Seorang tukang ojek sepeda MOTOR gelagapan ketika diajak berbahasa Inggris oleh Jason Daniels. ”Coba bilang nice to meet you,” kata Jason. Tukang ojek itu mencoba meniru meski pengucapannya tidak sempurna. ”Wah bagus, Bapak berani berbahasa Inggris,” timpal Jason.
Si tukang ojek hanya mesam-mesem karena bahasa Inggrisnya yang seadanya dinilai bagus. Namun, begitulah cara Jason mendorong orang yang ditemuinya untuk berbahasa Inggris.
Percakapan tadi adalah adegan salah satu episode Walk The Talk, acara pelajaran bahasa Inggris terbaru yang ditayangkan Trans7 setiap Minggu pagi. Bentuk acaranya gabungan antara jalan-jalan dan reality show.
Dalam sebuah episode, pembawa acara Walk The Talk, Jason, menceritakan kesannya jalan-jalan dengan bus transjakarta, angkot, hingga ojek sepeda ontel. Semua dalam bahasa Inggris yang langsung dia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Di layar kaca, muncul teks berbahasa Inggris dan terjemahannya sehingga memudahkan pemirsa mengikuti setiap ucapan Jason.
Selama perjalanan, dia menyapa sejumlah orang, mulai tukang ojek, sopir angkot, penumpang bus, hingga petugas museum, dengan sapaan hangat, ”How are you today, apa kabar?” ujar Jason kemudian mengajak bercakap dalam bahasa Inggris. Jika yang diajak bicara salah ucap, Jason membimbingnya untuk mengucapkan kata yang dimaksud dengan benar.
Jika struktur kalimat atau tata bahasa yang digunakan seseorang salah, muncul suara ting-tong di televisi. Kemudian, muncul kalimat dalam struktur dan tata bahasa yang benar. Begitulah, orang yang diajak berbicara oleh Jason tidak menyadari bahwa mereka sedang dilatih ber- bahasa Inggris. Sementara pemirsa di rumah mengetahui bagaimana bercakap bahasa Inggris dengan benar.
Bobot edukasi
Sebagai sebuah tontonan, reality show ini juga menarik dan memiliki bobot edukasi. Setidaknya, Walk The Talk berbeda dengan reality show kebanyakan yang semangatnya sekadar ”mengerjai”, membuat malu, atau mengeksploitasi persoalan pribadi orang lain demi mengejar rating. Seperti : orang ketiga, mata-mata, cinta lama bersemi kembali dan lain-lain.
Dalam Walk The Talk, orang gembira bercakap-cakap dengan Jason. Maklum, pembawa acara yang telah menetap di Indonesia selama 12 tahun ini mudah akrab, kocak, dan berusaha membesarkan hati orang yang diajaknya berbicara. Sejelek apa pun bahasa Inggris orang yang berbincang-bincang dengannya, Jason selalu mengatakan, ”Bahasa Inggris Anda bagus."
Walk The Talk adalah bagian dari program bantuan Pemerintah AS untuk Indonesia. Tristram Perry, Public Diplomacy Officer Kedutaan AS di Jakarta, Kamis (7/5), mengatakan, pihaknya ingin memberikan akses lebih luas kepada masyarakat Indonesia untuk belajar bahasa Inggris.
”Itu sebabnya kami memilih televisi yang ditonton jutaan orang di Indonesia. Kami ingin orang Indonesia kian terinspirasi belajar bahasa Inggris,” katanya.
Kedubes AS bekerja sama dengan Paradigma Films sejauh ini telah membuat 13 episode, dua di antaranya telah ditayangkan dalam dua pekan terakhir. ”Jika respons pemirsa bagus, kami akan melanjutkan program ini,” katanya.
Sebelum Walk The Talk, Kedubes AS pernah memiliki program FUNtastic Squad yang ditayangkan di TVRI sejak awal tahun 2008. Kini program itu telah dihentikan.
Sebagaimana acara lainnya, pelajaran bahasa Inggris di televisi mengalami perubahan kemasan dari tahun ke tahun. Anda yang besar pada tahun 1980-an mungkin masih ingat dengan pelajaran bahasa Inggris yang dibawakan Nisrina Nur Ubay dan Anton Hilman di TVRI. Saat itu, kemasan acara pelajaran bahasa Inggris masih sangat sederhana. Nisrina dan Anton bertindak sebagai guru yang dengan sabar memaparkan pelajaran bahasa Inggris secara monolog kepada pemirsa di rumah. Tidak ada sesi tanya jawab.
Tahun 2000-an, pelajaran bahasa Inggris di televisi mulai berkembang, cair, sekaligus menghibur. Ada English for Fun yang berupa kuis, Battle of Wits berupa debat. Tahun 2008, muncul FUNtastic Squad yang menggabungkan antara kuis dan debat.
Munculnya Walk The Talk membuat kemasan pelajaran bahasa Inggris di televisi makin beragam dan lebih kaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar