Diantara kita tentu pernah mendengar ada anak yang tidak bisa sekolah karena orang tuanya tidak mampu. Lalu, pernahkah kita berpikir bagaimana cara membantu mereka? Memang sebetulnya yang bertanggung jawab terhadap permasalah ini adalah pemerintah. Tetapi, marilah kita berpikir apa yang bisa kita perbuat? Setidaknya ada beberapa hal yang dapat kita perbuat.
1. memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pendidikan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.
2. meluruskan pemahaman masyarakat bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di jalur formal atau sekolah saja. Sehingga walaupun sudah tidak sekolah, proses pendidikan harus terus berlangsung.
3. memberikan bantuan materi sekedar meringankan beban mereka.
4. terjun langsung menjadi tenaga pendidik atau pengelola suatu lembaga atau program pendidikan.
Poin yang terakhir inilah yang ingin saya ulas dalam tulisan ini. Apakah hanya para diploma atau sarjana yang berlatar belakang kependidikan saja yang dapat berpartisipasi dalam dunia pendidikan? Jawabannya tentu tidak. Siapapun yang memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan, tentu dapat berpartisipasi sesuai kemampuannya.
Sejak tahun 2002 telah digulirkan satu program pendidikan alternatif yang bersifat fleksibel. Program ini fokus kepada pensuksesan wajar dikdas sembilan tahun jalur pendidikan formal. Siapapun yang punya kepedulian terhadap masyarakat yang kurang beruntung. Melalui program ini dapat memberikan kontribusi baik sebagai pendidik, pengelola, maupun donatur.
Tempat belajar dapat menggunakan sarana prasarana yang sudah ada. Seperti podok pesantren, madrasah, gedung SD, aula desa, bahkan rumah sekalipun. Kegiatan belajar mengajar dapat disesuaikan dengan keadaan siswa dan lingkungan yang ada. Tidak ada pungutan biaya alias gratis 100%.
Lalu bagaimana dengan ujian semester, raport, ujian nasional dan ijazah sebagai legalitas? Tidak perlu khawatir, kerena program ini menginduk ke SMP Negeri terdekat dan berlaku di seluruh Indonesia. Sehingga status siswa adalah sama dengan siswa negeri atau formal pada umumnya.
Pada saat ikut ujian nasionalpun tidak kalah dengan SMP reguler lainnya. Di beberapa daerah seluruh siswa sekolah gratis, 100% lulus ujian nasional. Walaupun dengan nilai yang pas-pasan. Menurut hemat saya, sebetulnya ada ketidakadilan di sini. Karena karakter proses belajar mengajar (PBM) di SMP Reguler dan dengan model sekolah ini berbeda. Maka, tidak tepat jika menggunakan standar ukur yang sama, yaitu ujian nasional.
Baiklah, sekarang kita kembali lagi ke persoalan apa yang dapat kita perbuat? Kalau kita mau meneliti dengan cermat. Masih banyak anak yang tidak dapat mengikuti sekolah dengan berbagai permasalahannya. Mungkin saja itu saudara kita, tetangga atau barangkali orang yang tidak kita kenal sama sekali. Ini adalah salah satu lahan amal shaleh bagi kita semua.
Berat memang baik bagi pengelola maupun pendidik di sekolah gratis. Untuk menggulirkan program ini dengan optimal. Namun... dengan penuh keyakinan dan tekad yang bulat. Maka yang berat jadi ringan bukan ? Tentu semua itu harus dibarengi dengan ikhtiar.
Seperti menyiapkan mental yang tangguh sebagai pendidik terutama pengelola. Memiliki kemandirian ekonomi. Menyiapkan sarana dan prasarana minimal. Serta menjalin hubungan baik dengan seluruh staekholder di lingkungan sekitar.
Program sekolah gratis ini mendapatkan dana secara rutin. Berupa Biaya Operasional Sekolah (BOS), beasiswa untuk seluruh siswa yang terdaftar, bantuan life skills, serta honor guru. Namun, karena itu semua bersifat stimulan. Maka para pengelola harus cerdik, bagaimana dapat memenuhi kekurangan-kekurangan yang ada. Ingat! Namanya saja sudah sekolah gratis yang mandiri. Berarti, ya memang harus mandiri.
Dengan segala keterbatasan. Ada beberapa prestasi yang telah dilakukan oleh para pengelola sekolah gratis. Ada yang sudah berhasil mendirikan SMK swasta sebagai tindak lanjut dari program ini. Ada pula yang semua siswa serta gurunya sudah terbiasa berkomunikasi dengan bahasa inggris. Bahkan ada pula yang menjadikan internet sebagai media untuk belajar sehari-hari.
Setelah menggulirkan program ini selama lima tahun. Saya melihat ada ruang yang cukup untuk membentuk karakter siswa. Mudah-mudahan semua sepakat, bahwa saat ini kondisi sebagian besar pelajar sangat memprihatinkan.
Terutama masalah moralitas, sudah banyak terjadi pelajar yang senantiasa membohongi orang tuanya. Rokok, minuman keras, perkelahian, nonton film porno, membaca, serta melihat buku atau majalah porno. Itu semua mudah kita temukan, jika kita peduli.
Bahkan yang paling parah adalah pergaulan bebas dan perzinahan yang dilakukan oknum pelajar. Relakah kita membiarkan semua ini terjadi? Sebagai orang yang peduli terhadap pendidikan, kita punya tanggung jawab untuk meluruskan itu semua.
Program sekolah ini bersifat luwes dan fleksibel. Sehingga program ini memberikan keleluasaan kepada pengelola untuk berkreasi. Kreasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Singkatnya tidak hanya akademis yang dapat dikembangkan. Tetapi juga keterampilan, sikap, karya nyata, serta pemahaman ilmu agama.
Stop berdebat, berdiskusi, dan saling menyalahkan. Mari kita berbuat langkah nyata, menjadi perintis, pengelola serta pendidik di model sekolah seperti ini.
---------------> IMAH PANGANCIKAN RAGA, BASA PANGANCIKAN RASA, SUNDA PENGANCIKAN KULA<----------------- SUKABUMI : Jalan Pelabuhan Gang Sejahtera IV No. 44 CIPOHO-SUKABUMI 43142 PROPINSI JAWA BARAT, (ALAMAT SEKARANG DI BENGKULU : Jalan Batang Hari VI NO. 8 KUALA ALAM - PADANG HARAPAN - KOTA BENGKULU - PROVINSI BENGKULU
ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH
WILUJENG SUMPING
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar