Yendi Widya Kota Bengkulu Bunga Rafflesia Bunga Raflesia Kawan Kawan Kawan Yendi ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH WILUJENG SUMPING

Kamis, 21 Mei 2009

SAJAK-SAJAK KEHIDUPAN

Sebuah Sajak Sederhana yang Barangkali Lebih Baik Jika Aku Sebut Saja Sebagai Surat Kemudian Merelakannya Pergi Agar Suatu Petang Kau Menemukannya di Depan Pintu Sedang Menunggu Kau Pulang Kerja, Saat Kau Sangat Membutuhkan Sesuatu untuk Dibaca Sesaat Sebelum Cepat Istirahat untuk Segera Segar Bangun Pagi Lagi dan Kembali ke Kantor yang Dipenuhi Orang-Orang yang Tak Mau Memahami Kau, Orang-Orang yang Cuma Mampu Membuat Kau Semakin Tersiksa Merindukan Aku........

sebelum jam membangunkan azan yang tidur di kubah masjid kau dengan sangat hati-hati membuka lalu menutup pintu kamar dan meninggalkan aku yang kau duga lelap dipeluk lengan-lengan mimpi atau tidur yang hampa

kau pikir itulah saat paling tepat buat berangkat, saat pagi belum bisa melihat siapa yang

lewat apalagi melihat apa itu yang tiba-tiba jatuh dari mata kau, sesuatu yang hangat yang

segera menjadi embun di ujung-ujung daun rumput di halaman

jika harus aku menuliskan semua jejak-jejak kegelisahan kau yang tak rela meninggalkan

aku, tentu saja sajak ini akan sangat panjang, barangkali lebih panjang dari perjalanan yang

kau tempuh sebelum tiba di sana, di tempat sekarang kau dikepung kegelisahan lain yang tak mampu kau tampung, kegelisahan yang melahirkan kegelisahan baru yang lebih banyak dan

lebih kuat

maka aku tuliskan saja dua perihal sederhana yang barangkali paling segera akan aku dan kau lupakan:



—piyama yang kau kenakan malam itu yang kau biarkan teronggok lesu di kaki tempat tidur. ketahuilah, piyama yang belum aku bawa ke tempat cuci dan masih berada di tempat itu,

selalu bicara tentang kau yang amat berat menanggalkan tubuh kau dari pelukannya yang berpeluh malam itu

—lampu tidur yang tetap bangun tetapi bermata rabun, yang cahayanya kau biarkan separuh hidup separuh redup. ketahuilah, mata lampu yang hingga kini masih bertahan hidup itu,

melulu bicara kepada aku tentang alangkah baik kau tak mau meninggalkan bayangan tubuh lebih jelas di dingin tubuh dinding kamar

sementara perihal-perihal lain, aku yakin akan ada dan tak ingin mati, tambah tumbuh, di kepala aku atau di dada kau atau sebaliknya bahkan setelah kau pulang lalu pergi lagi berkali- kali buat membunuh mereka

sebenarnya aku tak suka menggunakan kata ‘kegelisahan’ dalam sajak ini sebab kau
terdengar sangat tersiksa oleh kata itu sementara aku tak menghendaki kau tersiksa sedikitpun. namun entah kenapa aku hanya mampu menemukan kata itu buat menggambarkan
pikiran aku tentang perasaan kau saat hendak melepaskan diri dari kamar dan saat kau
dipenjara kamar lain di sana dan merindukan kamar ini di mana kau dan aku biasa berbincang sebelum tidur saling memunggungi)

Tidak ada komentar: