Yendi Widya Kota Bengkulu Bunga Rafflesia Bunga Raflesia Kawan Kawan Kawan Yendi ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH WILUJENG SUMPING

Selasa, 05 Mei 2009

KUNINGAN TANAH LELUHUR NENEKKU

Kabupaten Kuningan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di antara 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di bagian timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.

Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ciremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ciremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat.

Kabupaten Kuningan terbagi dalam beberapa wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Darma, Kadugede, Nusaherang, Ciniru,Hantara, Selajambe, Subang, Cilebak, Ciwaru, Karangkancana, Cibingbin, Cibeureum, Luragung, Cimahi, Cidahu, Kalimanggis, Ciawigebang, Cipicung, Lebakwangi, Maleber, Garawangi, Sindang Agung, Kuningan, Cigugur, Kramatmulya, Jalaksana, Japara, Cilimus, Cigandamekar, Mandirancan, Pancalang, dan Pasawahan.

Asal nama Kuningan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah asal nama Kuningan

Sejarah

Masa Pra sejarah
Diperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia di daerah Kuningan, hal ini berdasarkan pada beberapa peninggalan kehidupan di zaman pra sejarah yang menunjukkan adanya kehidupan pada zaman Neoliticum dan batu-batu besar yang merupakan peninggalan dari kebudayaan Megaliticum. Bukti peninggalan tersebut dapat dijumpai di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur yaitu dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972, berupa alat dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar, kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik. Sehingga diperkirakan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki kebudayaan tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari mengalami dua kali masa pemukiman, yaitu masa akhir Neoleticum dan awal pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM sampai dengan 500 M. Pada waktu itu masyarakat telah mengenal organisasi yang baik serta kepercayaan berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme). Selain itu diketemukannya pula peninggalan adat dari batu-batui besar dari zaman megaliticum.


Masa Hindu
Dalam carita Parahyangan disebutkan bahwa ada suatu pemukiman yang mempunyai kekuatan politik penuh seperti halnya sebuah negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tersebut berdiri setelah Seuweukarma dinobatkan sebagai Raja yang kemudian bergelar Rahiyang Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile atau Saunggalah. Seuweukarma menganut ajaran Dangiang Kuning dan berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Ajaran Kitab Suci) serta Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada zaman kekuasaan Seuweukarma menyeberang sampai ke negeri Melayu. Pada saat itu masyarakat Kuningan merasa hidup aman dan tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama. Berdasarkan sumber carita Parahyangan juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia harus mengalahkan dulu Sang Wulan - Sang Tumanggal - dan Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di Kuningan (= Triumvirat), yaitu tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan sebagaimana konsep Tritangtu dalam konsep pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut adat tradisi waktu itu, yang bertindak sebagai Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selaku pemegang kepala adat, Sang Resi selaku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan. Makanya Kerajaan Kuningan waktu dikendalikan tokoh ‘Triumvirat’ ini berada dalam suasana yang gemah ripah lohjinawi, tata tentrem kerta raharja, karena masing-masing dijalankan oleh orang yang ahli di bidangnya. Tata aturan hukum/masalah adat selalu dijalankan adan ditaati, masalah kepercayaan / agama begitu juga pemerintahannya. Semuanya sejalan beriringan selangkah dan seirama.

Ketika Kuningan diperintah Resiguru Demunawan pun (menantu Sang Pandawa), Kerajaan Kuningan memiliki status sebagai Kerajaan Agama (Hindu). Hal ini nampak dari ajaran-ajaran Resiguru Demunawan yang mengajarkan ilmu Dangiang Kuning - keparamartaan, sehingga Kuningan waktu menjadi sangat terkenal. Dalam naskah carita Parahyangan disebutkan kejayaan Kuningan waktu diperintah Resiguru Demunawan atau dikenal dengan nama lain Sang Seuweukarma (penguasa/pemegang Hukum) atau Sang Ranghyangtang Kuku/Sang Kuku, kebesaran Kuningan melebihi atau sebanding dengan Kebesaran Galuh dan Sunda (Pakuan). Kekuasaannya meliputi Melayu, Tuntang, Balitar, dan sebagainya. Hanya ada 3 nama tokoh raja di Jawa Barat yang berpredikat Rajaresi, arti seorang pemimpin pemerintahan dan sekaligus ahli agama (resi). Mereka itu adalah:

Resi Manikmaya dari Kerajaan Kendan (sekitar Cicalengka - Bandung)
Resi Demunawan dari Saunggalah Kuningan
Resi Niskala Wastu Kencana dari Galuh Kawali

Perkembangan kerajaan Kuningan selanjutnya seakan terputus, dan baru pada 1175 masehi muncul lagi. Kuningan pada waktu itu menganut agama Hindu di bawah pimpinan Rakean Darmariksa dan merupakan daerah otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang terkenal dengan nama Pajajaran. Cirebon juga pada tahun 1389 masehi masuk kekuasaan kerajaan Pajajaran, namun pada abad ke-15 Cirebon sebagai kerajaan Islam menyatakan kemerdekaannya dari Pakuan Pajajaran.


Masa Islam
Sejarah Kuningan pada masa Islam tidak lepas dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama besar agama Islam yaitu Syeh Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang atau Syarifah Modaim putra Prabu Syarif Hidayatullah adalah murid Sayid Rahmat yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin daerah ampeldenta di Surabaya. Kemudian Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji Doel Iman. Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat ingin menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke daerah Luragung, Kuningan yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan Ki Gedeng Kasmaya dari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.


Pada waktu Syeh Syarif Hidayatullah di Luragung, Kuningan, datanglah Ratu Ontin Nio istrinya dalam keadaan hamil dari negeri Cina (bergelar: Ratu Rara Sumanding) ke Luragung, Kuningan, dari Ratu Ontin Nio alias Ratu Lara Sumanding lahir seorang putra yang tampan dan gagah yang diberi nama Pangeran Kuningan. setelah dari Luragung, Kuningan, Syeh Syarif Hidayatullah dengan rombongan menuju tempat tinggal Ki Gendeng Kuningan di Winduherang, dan menitipkan Pangeran Kuningan yang masih kecil kepada Ki Gendeng Kuningan agar disusui oleh istri Ki Gendeng Kuningan, karena waktu itu Ki Gendeng Kuningan mempunyai putera yang sebaya dengan Pangeran Kuningan namanya Amung Gegetuning Ati yang oleh Syeh Syarif Hidayatullah diganti namanya menjadi Pangeran Arya Kamuning serta beliau memberikan amanat bahwa kelak dimana Pangeran Kuningan sudah dewasa akan dinobatkan menjadi Adipati Kuningan.


Setelah Pangeran Kuningandan Pangeran Arya Kamuning tumbuh dewasa, diperkirakan tepatnya pada bulan Muharam tanggal 1 September 1498 Masehi, Pangeran Kuningan dilantik menjadi kepala pemerintahan dengan gelar Pangeran Arya Adipati Kuningan (Adipati Kuningan) dan dibantu oleh Arya Kamuning. Maka sejak itulah dinyatakan sebagai titik tolak terbentuknya pemerintahan Kuningan yang selanjutnya ditetapkan menjadi tanggal hari jadi Kuningan

Masuknya Agama Islam ke Kuningan nampak dari munculnya tokoh-tokoh pemimpin Kuningan yang berasal atau mempunyai latar belakang agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar, yang akhirnya menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin, dengan Nyai Ratu Selawati penguasa Kuningan waktu itu (putra Prabu Langlangbuana). Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berjalan dengan damai melalui ikatan perkawinan. Waktu itu di Kuningan muncul pedukuhan-pedukuhan yang bermula dari pembukaan-pembukaan pondok pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga diantaranya pesantren Lengkong oleh Haji Hasan Maulani.


Letak Geografis
Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur.

Dilihat dari posisi geografisnya terletak di bagian timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon
Sebelah Timur : Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)
Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah)
Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.

Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ciremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ciremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat.


Topografi
Permukaan tanah Kabupaten Kuningan relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan bagian Barat dan bagian Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700 meter di atas permukaan laut, sampai ke dataran yang agak rendah seperti wilayah Kuningan bagian Timur dengan ketinggian antara 120 meter sampai dengan 222 meter di atas permukaan laut.

Kondisi wilayah Kabupaten Kuningan yang berada di kaki gunung Ciremai (lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut) sangat bervariasi yaitu dengan ketinggian antara 25 - 2.000 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kuningan berada pada ketinggian antara 500 - 1.000 meter di atas permukaan laut yang mencapai 58,90%, sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1.000 dpl hanya 6,08%. Kondisi itupun menyebabkan Kabupaten Kuningan mempunyai kemiringan yang bervariasi.

Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh sebab itu ketinggian merupakan salah saru faktor yang menentukan dalam pola penggunaan lahan untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman menghendaki suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman yang bersangkutan.

Kemiringan tanah yang dimiliki Kabupaten Kuningan terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Karakter tersebut memiliki bentang alam yang cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial bagi pengembangan pariwisata.

Sebagian besar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur sedang dan sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi terhadap erosi.

Tingkat kepekaan terhadap erosi disebabkan ketidaksesuaian antara penggunaan tanah dengan kemampuannya sehingga berakibat rusaknya proses fisika, kimia dan biologi tanah tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap besar kecilnya intensitas tingkat kepekatan terhadap terhadap erosi adalah faktor : lereng, sistem penggarapan, pengolahan tanah, jenis tanah dan prosentase penutup tanah.

Tingkat kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan menjadi lima kelas, yaitu :

Sangat Peka : 14.258,42 Ha
Peka : 17.568,96 Ha
Agak Peka : 20.473,43 Ha
Kurang Peka : 21.845,69 Ha
Tidak Peka : 36.307,00 Ha

Jenis Tanah
Berdasarkan penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan memiliki 7 (tujuh) golongan tanah yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan Regosol.

Golongan tanah Andosol terdapat di bagian barat kecamatan Kuningan yang cocok untuk ditanami tembakau, bunga-bungaan, sayuran, buah-buahan, kopi, kina, teh, pinus dan apel.
Golongan tanah Alluvial terdapat di bagian timur Kecamatan Kuningan, Kecamatan Kadugede bagian utara, Kecamatan Lebakwangi bagian utara, Kecamatan Garawangi dan Kecamatan Cilimus cocok untuk tanaman sawah, palawija dan perikanan.
Golongan tanah Podzolik terdapat di bagian selatan kecamatan Kadugede, bagian timur kecamatan Ciniru, bagian timur kecamatan Luragung, bagian selatan kecamatan Lebakwangi dan kecamatan Ciwaru cocok untuk ladang dan tanaman keras.
Luas jenis tanah di Kabupaten Kuningan
No Jenis tanah Luas (Ha) Luas (%)
1 Alluvial kelabu 4.080,00 3,46
2 Regosol coklat kelabu 700,00 0,59
3 Asosiasi Regosol kelabu + coklat kelabu + latosol 4.072,98 3,46
4 Asosiasi andosol coklat + regosol coklat 4.560,00 3,87
5 Gromosol kelabu tua 1.840,00 1,56
6 Asosiasi Gromosol kelabu kekuningan + Gromosol coklat kelabu + regosol kelabu 13.204,31 11,20
7 Asosiasi mediteran coklat + latosol 11.569,31 9,82
8 Latosol coklat 890,00 0,76
9 Latosol coklat kemerahan 13.803,69 11,71
10 Asosiasi Latosol coklat + regosol 19.232,47 16,32
11 Asosiasi podzolik kuning + hidromorf 11.765,55 9,98
12 Asosiasi podzolik merah kekuningan + latosol merah kekuningan 13.825,82 11,73
13 Kompleks podzolik merah kekuningan + podzolik kekuningan + regosol 18.313,42 15,54

Demografi
Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2007 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.102.354 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,17% pertahun. Penduduk laki-laki sebanyak 549.118 orang dan penduduk perempuan sebanyak 553.236 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Diperkiran hampir 25% penduduk Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan sebagainya.

Penduduk Kuningan umumnya adalah suku Sunda yang menggunakan Bahasa Sunda dalam kesehariannya, namun untuk daerah perbatasan dengan Jawa tengah mereka juga ada yang bertutur dengan menggunakan bahasa Jawa. Bahasa Sunda yang digunakan di Kuningan memiliki ciri tersendiri (bahasa wewengkon) dibandingkan dengan bahasa Sunda yang digunakan di daerah Priangan barat. Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam sekitar 98% (di daerah desa Manislor terdapat komunitas penduduk yang menganut aliran Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang kebanyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat penduduk yang menganut aliran kepercayaan yang disebut Aliran Jawa Sunda.

Sebagain besar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian sebagai petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya bekerja sebagai Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan sebagainya.

Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007 kondisinya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu mencapai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandngan antara penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia 65 tahu ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 - 64 tahun), berarti pada tahun 2007 setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 penduduk usia belum/tidak produktif. Untuk lebih lengkapnya data penduduk serta beberapa informasi demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini.

No Informasi Demografi 2005 2006 2007
1 Jumlah Penduduk
Total 1.069.448 1.089.620 1.102.354
Laki-laki 534.415 542.645 549.118
Perempuan 535.033 546.975 553.236
2 Laju Pertumbuhan Penduduk 2,80 1,89 1,17
3 Sex Ratio 99,8 99,2 99,3
4 Komposisi Umur
0 - 14 287.231 287.962 280.119
15 - 54 714.032 726.846 734.830
65+ 68.185 74.812 87.405
5 Angka Beban Tanggungan 0,50 0,49 0,50


Pendidikan
Menurut data Suseda tahun 2006, persentase penduduk dewasa yang melek huruf di Kabupaten Kuningan mencapai 94,75 % sedangkan hasil Suseda 2007 menunjuken adanya perbaikan menjadi 95,52%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tehun 2006, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Kuningan sekitar 7,16 tahun meningkat menjadi 7,55 tahun di tahun 2007.

Tingginya AMH Kabupaten Kuningan disumbang oleh Kecamatan Kuningan, Kuningan dengan AMH tertinggi sebesar 99,83 % sedangkan AMH terendah dicapai oleh Kecamatan Cibingbin, Kuningan dengan AMH 80,24 persen, Sedangkan untuk RLS tertinggi tetap dicapai oleh Kecamatan Kuningan, Kuningan dengan RLS 9,59 tahun sedangkan yang terendah dicapal oleh Kecamatan Hantara, Kuningan dengan RLS 5,47 tahun.

Persentase penduduk Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; tamat SMP sebesar 13,73 persen; tamat SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berarti dari 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi).


Seni dan Budaya
Sebagai wilayah yang berada di daerah Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya akan seni budaya Sunda yang khas, berbeda dari wilayah Sunda bagian barat. Berikut adalah seni budaya yang berkembang ditengah-tengah masyarakat Kabupaten Kuningan:

Tabel Seni dan Budaya di wilayah Kabupaten Kuningan
1 Cingcowong,Upacara minta hujan Kecamatan Luragung, Kuningan
2 Sintren Kecamatan Cibingbin, Kuningan
3 Goong Renteng Kelurahan Sukamulya
4 Tayuban Kecamatan Ciniru, Kuningan
5 Pesta Dadung Kecamatan Subang, Kuningan
6 Gembyung Terbangan
7 Sandiwara Rakyat
8 Wayang Golek
9 Kuda Lumping
10 Reog Desa Cengal
11 Calung
12 Tradisi Kawin Cai Kecamatan Jalaksana, Kuningan

Pemerintahan
Sebagai sebuah Kabupaten, Kuningan dipimpin oleh seorang bupati. Bupati sebelumnya dipilih oleh DPRD. Tetapi untuk tahun 2008, pertama kalinya Kabupaten Kuningan mengadakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Bupati secara langsung. Pilkada ini diikuti oleh tiga pasangan, yang dimenangkan oleh incumbent H. Aang Hamid Suganda.

Berikut adalah daftar nama-nama bupati yang pernah memimpin Kabupaten Kuningan
1 Aom Adali 1919-1921
2 Mohamad Ahmad 1921-1940
3 R. Umar Said 1940-1942
4 Rifai 1942-1945
5 Noer (Bupati RI) 1945-1951
6 Sodikin (Recomba) 1947-1948
7 Holan (Recomba) 1948-1949
8 Tikok Abdrurohman 1951-1952
9 Sumitra 1952-1954
10 TB amin Abdulah 1954-1957
11 Yusuf (Pejabat) 1957-1958
12 Saleh Alibasyah 1958-1961
13 Uman Jatikusumah 1961-1966
14 Suminta (Pejabat) 1966-1967
15 R. Aruman Wirangganapati 1967-1973
16 Karli Akbar 1973-1978
17 R.H Unang Sunarjo S.H 1978-1983
18 Drs. H. Moch. Djufri Pringadi 1983-1988
19 Drs. H. Subandi 1988-1993
20 H. Yeng D.S Partawinata SH 1993-1998
21 Drs. H. Arfin Setiamihardja MM 1998-2003
22 H. Aang Hamid Suganda 2003-2008
23 H. Aang Hamid Suganda 2008-2013


Sarana Prasarana
Jalan Darat
Total jalan darat di Kabupaten Kuningan adalah sepanjang 446,10 Km

Listrik
Jumlah pelanggan yang telah terdaftar hingga tahun 2002 adalah sebanyak 773.747 pelanggan (Unit Pelayanan Cirebon)

Telekomunikasi
Pelanggan PT. Telkom untuk daerah Kabupaten Kuningan masuk ke dalam Kandatel Cirebon yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)

