk itu, diperlukan suatu kajian yang spesifik dalam bidang tersebut, dan bukan mustahil untuk didirikannya progran studi yang relevan. Dengan adanya komunitas profesional dalam bidang tersebut, maka lahirnya kecenderungan dan tuntutan bisnis atau wirausaha dalam sektor pendidikan sedikit banyaknya bisa dipertanggungjawabkan secara akademis dan profesional.
Dengan demikian perguruan tinggi dan fakultas pendidikan memungkinkan untuk melebarkan sayapnya ke wilayah yang lebih luas. Bukan hanya berkisar pada persoalan proses, sarana dan metode pendidikan serta persoalan konvensional lainya, akan tetapi juga bisa berbicara pada wilayah yang lebih luas dan menjanjikan. Studi di fakultas atau perguruan tinggi bidang pendidikan bukan hanya sebatas untuk menjadi guru atau ahli dalam bidang pendidikan (dalam pengertian konvensional), akan tetapi juga menjadi ahli ekonomi, bisnis dan manajemen pendidikan yang memiliki peluang dan keahlian untuk membangun suatu industri pendidikan yang memiliki peluang ekonomi yang lebih menjanjikan.
Civitas akademika sebuah lembaga pendidikan yang selama ini sering dipandang sebagai insan pengabdi (komunitas dan masyarakat Umar Bakri) yang dianggap berseberangan dengan kepentingan-kepentingan untuk meningkatkan taraf ekonomi yang layak, bukan mustahil mampu menyejajarkan dengan komunitas wirausahawan (pelaku bisnis). Dengan meningkatnya taraf hidup mereka, "barangkali" bisa diharapkan pengabdian dan profesionalisme Umar Bakri ini meningkat karena mereka bisa lebih concern dengan profesinya, tidak perlu mencari tambahan dari kiri dan kanan. Insya Allah.***
Fenomena ini sudah saya lihat sebelum saya lulus dari Jurusan Manajemen Konsentarsi Kuangan Daerah di Universitas Negeri Bengkulu tahun 2006, dimana saat saya mulai penelitian sebagai syarat untuk memperoleh gelar master di salah satu sekolah di Mahoni, kota Bengkulu. Tahun 2009 sekolah tersebut mulai menerima jalur RSBI.
Bisnis sekolah memang suatu bisnis yang sangat menguntungkan. Bagaimana tidak? Dengan perhitungan bisnis, misalnya untuk biaya pembangunan gedung, sarana dan prasarana bisa didapat langsung dari uang pendaftaran, seragam, uang gedung (uang buku?) yang jumlahnya tidak sedikit dan wajib dibayar dimuka. Sedangkan untuk gaji guru dan keperluan sehari-hari bisa didapat dari uang spp murid, pendek kata semua uang diterima dimuka (khusus sekolah RSBI lho bukan reguler).
Melihat promosi sekolah, tak beda seperti lihat promosi supermarket karena pendidikan sudah menjadi industri saat ini. Jadi, karena dia memang suatu bisnis, maka sudah tahu apa yang harus dilakukan: bersaing! Lihat saja apa yang mereka tawarkan ke orang tua murid; bilingual, active learning, multiple intelegencies, kelas internasional, sekolah dengan IB Program, sekolah dengan berbagai macam ekskul yang tentu saja itu semua harus diganjar dengan uang tidak murah Bengkulu
Lantas bagaimana kualitas guru? Jangan berharap!! Asalkan mereka mau mengajar dan bisa bahasa inggris kalau perlu agak kelihatan bule-bule sedikit jadilah mereka guru, perkara bagaimana penampilan membawakan pelajaran di depan kelas, memahami kurikulum atau tidak, tujuan pembelajaran mau dibawa kemana, siswa mengerti atau tidak itu nomor belakang (malah jangan-jangan si bule, backpacker dari jalan Pantai Panjang lagi). Yang penting sekolah ini menawarkan IB program atau tidak, ada tulisan bilingual, active learning, multiple intellegence dll apa tidak di spanduk mereka. (dan lucunya lagi itu semua seperti kambuhan, kalau satu sekolah sdengan satu metode yang diambil dari suatu negara antah berantah dan bisa sukses menjaring murid sebanyak-banyaknya, beramai-ramai tahun berikutnya berbagai sekolah bermunculan dengan metode tersebut)
Orang tua pun puas bila anaknya pulang cerita,
"Bu Bapak anu orang cakep/cantik pinter dari Jawa/sumatera loo".
"Kami tadi di kantin makan-makanannya sehat semua loo"
Sehingga seolah lepas beban orang tua mendidik anak, tanpa mereka selidiki dulu, si cakep/cantik di pengalamannya belajar pengelolaan kelas apa tidak, apakah dia memahami psikologis anak atau tidak, faktor stress anak dalam belajar diperhatikan atau tidak. Pokoknya mah asal kelihatan pinter, pasti segalanya OK.
Dari sisi sekolah pun orang tua seharusnya meminta kurikulum apa yang dipakai sekolah. Kalau benar active learning sampai sejauh mana kebenaran penerapan kurikulum itu di kelas, apa cuma tempel papan nama saja?
Ironi memang, disaat kita semua berteriak memajukan pendidikan, pendidikan malah dijadikan dijadikan ajang bisnis.
Bisnis sekolah memang suatu bisnis yang sangat menguntungkan. Bagaimana tidak? Dengan perhitungan bisnis, misalnya untuk biaya pembangunan gedung, sarana dan prasarana bisa didapat langsung dari uang pendaftaran, seragam, uang gedung (uang buku?) yang jumlahnya tidak sedikit dan wajib dibayar dimuka. Sedangkan untuk gaji guru dan keperluan sehari-hari bisa didapat dari uang spp murid, pendek kata semua uang diterima dimuka (khusus sekolah RSBI lho bukan reguler).
Melihat promosi sekolah, tak beda seperti lihat promosi supermarket karena pendidikan sudah menjadi industri saat ini. Jadi, karena dia memang suatu bisnis, maka sudah tahu apa yang harus dilakukan: bersaing! Lihat saja apa yang mereka tawarkan ke orang tua murid; bilingual, active learning, multiple intelegencies, kelas internasional, sekolah dengan IB Program, sekolah dengan berbagai macam ekskul yang tentu saja itu semua harus diganjar dengan uang tidak murah Bengkulu
Lantas bagaimana kualitas guru? Jangan berharap!! Asalkan mereka mau mengajar dan bisa bahasa inggris kalau perlu agak kelihatan bule-bule sedikit jadilah mereka guru, perkara bagaimana penampilan membawakan pelajaran di depan kelas, memahami kurikulum atau tidak, tujuan pembelajaran mau dibawa kemana, siswa mengerti atau tidak itu nomor belakang (malah jangan-jangan si bule, backpacker dari jalan Pantai Panjang lagi). Yang penting sekolah ini menawarkan IB program atau tidak, ada tulisan bilingual, active learning, multiple intellegence dll apa tidak di spanduk mereka. (dan lucunya lagi itu semua seperti kambuhan, kalau satu sekolah sdengan satu metode yang diambil dari suatu negara antah berantah dan bisa sukses menjaring murid sebanyak-banyaknya, beramai-ramai tahun berikutnya berbagai sekolah bermunculan dengan metode tersebut)
Orang tua pun puas bila anaknya pulang cerita,
"Bu Bapak anu orang cakep/cantik pinter dari Jawa/sumatera loo".
"Kami tadi di kantin makan-makanannya sehat semua loo"
Sehingga seolah lepas beban orang tua mendidik anak, tanpa mereka selidiki dulu, si cakep/cantik di pengalamannya belajar pengelolaan kelas apa tidak, apakah dia memahami psikologis anak atau tidak, faktor stress anak dalam belajar diperhatikan atau tidak. Pokoknya mah asal kelihatan pinter, pasti segalanya OK.
Dari sisi sekolah pun orang tua seharusnya meminta kurikulum apa yang dipakai sekolah. Kalau benar active learning sampai sejauh mana kebenaran penerapan kurikulum itu di kelas, apa cuma tempel papan nama saja?
Ironi memang, disaat kita semua berteriak memajukan pendidikan, pendidikan malah dijadikan dijadikan ajang bisnis.
25 LANGKAH JITU AGAR LULUS UASBN DAN UN
Kelulusan dalam ujian nasional tidak hanya ditentukan kesiapan dan kesigapan kita menjawab soal-soal ujian dalam waktu 120 menit. Butuh waktu dan persiapan mantap untuk dapat lulus dengan hasil terbaik . Dalam tulisan, penulis menyajikan tips persiapan dan juga tips menghadapi ujian di hari H. Kedua puluh lima langkah yang dituliskan berikut merupakan tips yang dapat Anda pratikkan denganmudah. Tips tersebut sebagian merupakan hal-hal sederhana yang kadang kala dilupakan. Langkah-langkah persiapan ujian ini dibagi menjadi 3 tahap sebagai berikut.A. Saat Ini hingga tiga hari menjelang hari H
1.Belajar dengan cara terbaik sesuai dengan gaya belajar Anda.
2.Perbanyak berkonsultasi dengan guru mata pelajaran dan berdiskusi dengan teman mengenai materi yang Anda rasa belum kuasai.
3.Ikuti kegiatan bimbingan belajar jika memungkinkan dari sisi waktu dan biaya.
4.Miliki panduan materi, soal-soal UN tahun sebelumnya, dan prediksi soal beserta pembahasannya.
5.Ikuti program persiapan belajar yang disiapkan oleh sekolah. Misalnya, bimbingan belajar sore hari.
6.Ikuti try out yang biasanya dilakukan lembaga bimbingan belajar atau Praujian yang biasa di programkan sekolah.
7.Berlatihlah menyelesaikan soal-soal UN atau soal prediksi UN dan periksa sendiri jawaban Anda dengan mencocokkan kunci jawaban yang biasanya tersedia.
8.Siapkan perlengkapan ujian yang Anda butuhkan, seperti pensil, mistar, dan penghapus.
9.Jaga kesehatan agar tetap fit dengan berolah raga dan mengonsumsi makanan bergizi.
10.Berdoa agar dapat lulu UN dan minta didoakan kepada orang tua dan keluarga dekat lainnya.
B. Tiga hari hingga satu hari menjelang hari H
11.Kurangi kegiatan belajar Anda, cukup mengulangi kembali beberapa materi yang Anda anggap perlu. Bahkan jika Anda sudah yakin menguasai materi pelajaran, hentikan saja kegiatan belajar Anda dan manfaatkan waktu untuk istirahat.
12.Bacalah dan ketahui dengan jelas aturan-aturan yang diberlakukan dalam seperti tata tertib pelaksanaan UN.
13.Perbanyak kegiatan hiburan dan kegiatan bersenang-senang lainnya sehingga perasaan Anda menjadi rileks dan tidak terbebani.
14.Pastikan Anda mengetahui jadwal mata pelajaran yang diujikan sehingga Anda betul-betul siap menghadapinya.
15.Periksa kembali perlengkapan belajar Anda. Jika ada yang belum lengkap segera lengkapi.
C. Pada hari H
16.Tidurlah lebih cepat dari biasanya agar fisik Anda prima dan tidak mengantuk saat ujian berlangsung.
17.Siapkan alat tulis menulis yang Anda siapkan pada saat ujian, kartus tes, papan pengalas, dan jam tangan (jika ada) sebelum tidur.
18.Bangun pagi-pagi. Jangan lupa sarapan dan meminta restu kedua orang tua sebelum berangkat ke sekolah.
19.Usahakan tiba di lokasi ujian paling lambat 30 menit sebelum ujian dimulai.
20.Jangan lupa membaca doa sebelum memulai menjawab soal.
21.Santai saja, jangan terbebani/tegang pada saat menjawab soal-soal ujian. Tanamkan optimisme dan kepercayaan diri bahwa Anda bisa menjawab dengan benar. Ingat ketegangan dapat membuyarkan konsentrasi Anda!
22.Jaga Lembar Jawaban Komputer Anda agar tetap bersih, tidak terlipat, jangan sama sekali di corat-coret.
23.Kontrol waktu Anda, jangan sampai waktu berakhir tetapi pekerjaan Anda belum selesai. Jika tidak memiliki jam tangan dan pengawas tidak menyampaikan, jangan ragu untuk bertanya kepada pengawas mengenai waktu yang masih tersisa.
24.Periksa kembali jawaban dan data diri Anda sebelum menyerahkan LJK ke pengawas. Pastikan bahwa data diri Anda (nama, nomor ujian, kode sekolah, dan lainnya) terisi dengan benar. Begitu pula pastikan bahwa semua soal telah terjawab.
25.Pastikan LJK Anda telah diterima pengawas sebelum meninggalkan ruangan ujian.
Jika Sanak-sanak setuju ke amboko silakan dipratikkan. Selamat, semoga lulus ujian!
1.Belajar dengan cara terbaik sesuai dengan gaya belajar Anda.
2.Perbanyak berkonsultasi dengan guru mata pelajaran dan berdiskusi dengan teman mengenai materi yang Anda rasa belum kuasai.
3.Ikuti kegiatan bimbingan belajar jika memungkinkan dari sisi waktu dan biaya.
4.Miliki panduan materi, soal-soal UN tahun sebelumnya, dan prediksi soal beserta pembahasannya.
5.Ikuti program persiapan belajar yang disiapkan oleh sekolah. Misalnya, bimbingan belajar sore hari.
6.Ikuti try out yang biasanya dilakukan lembaga bimbingan belajar atau Praujian yang biasa di programkan sekolah.
7.Berlatihlah menyelesaikan soal-soal UN atau soal prediksi UN dan periksa sendiri jawaban Anda dengan mencocokkan kunci jawaban yang biasanya tersedia.
8.Siapkan perlengkapan ujian yang Anda butuhkan, seperti pensil, mistar, dan penghapus.
9.Jaga kesehatan agar tetap fit dengan berolah raga dan mengonsumsi makanan bergizi.
10.Berdoa agar dapat lulu UN dan minta didoakan kepada orang tua dan keluarga dekat lainnya.
B. Tiga hari hingga satu hari menjelang hari H
11.Kurangi kegiatan belajar Anda, cukup mengulangi kembali beberapa materi yang Anda anggap perlu. Bahkan jika Anda sudah yakin menguasai materi pelajaran, hentikan saja kegiatan belajar Anda dan manfaatkan waktu untuk istirahat.
12.Bacalah dan ketahui dengan jelas aturan-aturan yang diberlakukan dalam seperti tata tertib pelaksanaan UN.
13.Perbanyak kegiatan hiburan dan kegiatan bersenang-senang lainnya sehingga perasaan Anda menjadi rileks dan tidak terbebani.
14.Pastikan Anda mengetahui jadwal mata pelajaran yang diujikan sehingga Anda betul-betul siap menghadapinya.
15.Periksa kembali perlengkapan belajar Anda. Jika ada yang belum lengkap segera lengkapi.
C. Pada hari H
16.Tidurlah lebih cepat dari biasanya agar fisik Anda prima dan tidak mengantuk saat ujian berlangsung.
17.Siapkan alat tulis menulis yang Anda siapkan pada saat ujian, kartus tes, papan pengalas, dan jam tangan (jika ada) sebelum tidur.
18.Bangun pagi-pagi. Jangan lupa sarapan dan meminta restu kedua orang tua sebelum berangkat ke sekolah.
19.Usahakan tiba di lokasi ujian paling lambat 30 menit sebelum ujian dimulai.
20.Jangan lupa membaca doa sebelum memulai menjawab soal.
21.Santai saja, jangan terbebani/tegang pada saat menjawab soal-soal ujian. Tanamkan optimisme dan kepercayaan diri bahwa Anda bisa menjawab dengan benar. Ingat ketegangan dapat membuyarkan konsentrasi Anda!
22.Jaga Lembar Jawaban Komputer Anda agar tetap bersih, tidak terlipat, jangan sama sekali di corat-coret.
23.Kontrol waktu Anda, jangan sampai waktu berakhir tetapi pekerjaan Anda belum selesai. Jika tidak memiliki jam tangan dan pengawas tidak menyampaikan, jangan ragu untuk bertanya kepada pengawas mengenai waktu yang masih tersisa.
24.Periksa kembali jawaban dan data diri Anda sebelum menyerahkan LJK ke pengawas. Pastikan bahwa data diri Anda (nama, nomor ujian, kode sekolah, dan lainnya) terisi dengan benar. Begitu pula pastikan bahwa semua soal telah terjawab.
25.Pastikan LJK Anda telah diterima pengawas sebelum meninggalkan ruangan ujian.
Jika Sanak-sanak setuju ke amboko silakan dipratikkan. Selamat, semoga lulus ujian!
KIAT SUKSES BELAJAR BAHASA INGGRIS
Anda mungkin saja sudah mengetahui tips belajar bahasa Inggris, tetapi jika Anda tidak mulai melaksanakannya, itu berarti Anda tidak akan mencapai keberhasilan apapun. Oleh karena itu metode ini tidak hanya dibaca saja; tetapi juga dibaca dan dilaksanakan.
Berikut ini adalah kiat belajar bahasa Inggris:
Imaginasikan anda kita di masa depan
1. Bayangkan anda dapat berbicara dengan native speakers seperti layaknya anda berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
2. Bayangkan orang lain ingin berbicara selancar Aanda.
3. Bayangkan mudahnya menulis e-mail ke siapa saja di seluruh dunia.
Ingat bahwa anda sudah baik.
1. Anda sudah tahu sedikit bahasa Inggris. Ini adalah langkah menuju sukses yang penting sekali!
2. Sekarang waktunya untuk kesuksesan yang lebih besar. Waktunya untuk memulai dengan metode belajar yang lebih efektif. Saatnya untuk mahir berbahasa Inggris secara impresif.
Gunakan bahasa Inggris kapan saja.
Ini sangat penting. Semakin banyak anda memakai bahasa Inggris, semakin banyak yang ingin anda pelajari. Karena bahasa Inggris itu begitu popular maka anda dapat menggunakannya di mana-mana.
1. anda dapat menggunakan Yahoo untuk menemukan website berbahasa Inggris dengan informasi yang menarik.
2. Anda dapat menonton film Amerika atau lainnya atau bermain game petualangan di internet dengan bahasa Inggris,
3. Membaca buku yang menarik dalam bahasa Inggris atau anda dapat menulis hal-hal yang menarik. Jika anda melakukan hal-hal ini, anda tidak hanya belajar bahasa Inggris tetapi juga menikmatinya.
4. Jika anda melihat bahwa sebuah kata asing membuat anda bisa mengerti pertunjukkan TV favorit anda (atau berkomunikasi dengan orang lain atau mengalahkan sebuah game komputer), itu berarti anda akan ingin belajar lebih banyak lagi kata-kata asing lainnya.
Temukan teman yang juga belajar bahasa Inggris
Jika anda dapat menemukan seseorang yang belajar bahasa Inggris dan berada pada ketrampilan yang sama, anda akan berada pada situasi yang baik sekali:
1. Anda dapat mencari seseorang yang bisa diajak berbicara dalam bahasa Inggris.
2. Percakapan dalam bahasa Inggris akan meningkatkan minat Anda dalam berbahasa Inggris.
3. Belajar akan menjadi lebih mudah, karena anda bisa mendiskusikan masalah anda dengannya.
4. Anda akan belajar lebih banyak tentang bahasa Inggris, karena Anda ingin menjadi lebih baik dari pada teman anda.
anda harus bertemu dengan teman anda secara teratur. Idealnya dia sebaiknya tinggal dekat dengan anda, pergi ke sekolah yang sama. Jika anda benar-benar tidak dapat menemukan seorangpun yang ingin belajar bahasa Inggris, anda bisa mencoba menemukan seseorang dengan menggunakan e-mail. Ini adalah solusi yang kurang begitu efektif: percakapanmu akan lebih sedikit, dan sulit untuk berkompetisi dengan seseorang yang tidak begitu mengenal anda.
Belajar bahasa Inggris adalah investasi
Jika anda menghabiskan uang untuk sesuatu yang berharga maka anda ingin menggunakannya. Contohnya, jika anda membeli raket tenis yang mahal maka anda akan pergi bermain tenis setiap hari. Hal ini berlaku pula dengan bahasa Inggris. Jika anda ingin meningkatkan keinginan Ada belajar bahasa Inggris maka investasikanlah uang anda untuk belajar bahasa Inggris.
Bacalah berbagai bacaan bahasa inggris
Kursus bahasa Inggris Jarak Jauh
Anda bisa mengikuti kursus bahasa Inggris di kota tempat anda berada. Namun bila anda terlalu sibuk maka ada alternative lain. anda bisa pula mengikuti kursus bahasa Inggris jarak jauh. Manfaat mengikuti kursus jarak jauh antara lain:
1. anda bisa belajar dimanapun. Materi kursus bisa dipelajari di rumah, di kantor atau pun di tempat kerja.
2. Waktu dan lama kursus juga fleksibel. anda tidak perlu bersusah payah ke tempat kursus bila hari hujan, atau bila anda sedang sibuk. Setiap saat kalau sempat maka anda bisa mempelajari materi kursus.
3. Bila anda disiplin dan mengerjakan semua pekerjaan rumah, maka anda bisa menyelesaikan kursus pada waktunya dan menerima sertifikat yang berguna untuk menunjang karir anda.
Sumber: www.duniaguru.com
Anda bisa memperoleh informasi kursus jarak jauh secara mendetail pada link:
www.geocities.com/celmalang/jarak_jauh.htm. atau
www.englishland.or.id/jarak_jauh.htm
Ingat! Belajar bahasa Inggris membutuhkan usaha. Suatu usaha yang sungguh-sungguh akan mendatangkan manfaat yang besar bagi masa depan
Berikut ini adalah kiat belajar bahasa Inggris:
Imaginasikan anda kita di masa depan
1. Bayangkan anda dapat berbicara dengan native speakers seperti layaknya anda berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
2. Bayangkan orang lain ingin berbicara selancar Aanda.
3. Bayangkan mudahnya menulis e-mail ke siapa saja di seluruh dunia.
Ingat bahwa anda sudah baik.
1. Anda sudah tahu sedikit bahasa Inggris. Ini adalah langkah menuju sukses yang penting sekali!
2. Sekarang waktunya untuk kesuksesan yang lebih besar. Waktunya untuk memulai dengan metode belajar yang lebih efektif. Saatnya untuk mahir berbahasa Inggris secara impresif.
Gunakan bahasa Inggris kapan saja.
Ini sangat penting. Semakin banyak anda memakai bahasa Inggris, semakin banyak yang ingin anda pelajari. Karena bahasa Inggris itu begitu popular maka anda dapat menggunakannya di mana-mana.
1. anda dapat menggunakan Yahoo untuk menemukan website berbahasa Inggris dengan informasi yang menarik.
2. Anda dapat menonton film Amerika atau lainnya atau bermain game petualangan di internet dengan bahasa Inggris,
3. Membaca buku yang menarik dalam bahasa Inggris atau anda dapat menulis hal-hal yang menarik. Jika anda melakukan hal-hal ini, anda tidak hanya belajar bahasa Inggris tetapi juga menikmatinya.
4. Jika anda melihat bahwa sebuah kata asing membuat anda bisa mengerti pertunjukkan TV favorit anda (atau berkomunikasi dengan orang lain atau mengalahkan sebuah game komputer), itu berarti anda akan ingin belajar lebih banyak lagi kata-kata asing lainnya.
Temukan teman yang juga belajar bahasa Inggris
Jika anda dapat menemukan seseorang yang belajar bahasa Inggris dan berada pada ketrampilan yang sama, anda akan berada pada situasi yang baik sekali:
1. Anda dapat mencari seseorang yang bisa diajak berbicara dalam bahasa Inggris.
2. Percakapan dalam bahasa Inggris akan meningkatkan minat Anda dalam berbahasa Inggris.
3. Belajar akan menjadi lebih mudah, karena anda bisa mendiskusikan masalah anda dengannya.
4. Anda akan belajar lebih banyak tentang bahasa Inggris, karena Anda ingin menjadi lebih baik dari pada teman anda.
anda harus bertemu dengan teman anda secara teratur. Idealnya dia sebaiknya tinggal dekat dengan anda, pergi ke sekolah yang sama. Jika anda benar-benar tidak dapat menemukan seorangpun yang ingin belajar bahasa Inggris, anda bisa mencoba menemukan seseorang dengan menggunakan e-mail. Ini adalah solusi yang kurang begitu efektif: percakapanmu akan lebih sedikit, dan sulit untuk berkompetisi dengan seseorang yang tidak begitu mengenal anda.
Belajar bahasa Inggris adalah investasi
Jika anda menghabiskan uang untuk sesuatu yang berharga maka anda ingin menggunakannya. Contohnya, jika anda membeli raket tenis yang mahal maka anda akan pergi bermain tenis setiap hari. Hal ini berlaku pula dengan bahasa Inggris. Jika anda ingin meningkatkan keinginan Ada belajar bahasa Inggris maka investasikanlah uang anda untuk belajar bahasa Inggris.
Bacalah berbagai bacaan bahasa inggris
Kursus bahasa Inggris Jarak Jauh
Anda bisa mengikuti kursus bahasa Inggris di kota tempat anda berada. Namun bila anda terlalu sibuk maka ada alternative lain. anda bisa pula mengikuti kursus bahasa Inggris jarak jauh. Manfaat mengikuti kursus jarak jauh antara lain:
1. anda bisa belajar dimanapun. Materi kursus bisa dipelajari di rumah, di kantor atau pun di tempat kerja.
2. Waktu dan lama kursus juga fleksibel. anda tidak perlu bersusah payah ke tempat kursus bila hari hujan, atau bila anda sedang sibuk. Setiap saat kalau sempat maka anda bisa mempelajari materi kursus.
3. Bila anda disiplin dan mengerjakan semua pekerjaan rumah, maka anda bisa menyelesaikan kursus pada waktunya dan menerima sertifikat yang berguna untuk menunjang karir anda.
Sumber: www.duniaguru.com
Anda bisa memperoleh informasi kursus jarak jauh secara mendetail pada link:
www.geocities.com/celmalang/jarak_jauh.htm. atau
www.englishland.or.id/jarak_jauh.htm
Ingat! Belajar bahasa Inggris membutuhkan usaha. Suatu usaha yang sungguh-sungguh akan mendatangkan manfaat yang besar bagi masa depan
PERINGKAT UNIVERSITAS DI INDONESIA
Universitas anda, ada tidak?
Sebagai informasi tambahan barangkali ada saudara, teman, kenalan, atau siapa saja, yang mau masuk ke perguruan tinggi Negeri. Berikut ini adalah informasi peringkat 200 Universitas paling TOP se-Asia.
Indonesia mendudukkan beberapa universitas dalam perangkingan ini.
50 University of INDONESIA
63 Universitas GADJAH MADA
80 BANDUNG Institute of Technology (ITB)
119 BOGOR Agricultural University
130 AIRLANGGA University
171 DIPONEGORO University
171 SEBELAS Maret University
191 University of BRAWIJAYA
Sebagai informasi tambahan barangkali ada saudara, teman, kenalan, atau siapa saja, yang mau masuk ke perguruan tinggi Negeri. Berikut ini adalah informasi peringkat 200 Universitas paling TOP se-Asia.
Indonesia mendudukkan beberapa universitas dalam perangkingan ini.
50 University of INDONESIA
63 Universitas GADJAH MADA
80 BANDUNG Institute of Technology (ITB)
119 BOGOR Agricultural University
130 AIRLANGGA University
171 DIPONEGORO University
171 SEBELAS Maret University
191 University of BRAWIJAYA
Minggu, 24 Mei 2009
Harapan kepada Anggota DPR/DPRD
Penghitungan suara pemilu legislatif 2009 sudah mulai mengarah pada pembagian kursi DPR/DPRD. Siapa dan dari partai apa yang akan duduk di sana hingga lima tahun mendatang sudah terprediksi. Kita tinggal menunggu hasil final yang sah dari Komisi Pemilihan Umum pusat dan daerah.
Para calon anggota legislatif yang sudah diperkirakan menjadi anggota legislatif di jenjang mana saja perlu diwanti-wanti sejak dini, yaitu harus mengacu pada peristiwa yang sudah-sudah. Kata karuhun Sunda, ngeunteung ka nu enggeus-enggeus. Jangan diabaikan peristiwa pahit yang pernah menimpa anggota DPR/DPRD periode 1999-2004 dan 2004-2009.
Prestasi dan reputasi anggota DPR/DPRD pada dua periode itu memang sulit dilacak. Hal itu wajar mengingat kebaikan dan kebajikan seseorang akan cepat dilupakan. Adapun keburukan, kejelekan, dan kejahatan, baik perorangan maupun kelompok, sulit dilupakan. Apalagi, hal itu dilakukan wakil rakyat yang terhormat.
Mayoritas rakyat tidak tahu apa yang dihasilkan anggota DPR/DPRD masa bakti 1999-2004 dan 2004-2009 yang bersentuhan langsung dengan kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Namun, semua lapisan masyarakat tahu dan tidak akan pernah lupa bahwa sebagian dari anggota DPR/DPRD itu terlibat kasus hukum, terutama korupsi, baik sendirian maupun berjemaah. Ada kasus yang sudah terselesaikan melalui jalur hukum dan beberapa anggota DPR/DPRD menjalani hukuman pidana. Ada juga yang mencoba mengajukan permohonan banding, kasasi, atau peninjauan kembali (PK) sehingga kasusnya belum terselesaikan.
Sebagai contoh, 14 anggota DPRD Kabupaten Garut periode 1999-2004 mendapatkan vonis Mahkamah Agung masing-masing empat tahun penjara akibat terbukti mengorupsi dana APBD Rp 6 miliar. Kasasi mereka ditolak dan mereka harus segera masuk penjara. Namun, mereka masih berupaya mengajukan PK dan tetap bebas. Itu dilakukan karena mengacu pada kasus sama yang menimpa seorang ketua dan tiga wakil ketua DPRD periode itu. Mereka bebas di tingkat PK tanpa harus mendekam di penjara walaupun di tingkat banding dan kasasi divonis masing-masing empat tahun penjara. Kasus di Garut terjadi pula di sejumlah kabupaten/kota lain.
Tak sejalan aspirasi
Di tingkat DPRD Jawa Barat, masyarakat pernah dihebohkan dengan kasus Kavlinggate yang melibatkan anggota DPRD Jabar 1999-2004. Mungkin para pelaku, baik di legislatif maupun eksekutif, merasa bersih karena beberapa tokoh DPRD dibebaskan dari tuntutan hukum. Namun, hati kecil mereka pasti berbisik lain. Masyarakat juga tidak akan mudah melupakan begitu saja. Hukum memang kadang-kadang tak sejalan dengan aspirasi banyak orang.
Pada periode 2004-2009 kasus korupsi banyak menimpa anggota DPR. Beberapa orang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akibat berbagai kasus. Ada juga anggota DPR yang terpaksa "lengser keprabon" akibat kasus asusila.
Itu semua eunteung (cermin), tempat anggota DPR/DPRD baru menatap wajah dan perilaku seniornya dulu agar tidak menimpa mereka sekarang. Itu semua lubang tempat terperosok para wakil rakyat ke tempat hina dina, semacam lubang yang selalu diingat keledai. Jadi, makhluk paling dungu itu tidak pernah terperosok dua kali ke lubang yang sama.
Kita semua percaya, anggota DPR/ DPRD yang kemarin kita pilih dengan penuh pengorbanan perasaan, waktu, dan tenaga bukanlah keledai-keledai dungu, kecuali jika mereka kelak kembali tersangkut kasus yang sama sebangun.
Menjadi anggota DPR/ DPRD, sebagaimana hidup, hanyalah sementara. Namun, kesempatan itu bukan untuk mangpang-meungpeung (aji mumpung), bukan untuk makmak-mekmek (kenyang sendiri) dan poho ka wiwitan (lupa diri). Itu juga bukan tempat untuk pulang modal (mengembalikan modal) yang menjadi ladang usaha untuk mengganti biaya kampanye. Sebab, jika demikian, berarti anggota DPR/DPRD sama saja dengan mikeun beuheung teukteukeun (menyerahkan diri untuk dihukum), baik oleh KPK, Pengadilan Tipikor, maupun masyarakat.
Menjalankan amanah
Kata R Brataatmadja, penulis guguritan pupuh Asmarandana, hidup di dunia ini darma wawayangan bae, cuma sementara. Raga taya pangawasa (tak punya daya upaya apa pun). Jadi, lamun kasasar lampah (kalau menyeleweng), akan timbul napsu nu matak kaduhung (sesal berkepanjangan) dan badan anu katempuhan (harus menanggung aib).
Jadilah wakil rakyat yang teguh kukuh memegang dan menjalankan amanah rakyat; tidak unggut kalinduan, gedag kaanginan (mudah tergoda). Jangan pangarahan (ingin mendapatkan imbalan lebih). Jangan pula beungeut nyanghareup, ati mungkir (munafik).
Rakyat berharap anggota DPR/DPRD clik putih clak herang (tulus ikhlas); betul-betul nilas saplasna, ngadek sacekna; konsisten memenuhi janji dan menjalankan tugas dan kewajiban secara murni dan konsekuen.
Rakyat juga pasti berharap tidak ada lagi anggota DPR/DPRD 2009-2014 ditangkap KPK, diajukan ke pengadilan akibat kasus korupsi dan sejenisnya, di-recall akibat perbuatan asusila, dan lain-lain. Mudah-mudahan ini bukan harapan kosong ngudag-ngudag kalangkang heulang; tetapi benar-benar terpenuhi dan terbukti. Jangan sampai lieuk beuheung sosonggeteun, menunggu dan menunggu tanpa hasil apa-apa.
WAWANG F RATNAWULAN Aktivis Perempuan; Bergiat di Fatayat NU Kabupaten Garut
Para calon anggota legislatif yang sudah diperkirakan menjadi anggota legislatif di jenjang mana saja perlu diwanti-wanti sejak dini, yaitu harus mengacu pada peristiwa yang sudah-sudah. Kata karuhun Sunda, ngeunteung ka nu enggeus-enggeus. Jangan diabaikan peristiwa pahit yang pernah menimpa anggota DPR/DPRD periode 1999-2004 dan 2004-2009.
Prestasi dan reputasi anggota DPR/DPRD pada dua periode itu memang sulit dilacak. Hal itu wajar mengingat kebaikan dan kebajikan seseorang akan cepat dilupakan. Adapun keburukan, kejelekan, dan kejahatan, baik perorangan maupun kelompok, sulit dilupakan. Apalagi, hal itu dilakukan wakil rakyat yang terhormat.
Mayoritas rakyat tidak tahu apa yang dihasilkan anggota DPR/DPRD masa bakti 1999-2004 dan 2004-2009 yang bersentuhan langsung dengan kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Namun, semua lapisan masyarakat tahu dan tidak akan pernah lupa bahwa sebagian dari anggota DPR/DPRD itu terlibat kasus hukum, terutama korupsi, baik sendirian maupun berjemaah. Ada kasus yang sudah terselesaikan melalui jalur hukum dan beberapa anggota DPR/DPRD menjalani hukuman pidana. Ada juga yang mencoba mengajukan permohonan banding, kasasi, atau peninjauan kembali (PK) sehingga kasusnya belum terselesaikan.
Sebagai contoh, 14 anggota DPRD Kabupaten Garut periode 1999-2004 mendapatkan vonis Mahkamah Agung masing-masing empat tahun penjara akibat terbukti mengorupsi dana APBD Rp 6 miliar. Kasasi mereka ditolak dan mereka harus segera masuk penjara. Namun, mereka masih berupaya mengajukan PK dan tetap bebas. Itu dilakukan karena mengacu pada kasus sama yang menimpa seorang ketua dan tiga wakil ketua DPRD periode itu. Mereka bebas di tingkat PK tanpa harus mendekam di penjara walaupun di tingkat banding dan kasasi divonis masing-masing empat tahun penjara. Kasus di Garut terjadi pula di sejumlah kabupaten/kota lain.
Tak sejalan aspirasi
Di tingkat DPRD Jawa Barat, masyarakat pernah dihebohkan dengan kasus Kavlinggate yang melibatkan anggota DPRD Jabar 1999-2004. Mungkin para pelaku, baik di legislatif maupun eksekutif, merasa bersih karena beberapa tokoh DPRD dibebaskan dari tuntutan hukum. Namun, hati kecil mereka pasti berbisik lain. Masyarakat juga tidak akan mudah melupakan begitu saja. Hukum memang kadang-kadang tak sejalan dengan aspirasi banyak orang.
Pada periode 2004-2009 kasus korupsi banyak menimpa anggota DPR. Beberapa orang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akibat berbagai kasus. Ada juga anggota DPR yang terpaksa "lengser keprabon" akibat kasus asusila.
Itu semua eunteung (cermin), tempat anggota DPR/DPRD baru menatap wajah dan perilaku seniornya dulu agar tidak menimpa mereka sekarang. Itu semua lubang tempat terperosok para wakil rakyat ke tempat hina dina, semacam lubang yang selalu diingat keledai. Jadi, makhluk paling dungu itu tidak pernah terperosok dua kali ke lubang yang sama.
Kita semua percaya, anggota DPR/ DPRD yang kemarin kita pilih dengan penuh pengorbanan perasaan, waktu, dan tenaga bukanlah keledai-keledai dungu, kecuali jika mereka kelak kembali tersangkut kasus yang sama sebangun.
Menjadi anggota DPR/ DPRD, sebagaimana hidup, hanyalah sementara. Namun, kesempatan itu bukan untuk mangpang-meungpeung (aji mumpung), bukan untuk makmak-mekmek (kenyang sendiri) dan poho ka wiwitan (lupa diri). Itu juga bukan tempat untuk pulang modal (mengembalikan modal) yang menjadi ladang usaha untuk mengganti biaya kampanye. Sebab, jika demikian, berarti anggota DPR/DPRD sama saja dengan mikeun beuheung teukteukeun (menyerahkan diri untuk dihukum), baik oleh KPK, Pengadilan Tipikor, maupun masyarakat.
Menjalankan amanah
Kata R Brataatmadja, penulis guguritan pupuh Asmarandana, hidup di dunia ini darma wawayangan bae, cuma sementara. Raga taya pangawasa (tak punya daya upaya apa pun). Jadi, lamun kasasar lampah (kalau menyeleweng), akan timbul napsu nu matak kaduhung (sesal berkepanjangan) dan badan anu katempuhan (harus menanggung aib).
Jadilah wakil rakyat yang teguh kukuh memegang dan menjalankan amanah rakyat; tidak unggut kalinduan, gedag kaanginan (mudah tergoda). Jangan pangarahan (ingin mendapatkan imbalan lebih). Jangan pula beungeut nyanghareup, ati mungkir (munafik).
Rakyat berharap anggota DPR/DPRD clik putih clak herang (tulus ikhlas); betul-betul nilas saplasna, ngadek sacekna; konsisten memenuhi janji dan menjalankan tugas dan kewajiban secara murni dan konsekuen.
Rakyat juga pasti berharap tidak ada lagi anggota DPR/DPRD 2009-2014 ditangkap KPK, diajukan ke pengadilan akibat kasus korupsi dan sejenisnya, di-recall akibat perbuatan asusila, dan lain-lain. Mudah-mudahan ini bukan harapan kosong ngudag-ngudag kalangkang heulang; tetapi benar-benar terpenuhi dan terbukti. Jangan sampai lieuk beuheung sosonggeteun, menunggu dan menunggu tanpa hasil apa-apa.
WAWANG F RATNAWULAN Aktivis Perempuan; Bergiat di Fatayat NU Kabupaten Garut
Bank Dunia Cemaskan Pengangguran Terhebat
Pemulihan ekonomi dunia akan berlangsung lamban dan mempertinggi angka pengangguran sehingga mengancam terjadinya krisis sosial dan proteksionisme. Demikian dikatakan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick dalam wawancara dengan surat kabar Spanyol, El Pais, Minggu (24/5).
"Apa yang semula sebagai krisis keuangan dahsyat dan kemudian menjadi krisis ekonomi hebat kini menjadi krisis penganguran terhebat dan jika kita tidak mengambil langkah-langkah, risikonya adalah krisis besar kemanusiaan dan sosial dengan implikasi politik yang luas," katanya.
"Keadaan ini akan menjadi landasan untuk (keluarnya) kebijakan-kebijakan proteksionis yang populis," ujarnya. Zoellick menyebutkan, para menteri keuangan negara-negara G-7 dan G-20 mengungkapkan kelegaannya karena kontraksi ekonomi telah melambat dan meskipun pertumbuhan ekonomi tetap rendah, situasinya tidak terlalu buruk. "Namun, para ekonom dan industrialis menyadari bahwa pemulihan akan berlangsung lambat dan lebih lemah dibandingkan yang telah diperkirakan," kata Zoellick.
Menurutnya, sistem keuangan AS dan negara-negara berpasar ekonomi berkembang masih dalam keadaan bahaya. "Mungkin hal kunci yang harus dibersihkan adalah sistem keuangan. AS telah mengambil langkah-langkah pada jalur yang benar, tetapi tetap ada bank yang menghadapi kesulitan serius dalam hubungannya dengan keuangan nasabah, kartu kredit, dan real estat," katanya. "Puncaknya, Amerika Serikat menjadi lebih tergantung dibandingkan Eropa pada pasar sekuritasisasi kredit perumahan dan pasar ini harus pulih," lanjutnya.
Zoellick juga menyebut risiko serupa berlaku di Afrika serta beberapa bagian Amerika Latin dan Eropa Timur. "China bisa sangat mengejutkan karena mendapat hasil-hasil baik dari rancangan stimulus ekonominya. Untuk negara-negara seperti Meksiko dan Brasil, ancaman terbesar adalah kehilangan akses keuangan," kata Zoellick.
Sumber : Antara
"Apa yang semula sebagai krisis keuangan dahsyat dan kemudian menjadi krisis ekonomi hebat kini menjadi krisis penganguran terhebat dan jika kita tidak mengambil langkah-langkah, risikonya adalah krisis besar kemanusiaan dan sosial dengan implikasi politik yang luas," katanya.
"Keadaan ini akan menjadi landasan untuk (keluarnya) kebijakan-kebijakan proteksionis yang populis," ujarnya. Zoellick menyebutkan, para menteri keuangan negara-negara G-7 dan G-20 mengungkapkan kelegaannya karena kontraksi ekonomi telah melambat dan meskipun pertumbuhan ekonomi tetap rendah, situasinya tidak terlalu buruk. "Namun, para ekonom dan industrialis menyadari bahwa pemulihan akan berlangsung lambat dan lebih lemah dibandingkan yang telah diperkirakan," kata Zoellick.
Menurutnya, sistem keuangan AS dan negara-negara berpasar ekonomi berkembang masih dalam keadaan bahaya. "Mungkin hal kunci yang harus dibersihkan adalah sistem keuangan. AS telah mengambil langkah-langkah pada jalur yang benar, tetapi tetap ada bank yang menghadapi kesulitan serius dalam hubungannya dengan keuangan nasabah, kartu kredit, dan real estat," katanya. "Puncaknya, Amerika Serikat menjadi lebih tergantung dibandingkan Eropa pada pasar sekuritasisasi kredit perumahan dan pasar ini harus pulih," lanjutnya.
Zoellick juga menyebut risiko serupa berlaku di Afrika serta beberapa bagian Amerika Latin dan Eropa Timur. "China bisa sangat mengejutkan karena mendapat hasil-hasil baik dari rancangan stimulus ekonominya. Untuk negara-negara seperti Meksiko dan Brasil, ancaman terbesar adalah kehilangan akses keuangan," kata Zoellick.
Sumber : Antara
Wah, Anak-anak PNS Dapat Beasiswa dari Korpri!
GRESIK, KOMPAS.com — Demi meringankan beban biaya pendidikan, Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia (Korpri) memberikan beasiswa kepada putra-putri pegawai negeri sipil (PNS) golongan I dan II. Beasiswa diperuntukkkan bagi putra-putri mereka yang duduk di bangku SMA dan perguruan tinggi (PT).
Ketua Korpri Dewan Pengurus Kabupaten Gresik Arsadi, Senin (18/5), menyatakan, pemberian beasiswa itu merupakan kerja sama Dewan Pengurus Nasional Korpri dan PT Askes (Persero) melalui "Program Korpri Peduli Pendidikan" yang diluncurkan di Jakarta pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Arsadi menjelaskan, pemberian beasiswa tersebut sesuai dengan Surat dari Dewan Pengurus Korpri Jawa Timur bernomor 076/DPPK/JT-IV/2009 tertanggal 17 April 2009 tentang beasiswa bagi putra/putri anggota Korpri/PNS Gol I & II. Syaratnya, penerima beasiswa Korpri adalah putra-putri anggota Korpri yang berprestasi di bangku SMA dan PT.
Bagi pelajar SMA, beasiswa diberikan kepada mereka yang menduduki peringkat lima besar di kelasnya. Mereka harus menunjukkan surat keterangan pretasi itu dari kepala sekolah. Sementara bagi mahasiswa, mereka harus dapat menunjukkan bukti IPK minimal 2,75.
Sesuai Surat dari Dewan Pengurus Nasional Korpri dan Dewan Pengurus Provinsi Jawa Timur, beasiswa Korpri hanya diperuntukkan bagi mahasiswa dan pelajar SMA. Tingkat SD maupun SMP sudah dicukupi oleh dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). "Bantuan beasiswa Korpri adalah untuk meringankan beban PNS Golongan I dan II, khususnya biaya pendidikan anak-anaknya yang duduk di bangku SMA dan PT," kata Arsadi.
"Melalui program 'Korpri Peduli Pendidikan' diharapkan jangan sampai siswa dan mahasiswa berprestasi dari anak-anak pegawai bergolongan I dan II putus sekolah. Pegawai golongan tersebut menerima gaji rendah, maka biaya pendidikan pada tingkat tersebut sangat memberatkan mereka," katanya. (ACI)
Sumber : KOMPAS
Ketua Korpri Dewan Pengurus Kabupaten Gresik Arsadi, Senin (18/5), menyatakan, pemberian beasiswa itu merupakan kerja sama Dewan Pengurus Nasional Korpri dan PT Askes (Persero) melalui "Program Korpri Peduli Pendidikan" yang diluncurkan di Jakarta pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Arsadi menjelaskan, pemberian beasiswa tersebut sesuai dengan Surat dari Dewan Pengurus Korpri Jawa Timur bernomor 076/DPPK/JT-IV/2009 tertanggal 17 April 2009 tentang beasiswa bagi putra/putri anggota Korpri/PNS Gol I & II. Syaratnya, penerima beasiswa Korpri adalah putra-putri anggota Korpri yang berprestasi di bangku SMA dan PT.
Bagi pelajar SMA, beasiswa diberikan kepada mereka yang menduduki peringkat lima besar di kelasnya. Mereka harus menunjukkan surat keterangan pretasi itu dari kepala sekolah. Sementara bagi mahasiswa, mereka harus dapat menunjukkan bukti IPK minimal 2,75.
Sesuai Surat dari Dewan Pengurus Nasional Korpri dan Dewan Pengurus Provinsi Jawa Timur, beasiswa Korpri hanya diperuntukkan bagi mahasiswa dan pelajar SMA. Tingkat SD maupun SMP sudah dicukupi oleh dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). "Bantuan beasiswa Korpri adalah untuk meringankan beban PNS Golongan I dan II, khususnya biaya pendidikan anak-anaknya yang duduk di bangku SMA dan PT," kata Arsadi.
"Melalui program 'Korpri Peduli Pendidikan' diharapkan jangan sampai siswa dan mahasiswa berprestasi dari anak-anak pegawai bergolongan I dan II putus sekolah. Pegawai golongan tersebut menerima gaji rendah, maka biaya pendidikan pada tingkat tersebut sangat memberatkan mereka," katanya. (ACI)
Sumber : KOMPAS
Hore, Guru Bisa Raih S-2 Gratis dari Seamolec
Menggandeng ITB, UGM, dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas melalui Lembaga Penjamin Mutu Pendidik (LPMP) Jawa Barat dan DI Yogyakarta, Seamolec menyiapkan beasiswa magister S-2 bagi para guru berprestasi.
Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Center (Seamolec) merupakan institusi yang bernaung di bawah Southeast Asian Ministers of Education Organization (Seameo) atau Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara. Seamolec bertanggung jawab untuk mengembangkan Pendidikan Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh di Asia Tenggara.
Tahun ini, Seamolec menawarkan program magister bagi para guru berprestasi melalui pola hybrid learning. Sebuah pola perpaduan perkuliahan tatap muka di kampus utama dan perkuliahan terbuka dan jarak jauh (open and distance learning) di subkampus.
Hanya saja, dalam desain program ini, perkuliahan tatap muka sementara ini dilaksanakan di UGM dan ITB. Kuliah terbuka dan jarak jauh dapat dilaksanakan di subkampus maupun tempat bekerja para mahasiswanya.
Melalui program ini, mahasiswa dapat memilih subkampus sesuai letak tempat kerjanya. Beberapa institusi yang sejauh ini siap menjadi subkampus bagi program ini antara lain Universitas Negeri Padang (UNP) untuk wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya, Seamolec di Jakarta untuk wilayah Jabodetabek dan sekitarnya, LPMP Bandung untuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya, Universitas Dian Nuswantoro Semarang untuk wilayah Jateng dan sekitarnya, LPMP DI Yogyakarta, Sleman, untuk wilayah DI Yogyakarta dan sekitarnya, serta Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Teknologi Malang untuk wilayah Jatim dan sekitarnya.
Terkait komponen beasiswa, biaya pendidikan bagi penerima beasiswa akan langsung dibayarkan oleh penyedia kepada provider. Biaya tersebut di luar biaya transportasi sebesar Rp 400.000 per bulan.
Syarat dan daftar online
Sebagai syarat umum, penerima beasiswa diprioritaskan kepada para guru berprestasi pada periode tahun 2008. Usia calon penerima pun tidak lebih dari 45 tahun saat mendaftarkan aplikasi program ini.
Khusus di UGM, latar belakang pendidikan penerima beasiswa adalah sarjana/D-IV dari jurusan teknik dan sains. Skor TPA (OTO Bappenas) minimum harus mencapai 500, sedangkan skor TOEFL yang dicapainya minimum 450.
Untuk di ITB, latar belakang pendidikan si penerima adalah sarjana/D-IV dari jurusan teknik, sains, pendidikan teknik dan sains, serta seni, yaitu program studi seni rupa. Skor TPA minimum mencapai 475, sedangkan skor EPT minimum 77.
Bagi para guru yang tertarik program ini, batas pendaftaran melalui sistem online akan jatuh pada akhir bulan ini, yaitu 31 Mei 2009. Batas akhir pengiriman berkas pendaftaran pun jatuh di tanggal yang sama tersebut.
Informasi lengkap baik itu syarat, materi seleksi, biaya, dan jadwal tes dapat dilihat melalui http://seamolec.org/s2-gurpres.php, termasuk mereka yang ingin mendaftar secara online. Aplikasinya pun bisa diisi langsung lewat link situs Seamolec tersebut.
Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Center (Seamolec) merupakan institusi yang bernaung di bawah Southeast Asian Ministers of Education Organization (Seameo) atau Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara. Seamolec bertanggung jawab untuk mengembangkan Pendidikan Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh di Asia Tenggara.
Tahun ini, Seamolec menawarkan program magister bagi para guru berprestasi melalui pola hybrid learning. Sebuah pola perpaduan perkuliahan tatap muka di kampus utama dan perkuliahan terbuka dan jarak jauh (open and distance learning) di subkampus.
Hanya saja, dalam desain program ini, perkuliahan tatap muka sementara ini dilaksanakan di UGM dan ITB. Kuliah terbuka dan jarak jauh dapat dilaksanakan di subkampus maupun tempat bekerja para mahasiswanya.
Melalui program ini, mahasiswa dapat memilih subkampus sesuai letak tempat kerjanya. Beberapa institusi yang sejauh ini siap menjadi subkampus bagi program ini antara lain Universitas Negeri Padang (UNP) untuk wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya, Seamolec di Jakarta untuk wilayah Jabodetabek dan sekitarnya, LPMP Bandung untuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya, Universitas Dian Nuswantoro Semarang untuk wilayah Jateng dan sekitarnya, LPMP DI Yogyakarta, Sleman, untuk wilayah DI Yogyakarta dan sekitarnya, serta Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Teknologi Malang untuk wilayah Jatim dan sekitarnya.
Terkait komponen beasiswa, biaya pendidikan bagi penerima beasiswa akan langsung dibayarkan oleh penyedia kepada provider. Biaya tersebut di luar biaya transportasi sebesar Rp 400.000 per bulan.
Syarat dan daftar online
Sebagai syarat umum, penerima beasiswa diprioritaskan kepada para guru berprestasi pada periode tahun 2008. Usia calon penerima pun tidak lebih dari 45 tahun saat mendaftarkan aplikasi program ini.
Khusus di UGM, latar belakang pendidikan penerima beasiswa adalah sarjana/D-IV dari jurusan teknik dan sains. Skor TPA (OTO Bappenas) minimum harus mencapai 500, sedangkan skor TOEFL yang dicapainya minimum 450.
Untuk di ITB, latar belakang pendidikan si penerima adalah sarjana/D-IV dari jurusan teknik, sains, pendidikan teknik dan sains, serta seni, yaitu program studi seni rupa. Skor TPA minimum mencapai 475, sedangkan skor EPT minimum 77.
Bagi para guru yang tertarik program ini, batas pendaftaran melalui sistem online akan jatuh pada akhir bulan ini, yaitu 31 Mei 2009. Batas akhir pengiriman berkas pendaftaran pun jatuh di tanggal yang sama tersebut.
Informasi lengkap baik itu syarat, materi seleksi, biaya, dan jadwal tes dapat dilihat melalui http://seamolec.org/s2-gurpres.php, termasuk mereka yang ingin mendaftar secara online. Aplikasinya pun bisa diisi langsung lewat link situs Seamolec tersebut.
Guru "Harus" Kreatif Manfaatkan Barang Bekas
Kertas karton, tutup botol, plastik, kotak korek api, serta berbagai bahan bekas lain yang selama ini dibuang karena dianggap tidak bermanfaat ternyata bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
Hal tersebut diutarakan oleh Kepala Pusat Sumber Belajar dan Teknologi Kependidikan dan Sumber Kurikulum (PSBTK-SK) Universitas Negeri (USU), Medan, Sumatera Utara, Dr Binari Manurung, MSi, di Medan, Senin (25/5).
Binari mengatakan, banyak upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia mulai tingkat TK hingga perguruan tinggi. Upaya tersebut mulai dari melengkapi sarana dan prasarana sekolah seperti laboratorium, menatar para guru, memberikan beasiswa pada siswa dan guru, sampai peningkatan peranan orangtua dalam membenahi sekolah lewat komite sekolah.
Cara lain tidak kalah pentingnya adalah mengoptimalkan penggunaan media pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu diyakini Binari dapat meningkatkan mutu pendidikan.
"Dengan penggunaan media tersebut, pesan yang disampaikan oleh pendidik dapat lebih mudah dimengerti atau dipahami oleh peserta didik," kata Binari. Dia menambahkan, salah satu media pembelajaran yang dapat dipakai agar dapat meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memanfaatkan berbagai barang bekas yang perlu lebih dioptimalkan.
Hanya saja, kata Binari, untuk lebih mengoptimalkan media pembelajaran dari barang bekas tersebut dibutuhkan kreativitas dan keinginan para pendidik untuk mencari, menemukan, dan mengembangkannya.
"Di sinilah dibutuhkan kreativitas guru untuk menciptakannya. Berbekal pengalamannya selama ini sebagai tenaga pendidik, hal itu tentunya tidaklah begitu sulit," katanya.
18 model aneka barang bekas
Menurut Binari, media yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi pelajaran tidaklah harus yang modern, mahal, dan buatan pabrik. Media sederhana dan murah terbuat dari bahan bekas atau sisa pakai yang ada dan tersedia di lingkungan masing-masing pun bisa dimanfaatkan.
"Paling tidak sedikitnya ada 18 model dari aneka barang bekas sisa pakai itu yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar," katanya. Sebutlah, Binari mencontohkan, botol, gelas plastik, dan kantong plastik yang dapat digunakan sebagai pengganti peralatan laboratorium. Alat-alat tersebut bisa digunakan sebagai alat percobaan atau praktikum yang mudah dan murah.
Tutup botol bekas, misalnya, baik yang terbuat dari plastik maupun logam dari berbagai ukuran dan warna dapat digunakan untuk klasifikasi jenis. Dengan bahan bekas sisa ini, tambah Binari, peserta didik dapat dilatih dalam menggolong-golongkan benda menurut ukuran dan warnanya.
Begitu juga dengan bola lampu bekas yang dapat dipakai untuk penunjukan pemuaian zat cair. Caranya, isi penuh bola lampu tersebut dengan air, lalu tutup bola lampu dengan gabus berlubang. Masukkan pipet bekas ke dalam lubang gabus tersebut. Alhasil, bila bola lampu dipanaskan di atas api, seketika akan terlihat air naik melalui pipa pengisap tersebut.
Bahkan, jelas Binari, masih banyak contoh lain pemanfaatan barang bekas untuk proses belajar mengajar. Batang arang baterai, karton tempat telur, tusuk gigi atau bola plastik, misalnya.
"Kemauan dari guru untuk mencari model-model lain sangat dibutuhkan hingga di masa mendatang, sehingga lebih banyak lagi media pembelajaran dari bahan bekas yang bisa dimanfaatkan," katanya.
Sumber : Kompas
Hal tersebut diutarakan oleh Kepala Pusat Sumber Belajar dan Teknologi Kependidikan dan Sumber Kurikulum (PSBTK-SK) Universitas Negeri (USU), Medan, Sumatera Utara, Dr Binari Manurung, MSi, di Medan, Senin (25/5).
Binari mengatakan, banyak upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia mulai tingkat TK hingga perguruan tinggi. Upaya tersebut mulai dari melengkapi sarana dan prasarana sekolah seperti laboratorium, menatar para guru, memberikan beasiswa pada siswa dan guru, sampai peningkatan peranan orangtua dalam membenahi sekolah lewat komite sekolah.
Cara lain tidak kalah pentingnya adalah mengoptimalkan penggunaan media pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu diyakini Binari dapat meningkatkan mutu pendidikan.
"Dengan penggunaan media tersebut, pesan yang disampaikan oleh pendidik dapat lebih mudah dimengerti atau dipahami oleh peserta didik," kata Binari. Dia menambahkan, salah satu media pembelajaran yang dapat dipakai agar dapat meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memanfaatkan berbagai barang bekas yang perlu lebih dioptimalkan.
Hanya saja, kata Binari, untuk lebih mengoptimalkan media pembelajaran dari barang bekas tersebut dibutuhkan kreativitas dan keinginan para pendidik untuk mencari, menemukan, dan mengembangkannya.
"Di sinilah dibutuhkan kreativitas guru untuk menciptakannya. Berbekal pengalamannya selama ini sebagai tenaga pendidik, hal itu tentunya tidaklah begitu sulit," katanya.
18 model aneka barang bekas
Menurut Binari, media yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi pelajaran tidaklah harus yang modern, mahal, dan buatan pabrik. Media sederhana dan murah terbuat dari bahan bekas atau sisa pakai yang ada dan tersedia di lingkungan masing-masing pun bisa dimanfaatkan.
"Paling tidak sedikitnya ada 18 model dari aneka barang bekas sisa pakai itu yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar," katanya. Sebutlah, Binari mencontohkan, botol, gelas plastik, dan kantong plastik yang dapat digunakan sebagai pengganti peralatan laboratorium. Alat-alat tersebut bisa digunakan sebagai alat percobaan atau praktikum yang mudah dan murah.
Tutup botol bekas, misalnya, baik yang terbuat dari plastik maupun logam dari berbagai ukuran dan warna dapat digunakan untuk klasifikasi jenis. Dengan bahan bekas sisa ini, tambah Binari, peserta didik dapat dilatih dalam menggolong-golongkan benda menurut ukuran dan warnanya.
Begitu juga dengan bola lampu bekas yang dapat dipakai untuk penunjukan pemuaian zat cair. Caranya, isi penuh bola lampu tersebut dengan air, lalu tutup bola lampu dengan gabus berlubang. Masukkan pipet bekas ke dalam lubang gabus tersebut. Alhasil, bila bola lampu dipanaskan di atas api, seketika akan terlihat air naik melalui pipa pengisap tersebut.
Bahkan, jelas Binari, masih banyak contoh lain pemanfaatan barang bekas untuk proses belajar mengajar. Batang arang baterai, karton tempat telur, tusuk gigi atau bola plastik, misalnya.
"Kemauan dari guru untuk mencari model-model lain sangat dibutuhkan hingga di masa mendatang, sehingga lebih banyak lagi media pembelajaran dari bahan bekas yang bisa dimanfaatkan," katanya.
Sumber : Kompas
Amrozi CS, pelajaram bagi Pemimpin...?
Orang-orang Australia pasti geregetan lihat Amrozi. Para keluarga korban pasti geram melihat Amrozi malah tertawa-tawa kelihatan bahagia, tenang, ayem terpancar dari wajahnya...
Apakah mereka sudah gila dan tidak lagi memiliki hati nurani? Apakah mereka sudah demikian suci dari dosa sehingga tidak bergetar menunggu pelaksanaan eksekusi?
Inilah uniknya manusia. Bagi para korban dan keluarganya, jelas Amrozi cs sangat biadab. Betapa tidak? Bom yang begitu besar meluluhlantakkan Paddy's Cafe dan ratusan orang meninggal...Jelas teroris itu tidak punya perikemanusiaan. Pantas mereka dihukum mati saja...
Mari kita lihat jika kita ada di sisi Amrozi. Baginya, hidupnya adalah untuk fitrah, untuk berkorban. Dalam keyakinannya, apa yang ia lakukan sungguh mulia. Sungguh memberi pahala yang besar. Andaikata mati, karena terkena bom bunuh diri atau dihukum mati, matinya syahid. Dijamin masuk surga.
Anda tentu sangat tidak setuju dengan statemen tadi bukan? Tapi itulah pola pikir mereka. Itulah keyakinan mereka. Demi membela keyakinan mereka, teroris itu rela mengorbankan apa saja, termasuk keluarga, harta dan juga nyawa...
Mereka menganggap diri mereka syuhada. Apa artinya syuhada? Mati karena membela agama, dan dijamin masuk surga...
Benarkah surga harus ditebus dengan mengorbankan ratusan nyawa, termasuk juga nyawa orang Islam sendiri?
Saya tidak membahas benar tidaknya keyakinan mereka. Saya akan lebih membahas alat motivasi yang amat unggul, yaitu memanfaatkan keyakinan. Inilah yang jarang disentuh ketika kita ingin memotivasi seseorang.
Mengapa seseorang mau menindik tubuhnya dengan bermacam-macam logam? Sakitkah itu? Ya. Tapi mengapa mereka mau melakukannya? Karena mereka memperoleh 'nikmat' berupa perhatian, merasa menjadi kelompok elit tertentu dan sebagainya. Demi mempertahankan keyakinan itu, mereka juga rela berkorban...
Menurut penelitian, orang akan rela berkorban (bahkan tanpa terlalu memperhatikan apakah gajinya besar atau kecil) jika orang itu yakin bahwa apa yang dikerjakan memberi manfaat kepada banyak orang. Pada dasarnya, kita ingin berbuat sesuatu yang besar, sesuatu yang tidak egois, sesuatu yang bisa memberi manfaat kepada orang lain.
Mengapa orang selalu saja setiap saat melaporkan keadaan lalu lintas melalui Radio Elshinta? Apakah mereka dibayar? Tidak. Terus mengapa mereka melakukannya? Karena mereka merasa penting. Mereka merasa sudah berbuat sesuatu yang lebih besar dari diri mereka. Ketika mereka berbuat seperti itu, ada rasa hangat yang menyelinap di kalbu mereka. Inilah yang menjadi energi orang-orang itu.
Energi itu pulalah yang menghidupi daya juang penjaga rel kereta api, pemadam kebakaran, atau pengantar pos desa yang rela berjuang mengantar surat-surat di pelosok desa. Mereka merasa berbuat sesuatu yang mulia, besar, dan memberi manfaat kepada orang banyak...
Amrozi dkk, juga merasakan bahwa karena musuhnya adalah orang Barat, maka berarti mereka sudah merasa 'menang' perang karena sudah bisa membunuh lawan cukup banyak. Ini memberi mereka energi dan ketabahan. Akibatnya, walau menghadapi regu tembak, mereka masih tetap tenang. Apalagi, dalam keyakinannya, ia nanti, akan masuk surga...(Sekali lagi, anda boleh setuju atau tidak terhadap pandangan ini...)
Apa yang bisa kita lakukan untuk memotivasi diri kita dan orang lain?
Ajak karyawan untuk menyadari bahwa kerja mereka ternyata memiliki dampak yang besar bagi orang banyak. Kalau perusahaan anda penghasil plastik, kira-kira apa ya dampak besar kerja karyawan? Dengan plastik karya perusahaan kita, maka kita sudah menemukan sarana pembungkus yang aman, tidak merusak makanan, dan juga tidak mengotori lingkungan...
Dengan adanya plastik yang kita hasilkan, berarti kita sudah mempertinggi kepraktisan orang. Mereka menjadi efektif dalam membawa barang-barang. Berarti hidup kita ini sudah membahagiakan orang lain. Berarti kita sudah berbuat kebaikan. Berarti kerja kita akan memperoleh pahala...Berarti nanti kita akan masuk surga...
Di sini kita harus kreatif mengaitkan peran mereka dengan masyarakat atau bangsa. Jika anda kerja di rumah sakit, jelas mudah. Anda menolong orang kesusahan. Tapi jika anda kerja pada pabrik penyedia makanan anak semacam craker, nano-nano dst. Apa nilai besar yang bisa kita sumbangkan ke masyarakat? Mungkin anak-anak menjadi bahagia, senang sehingga mereka rela belajar keras. Mungkin dengan ramuan tertentu kita bisa sisipkan dalam makanan sehingga mempertinggi kemampuan dan kecerdasan otak. Mungkin...
Sebagai pemimpin, cobalah anda cari nilai-nilai besar, nilai-nilai mulia yang bisa digali dari pekerjaan anda dan juga staf anda. Ingat, jika nilai-nilai tadi kemudian bisa dijadikan keyakinan karyawan, maka mereka akan bekerja keras dan seolah tanpa pamrih. Saat itulah akan terjadi kinerja yang luar biasa.
Ingin contoh lagi? FPI, AKKBB, AMPI, Pemuda Panca Marga, yang sepanjang yang saya tahu, mereka tidak digaji. Tapi mengapa mereka mau berjuang? Karena keyakinan bahwa mereka berbuat sesuatu yang lebih besar dari diri mereka...
Selamat membangkitkan semangat diri dan karyawan anda...
Apakah mereka sudah gila dan tidak lagi memiliki hati nurani? Apakah mereka sudah demikian suci dari dosa sehingga tidak bergetar menunggu pelaksanaan eksekusi?
Inilah uniknya manusia. Bagi para korban dan keluarganya, jelas Amrozi cs sangat biadab. Betapa tidak? Bom yang begitu besar meluluhlantakkan Paddy's Cafe dan ratusan orang meninggal...Jelas teroris itu tidak punya perikemanusiaan. Pantas mereka dihukum mati saja...
Mari kita lihat jika kita ada di sisi Amrozi. Baginya, hidupnya adalah untuk fitrah, untuk berkorban. Dalam keyakinannya, apa yang ia lakukan sungguh mulia. Sungguh memberi pahala yang besar. Andaikata mati, karena terkena bom bunuh diri atau dihukum mati, matinya syahid. Dijamin masuk surga.
Anda tentu sangat tidak setuju dengan statemen tadi bukan? Tapi itulah pola pikir mereka. Itulah keyakinan mereka. Demi membela keyakinan mereka, teroris itu rela mengorbankan apa saja, termasuk keluarga, harta dan juga nyawa...
Mereka menganggap diri mereka syuhada. Apa artinya syuhada? Mati karena membela agama, dan dijamin masuk surga...
Benarkah surga harus ditebus dengan mengorbankan ratusan nyawa, termasuk juga nyawa orang Islam sendiri?
Saya tidak membahas benar tidaknya keyakinan mereka. Saya akan lebih membahas alat motivasi yang amat unggul, yaitu memanfaatkan keyakinan. Inilah yang jarang disentuh ketika kita ingin memotivasi seseorang.
Mengapa seseorang mau menindik tubuhnya dengan bermacam-macam logam? Sakitkah itu? Ya. Tapi mengapa mereka mau melakukannya? Karena mereka memperoleh 'nikmat' berupa perhatian, merasa menjadi kelompok elit tertentu dan sebagainya. Demi mempertahankan keyakinan itu, mereka juga rela berkorban...
Menurut penelitian, orang akan rela berkorban (bahkan tanpa terlalu memperhatikan apakah gajinya besar atau kecil) jika orang itu yakin bahwa apa yang dikerjakan memberi manfaat kepada banyak orang. Pada dasarnya, kita ingin berbuat sesuatu yang besar, sesuatu yang tidak egois, sesuatu yang bisa memberi manfaat kepada orang lain.
Mengapa orang selalu saja setiap saat melaporkan keadaan lalu lintas melalui Radio Elshinta? Apakah mereka dibayar? Tidak. Terus mengapa mereka melakukannya? Karena mereka merasa penting. Mereka merasa sudah berbuat sesuatu yang lebih besar dari diri mereka. Ketika mereka berbuat seperti itu, ada rasa hangat yang menyelinap di kalbu mereka. Inilah yang menjadi energi orang-orang itu.
Energi itu pulalah yang menghidupi daya juang penjaga rel kereta api, pemadam kebakaran, atau pengantar pos desa yang rela berjuang mengantar surat-surat di pelosok desa. Mereka merasa berbuat sesuatu yang mulia, besar, dan memberi manfaat kepada orang banyak...
Amrozi dkk, juga merasakan bahwa karena musuhnya adalah orang Barat, maka berarti mereka sudah merasa 'menang' perang karena sudah bisa membunuh lawan cukup banyak. Ini memberi mereka energi dan ketabahan. Akibatnya, walau menghadapi regu tembak, mereka masih tetap tenang. Apalagi, dalam keyakinannya, ia nanti, akan masuk surga...(Sekali lagi, anda boleh setuju atau tidak terhadap pandangan ini...)
Apa yang bisa kita lakukan untuk memotivasi diri kita dan orang lain?
Ajak karyawan untuk menyadari bahwa kerja mereka ternyata memiliki dampak yang besar bagi orang banyak. Kalau perusahaan anda penghasil plastik, kira-kira apa ya dampak besar kerja karyawan? Dengan plastik karya perusahaan kita, maka kita sudah menemukan sarana pembungkus yang aman, tidak merusak makanan, dan juga tidak mengotori lingkungan...
Dengan adanya plastik yang kita hasilkan, berarti kita sudah mempertinggi kepraktisan orang. Mereka menjadi efektif dalam membawa barang-barang. Berarti hidup kita ini sudah membahagiakan orang lain. Berarti kita sudah berbuat kebaikan. Berarti kerja kita akan memperoleh pahala...Berarti nanti kita akan masuk surga...
Di sini kita harus kreatif mengaitkan peran mereka dengan masyarakat atau bangsa. Jika anda kerja di rumah sakit, jelas mudah. Anda menolong orang kesusahan. Tapi jika anda kerja pada pabrik penyedia makanan anak semacam craker, nano-nano dst. Apa nilai besar yang bisa kita sumbangkan ke masyarakat? Mungkin anak-anak menjadi bahagia, senang sehingga mereka rela belajar keras. Mungkin dengan ramuan tertentu kita bisa sisipkan dalam makanan sehingga mempertinggi kemampuan dan kecerdasan otak. Mungkin...
Sebagai pemimpin, cobalah anda cari nilai-nilai besar, nilai-nilai mulia yang bisa digali dari pekerjaan anda dan juga staf anda. Ingat, jika nilai-nilai tadi kemudian bisa dijadikan keyakinan karyawan, maka mereka akan bekerja keras dan seolah tanpa pamrih. Saat itulah akan terjadi kinerja yang luar biasa.
Ingin contoh lagi? FPI, AKKBB, AMPI, Pemuda Panca Marga, yang sepanjang yang saya tahu, mereka tidak digaji. Tapi mengapa mereka mau berjuang? Karena keyakinan bahwa mereka berbuat sesuatu yang lebih besar dari diri mereka...
Selamat membangkitkan semangat diri dan karyawan anda...
Langganan:
Postingan (Atom)