Sarana Kesehatan
Rumah sakit terdapat 3 buah, 1 milik Pemda dan 2 milik swasta
Puskesmas Pembantu = 70 buah
Puskesmas = 28 buah
Puskesmas dengan fasilitas tempat perawatan = 6 buah
Balai pengobatan swasta = 33 buah
Pos Pelayanan Terpadu
762 Pos Pelayanan Terpadu pratama
467 Pos Pelayanan Terpadu madya
89 Pos Pelayanan Terpadu purnama
7 Pos Pelayanan Terpadu mandiri
Tenaga Kesehatan
Dokter spesialis di Rumah Sakit Umum 45, terdapat 11 orang dokter spesialis
Dokter gigi yang ada baik dokter gigi PNS maupun dokter gigi PTT terdapat 20 orang
Bidan yang ada terdapat 321 orang bidan
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sekolah Dasar : 705 buah
Sekolah Menengah Pertama : 65 buah
Sekolah Menengah Umum 22 buah
Sekolah Menengah Kejuruan : 19 buah
Hotel
Hotel Berbintang : 3 buah
Hotel Non Berbintang : 35 buah
Bank
Bank Pemerintah : 2 buah
Bank Swasta : 7 buah
Bank Pembangunan Daerah : 1 buah
Bank Perkreditan Rakyat : 8 buah

Tujuan Wisata
Wisata Alam
Talaga Remis
Taman Wisata Alam Linggajati
Waduk Darma
Sangkanhurip
Desa Sitonjul
Air Terjun Sidomba
Curug Cilengkrang
Palutungan & Curug Putri
Curug Ngelay

Wisata Budaya
Taman purbakala Cipari
Linggajati

Wisata Hutan
Desa Setianegara
Desa Jambrati

Wisata Ziarah
Cibulan
Balong Keramat Darmaloka

Wisata Adat
Seren Taun


Makanan Khas dan Cinderamata

Makanan Khas
Peuyeum Ketan
Peuyeum/tape ketan ini dibuat dari ketan putih yang diasamkan dan dibungkus dengan daun jambu. Rasa asamnya itulah yang menjadi ciri khasnya. Dijual dalam wadah ember hitam bertuliskan Tape Ketan Asli Cibeureum, ada juga yang dijual dalam bentuk kemasan kecil kotak plastik.

Keripik Gadung
Emping Tangkil/Melinjo
Angling
Wajit Subang
Leupeut
Nasi Kasreng(Nasi Bungkus ciri Khas Luragung)
Koecang
Hucap (Kupat tahu kecap)
Gemblong
Golono (Gorengan Khas Dari Luragung)
Becak
Wajit Luragung
Gaplek Luragung
Kicimpring
Jawadah (Makanan khas dari Luragung)
Papais
Raragudig
Ranginang
cingcau

Cinderamata
Batu Onix
Batu Granit
Suiseki
Bonsai
Cincin
Peti Antik
Calung

Akses Transportasi

Angkot Dalam Kota
angkot 01 jurusan Kuningan - Pasar baru-Kadugede
angkot 02 jurusan Pramuka-Kadugede
angkot 03 jurusan Pasar baru-Cirendang
angkot 04 jurusan Pramuka-Cirendang
angkot 05 jurusan Cirendang-Kertawangunan
angkot 06 jurusan Pasar baru-Kertawangunan
angkot 07 jurusan Pasar baru-Lengkong
angkot 08 jurusan Cirendang-Lengkong
angkot 09 jurusan Pramuka-Cigugur
angkot 10 jurusan Pramuka-Kertawangunan

Bus Antar Kota
Luragung Jaya jurusan Kuningan-Jakarta
Setia Negara jurusan Kuningan-Jakarta
Sahabat jurusan Kuningan-Jakarta
Power real Asia Luragung jurusan Kuningan-Jakarta
Putra Luragung jurusan Kuningan-Jakarta
Putri Luragung jurusan Kuningan-Jakarta
DAMRI jurusan Kuningan-Bandung

Tokoh-Tokoh Kuningan
Edi Suhardi Ekadjati
Mashud Wisnusaputra
Mohamad Surya

Referensi
Pemerintah Kabupaten Kuningan
Pemerintah Propinsi Jawa barat
[sembunyikan]l • d • sKabupaten Kuningan, Jawa Barat

Kecamatan
Ciawigebang • Cibeureum • Cibingbin • Cidahu • Cigandamekar • Cigugur • Cilebak • Cilimus • Cimahi • Ciniru • Cipicung • Ciwaru • Darma • Garawangi • Hantara • Jalaksana • Japara • Kadugede • Kalimanggis • Karangkancana • Kramatmulya • Kuningan • Lebakwangi • Luragung • Maleber • Mandirancan • Nusaherang • Pancalang • Pasawahan • Selajambe • Sindangagung • Subang

Tidak ada komentar: